Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Kesimpulan Rekomendasi Lampiran

dokumen-dokumen yang mirip
Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi WPS dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Simpulan Rekomendasi

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

komisi penanggulangan aids nasional

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Survei Terpadu Biologi & Perilaku (STBP) di Populasi Umum di Tanah Papua Mei 2014

KUESIONER PENELITIAN

Sugiarto Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

DETERMINAN STATUS HIV PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK: PENELITIAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK TAHUN Program Aksi Stop AIDS Family Health International

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu

Catatan Proses Penelitian Kebijakan dan Program HIV AIDS dalam Sistem Kesehatan di Indonesia

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Lokakarya LSL dalam Pengembangan SRAN. Integrasi program LSL dalam SRAN

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

Kebijakan dan Program HIV/AIDS dalam Kerangka Kerja Sistem Kesehatan di Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2004/2005

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

DELPHI II Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

Pertemuan Evaluasi Program GWL. Untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi pengembangan program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KPA Nasional. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Laporan Kegiatan April Kabar Menara Topas 9

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

Kebijakan dan Program HIV/AIDS dalam Kerangka Kerja Sistem Kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

Laporan Hasil SSP 2003 Nusa Tenggara Timur. iii. iii

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

PEDOMAN WAWANCARA PERILAKU TRANSGENDER (WARIA) DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Memperkuat Peran Daerah

Pilot Survei Alokasi Antar Waktu, 2005

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

SEKRETARIAT KPA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP), 2007

SURVEI STATISTIK KHUSUS

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pelayanan kesehatan komoditas jasa yg unik; Mutu pelayanan kesehatan terkait dengan faktor 2 subyektivitas memiliki beberapa perspektif

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DAN IMS. Subdit AIDS dan PMS DITJEN PP & PL, KEMENKES KUPANG, 4 September 2013

Lokakarya HR petugas Puskesmas. Peningkatan kapasitas petugas. puskesmas untuk layanan HR. Pembentukan Kader Peduli AIDS Mappi Papua.

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/ AIDS DENGAN TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT KOTA MANADO

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Laporan Hasil SSP 2003 Sulawesi Selatan. iii. iii

PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN HIV&AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN BERISIKO HIV&AIDS

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Transkripsi:

SCP Penasun 2010 1

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi Penasun dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: 1. Karakteristik Responden 2. Perilaku Akses ASS dan Perilaku Menyuntik 3. Perilaku Seksual 4. Perilaku Pembuangan Alat Suntik Bekas Kesimpulan Rekomendasi Lampiran 2

Latar Belakang SRAN Penanggulangan HIV dan AIDS 2010 2014, indikator kinerja: - Indikator output cakupan program - Indikator outcome perubahan perilaku Rencana Monev Nasional 2010-2014: SCP sebagai metode untuk mengukur perubahan perilaku Pemenuhan data evaluatif tingkat lokal Peningkatan kapasitas KPA di daerah dan SDM lokal. 3

Tujuan umum: Tujuan Mendapatkan gambaran perilaku di kalangan Penasun di kotakota dari provinsi dengan jumlah Penasun terbanyak. Tujuan khusus: -Diketahuinya karakteristik Penasun. -Diketahuinya akses Penasun terhadap program. -Diketahuinya perilaku Penasun: perilaku menyuntik penasun perilaku seksual penasun perilaku penasun dalam pembuangan alat suntik bekas. 4

Peta Distribusi Penasun dan lokasi SCP 5

Metodologi Rancangan Survei: Cross Sectional (Potong Lintang) dengan pendekatan kuantitatif, berbasis komunitas (Community Based Survey). Hasil survei ini dapat digeneralisir pada populasi Penasun di lokasi SCP. Lokasi: 7 kota dari 7 provinsi daerah Penasun terbanyak. Ditambah data sekunder DKI Jakarta dari penelitian: Efektifitas program penjangkauan di kalangan penasun dalam menurunkan perilaku berisiko HIV, Jakarta 2010, PPK UI Intuisi (n=317). Besar sampel / kota: 30 klaster x 7 responden = 210 penasun (n=1470). Penarikan sampel 2 tahap: 1. Cluster Sampling, dilakukan secara Probability Proportional to Size 30 klaster 2. Snow-ball, dilakukan secara Respondent Driven Sampling 7 responden Kriteria inklusi: Penasun yang menyuntik (pernah/masih) dalam 1 tahun terakhir. 6

Metodologi Skema RDS di setiap klaster: Resp.3 Resp.7 Resp.1 Resp.4 Seed* Resp.5 Resp.2 Wave 1 Resp.6 Wave 2 Wave 3 * Seed tidak diwawancarai, hanya sbg pintu masuk ke jaringan suatu klaster. Seorang Seed dapat membuka RDS pada lebih dari satu klaster. 7

Temuan 8

Karakteristik Responden (Tabel jenis kelamin dan umur, menurut lokasi) No Kota Jenis Kelamin Umur (Thn) Min-Maks Umur (Thn) Mean 1 Medan Lk: 96,8 % ; Pr: 3,2 % 19-43 28,06 2 Palembang Lk: 99,5 % ; Pr: 0,5 % 18-63 29,81 3 DKI Jakarta Lk: 90,2 % ; Pr: 9,8 % 17-49 27,67 4 Bandung Lk: 98,2 % ; Pr: 3,8 % 16-46 28,3 5 Semarang Lk: 97,6 % ; Pr: 2,4 % 19-50 25,72 6 Surabaya Lk: 97,1% ; Pr: 2,9% 17-55 29,77 7 Denpasar Lk: 95,7% ; Pr: 4,3% 19-59 21,8 8 Makassar Lk: 95,2% ; Pr: 4,8% 20-43 28,01 TOTAL Lk: 96,4 % ; Pr: 3,6 % 17 63 28,78 9

Karakteristik Responden (Tabel pendidikan terakhir, menurut lokasi) No Kota Tdk Tmt SD SD SMP SMA PT / Akd 1 Medan 1,9 % 5,7 % 21,4 % 61,9 % 9 % 2 Palembang 0,5 % 1,4 % 5,7 % 70 % 22,4 % 3 DKI Jakarta 2,2 % 3,5 % 21,5 % 63,7 % 9,1 % 4 Bandung 0 % 1,9 % 10,5 % 63,8 % 23,8 % 5 Semarang 0 % 1,4 % 6,7 % 70,3 % 18,6 % 6 Surabaya 0 % 6,7 % 23,4 % 57,6 % 11,4 % 7 Denpasar 1 % 3,8 % 18,1 % 58,7% 18,6 % 8 Makassar 0 % 4,3 % 16,7 % 69,5 % 9,5 % TOTAL 0,7 % 3,6 % 15,5 % 64,4 % 15,3 % 10

Karakteristik Responden (Tabel lama menggunakan napza suntik, menurut lokasi) No Kota Min Maks Mode Mean 1 Medan <1 thn 20 10 8,98 2 Palembang < 1 thn 20 5 10,37 3 DKI Jakarta < 1 thn 18 5 6,1 4 Bandung < 1 thn 20 5 7,81 5 Semarang < 1 thn 16 2 3,97 6 Surabaya < 1 thn 30 12 9,43 7 Denpasar < 1thn 46 10 9,43 8 Makassar <1 thn 12 5 5,84 TOTAL < 1 thn 46 5 8,47 11

Karakteristik Responden (Grafik jenis Napza yg paling sering digunakan dlm setahun terakhir) % 12

Perilaku Penasun (Grafik perilaku akses alat suntik dan perilaku menyuntik, 7 kota SCP Penasun) 100% 89% 71% 73% 65% 64% Akses ASS Perilaku menyuntik 13

Perilaku Penasun (Grafik perilaku akses alat suntik dan perilaku menyuntik, menurut lokasi SCP) 14

Perilaku Penasun (Tabel Akses ke Alat Suntik Steril) Jumlah Persentase Penasun 1470 100% Tidak punya akses ke ASS sama sekali 159 11% Punya akses ke Layanan ASS 1045 : 71% : PL 700 67% LSM 441 42% Puskesmas 316 30% Tidak akses ke LASS, tapi akses ke ASS dari 266 : 18% : Apotik/toko obat 200 75% Sesama penasun 73 27% Klinik/praktek dokter 33 12% Dari seluruh Penasun (baik yang akses LASS maupun yang tidak), terdapat 32,6 % yang pernah mengakses (membeli) ASS dari apotik/toko obat dalam sebulan terakhir. 15

Perilaku Penasun (Tabel Frekuensi Menyuntik) Jumlah Persentase Penasun 1470 100% Tidak menyuntik dalam 1 bulan terakhir 146 9,95% Menyuntik dalam 1 bulan terakhir 1324 : 90,05% : Setiap hari 743 50,5% 4-6 kali per minggu 51 3,45% 2-3 kali per minggu 166 11,3% 1 kali per minggu 88 6% 2-3 kali per bulan 169 11,5% 1 kali di bulan ini 107 7,3% 16

Tabel Perilaku Seksual Penasun (Menurut Lokasi SCP) Medan Palembang Bandung Semarang Surabaya Denpasar Makassar Total Berhubungan seks dlm 1 bln terakhir 112 137 161 177 135 149 142 1013 (84%) Penggunaan Kondom pd hub sex terakhir 22 (19%) 25 (19%) 63 (39%) 87 (49%) 53 (39%) 45 (30%) 55 (39%) 350 (36%) Selalu dan Sering menggunakan kondom pd hub sex dlm sebulan terakhir Selalu menggunakan kondom pd hub sex dlm sebulan terakhir 16 (14%) 26 (19%) 42 (26%) 61 (34%) 38 (28%) 40 (27%) 43 (30%) 266 (26%) 13 (11%) 24 (18%) 32 (20%) 41 (23%) 30 (22%) 32 (21%) 24 (17%) 196 (19%) 17

Tabel Perilaku Pembuangan Alat Suntik Bekas (Menurut Lokasi SCP) Medan Palembang Bandung Semarang Surabaya Denpasar Makassar Total Membuang secara aman 42 (20%) 55 (26%) 97 (46%) 106 (50%) 71 (34%) 78 (37%) 79 (38%) 528 (36%) Membuang secara tdk aman 168 (80%) 155 (74%) 113 (54%) 104 (50%) 139 (66%) 132 (63%) 131 (62%) 942 (64%) Total Penasun 210 210 210 210 210 210 210 1470 (100%) 18

Simpulan Frekuensi penyuntikan, cukup bervariasi. Penasun yang menyuntik napza setiap hari sebesar 50,5%. Penasun yang menyuntik dalam sebulan terakhir ada sekitar 90% dari total responden. Cakupan program LASS mencapai 71%. Ini masih di bawah target SRAN 2010-2014 (80% ). Capaian LASS ini bisa menunjukan cakupan program Harm Reduction. Layanan alat suntik steril dari PL lebih diminati. Besar kemungkinan karena kemudahan dan keamanannya. Meski ada 11% penasun tidak mendapatkan alat suntik steril, menarik untuk dicermati bahwa sekitar 18% penasun berinisiatif untuk mendapatkan alat suntik steril dari apotik, toko obat, teman penasun dan klinik atau praktek dokter. Dari seluruh penasun, 32,6 % diantaranya pernah mengakses (membeli) ASS dari apotik/toko obat dalam sebulan terakhir. Sebanyak 73% penasun tidak berbagi alat suntik dalam penyuntikan terakhir dan 61% penasun tidak berbagi alat suntik dalam penyuntikan sebulan terakhir (target SRAN 2010-2014 = 60%). Ada 35% penasun secara berperilaku menyuntik aman dalam setahun terakhir. Rata-rata penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko di kalangan penasun masih rendah. Penggunaan kondom yang konsisten sebesar 19% (target SRAN 2010-2014 = 60%). Partisipasi penasun dalam pembuangan limbah alat suntik masih rendah. Lebih dari setengah (64%) penasun masih memiliki kebiasaan membuang alat suntik bekas dengan cara tidak aman. 19

Rekomendasi Data frekuensi penyuntikan dapat digunakan untuk perencanaan logistik program Harm Reduction, khususnya LASS. Perlu peningkatan kegiatan yang menciptakan lingkungan yang lebih kondusif, sehingga penasun yang sudah terjangkau maupun yang belum, mau mengakses langsung ke layanan kesehatan yang tersedia. Kemandirian penasun perlu terus didorong agar selalu berinisiatif memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri. Hal Ini bertujuan supaya penasun terpapar layanan kesehatan lain yang disediakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan, misalnya penyampaian manfaat kemandirian untuk akses langsung ke layanan kesehatan. Ini dapat menjadi salah satu tema bahasan rutin dalam kegiatan diskusi pada pertemuan penasun, disamping mempromosikan layanan Harm Reduction yang tersedia. Perlu dikembangkan dan diterapkan penjaminan mutu layanan, termasuk jaminan ketersediaan alat-alat pencegahan. Serta memberi kemudahan akses, kenyaman dan keamanan kepada penasun yang mengakses layanan secara langsung. Salah satunya dengan pemberian kartu pasien khusus dan manfaat kepemilikannya. Program PMTS (Pencegahan HIV Melalui Transmisi Seksual) perlu diterapkan pada kalangan penasun dan pasangannya. Perlu perluasan kegiatan dan kemudahan pelaksanaan lapangan dalam pengumpulan dan pembuangan limbah alat suntik. 20

Lampiran 21

Frekuensi Menyuntik (7 kota SCP Penasun) Penasun 1470 (100%) Menyuntik dalam 1 bl terakhir 1324 (90,05%) Tidak menyuntik dalam 1 bl terakhir 146 (9,95%) Setiap hari 4-6 kali per minggu 2-3 kali per minggu 1 kali per minggu 2-3 kali per bulan 1 kali di bulan ini 743 (50,5%) 51 (3,45%) 166 (11,3%) 88 (6%) 169 (11,5%) 107 (7,3%) 22

Perilaku Menyuntik (7 kota SCP Penasun) Penasun 1470 (100%) Pernah berbagi alat suntik 949 (65%) Tak pernah berbagi 521 (35%) Menyuntik dalam sebulan terakhir: 816 (86%) Menyuntik, lebih dari sebulan y.l.: 133 (14%) Penyuntikan terakhir: Tdk berbagi 450 (55%), Berbagi 366 (45%) Penyuntikan dalam 1 mg terakhir: Tdk berbagi 410 (50%),Berbagi 406 (50%) Penyuntikan dalam 1 bln terakhir: Tdk berbagi 379 (46%), Berbagi 437 (54%) Penyuntikan terakhir: Tdk berbagi 103 (77%), Berbagi 30 (23%). 23

Akses ke Alat Suntik Steril (7 kota SCP Penasun) Penasun 1470 (100%) Punya akses ke ASS 1311 (89%) Tidak punya akses 159 (11%) Layanan ASS 1045 (80%) Non Layanan ASS 266 (20%) PL 700 (67%) LSM 441 (42%) Puskesmas 316 (30%) Apotik/toko obat 200 (75%) Sesama Penasun 73 (27%) Klinik/praktek dokter 33 (12%) 24

Tabel Perilaku Menyuntik (7 kota SCP Penasun) Jumlah Persentase Penasun 1470 100% Penyuntikan terakhir, tidak berbagi alat suntik Penyuntikan 1 minggu terakhir, tidak berbagi alat suntik Penyuntikan 1 bulan terakhir, tidak berbagi alat suntik 521+450+103=1074 73% 521+410=931 63% 521+379=900 61% 1 tahun terakhir tidak berbagi alat suntik 521 35% 25

Tabel Perilaku Menyuntik (Akses ASS dan Perilaku Menyuntik / Lokasi) Medan Palembang Bandung Semarang Surabaya Denpasar Makassar Total Responden 210 L: 196, P: 14 210 L: 209, P: 1 210 L: 202, P: 8 210 L: 205, P:5 210 L: 204, P:6 210 L: 201, P: 9 210 L: 200, P: 10 1470 (100%) L: 1417, P:53 Punya akses ke ASS 202 (96%) 181 (86%) 208 (99%) 163 (78%) 186 (89%) 170 (81%) 201 (96%) 1311 (89%) Punya akses ke Layanan ASS 161 (77%) 110 (52%) 161 (77%) 144(69%) 150 (71%) 144 (69%) 174 (83%) 1044 (71%) Penyuntikan terakhir tdk berbagi 125 (60%) 124 (59%) 178 (85%) 201 (96%) 118 (56%) 179 (85%) 149 (70%) 1074 (73%) Penyuntikan 1 mg terakhir tdk berbagi Penyuntikan 1 bln terakhir tdk berbagi 121 (58%) 110 (52% 180 (86%) 204 (97%) 132 (63%) 81 (39%) 103 (49%) 121 (58%) 107 (50%) 167 (79%) 203 (96%) 121 (58%) 79 (38%) 102 (49%) 931 (63%) 900 (61%) Tdk berbagi 1 thn terakhir 67 (32%) 77 (37%) 49 (23%) 181 (86%) 52 (25%) 71 (34%) 24 (11%) 521 (35%) 26

Perilaku Seksual Penasun (7 kota SCP Penasun) Penasun 1470 (100%) Berhubungan sex dalam 1 th terakhir 1202 (82%) Tidak berhubungan sex 268 (18%) Hubungan sex dalam 1 bl terakhir 1013 (84%) Tak hubungan sex dalam 1 bl terakhir 189 (16%) Dengan pasangan tidak berisiko (dgn pas tetap saja) 565 (56%) Dengan pasangan berisiko 448 (44%) Hub sex terakhir : pakai kondom 218 (39%), tak pakai 347 Hubungan sex terakhir: pakai kondom 132 (29%), tdk pakai 400 Hub sex dlm sebulan Terakhir: selalu 130 (23%), tak selalu 435 Hub sex dlm sebulan terakhir: Selalu pakai kondom 66 (15%), tdk selalu 481 Hub sex dlm sebulan terakhir: selalu dan sering 173 (30%), 393 tdk selalu dan tdk sering Hubungan sex dalam 1 bl terakhir: Selalu dan sering pakai kondom 93 (21%) tdk selalu dan tdk sering 446 Dari penasun yang melakukan hub sex dlm 1 bulan terakhir (dgn pasangan berisiko maupun pasangan yg tdk berisiko, karena Penasun tetap berisko dari perilaku menyuntiknya meski hanya memiliki 1 pasangan tetap): - Penasun yg menggunakan kondom pada hub sex terakhir adalah 218+132=350 org (36%) - Penasun yg konsisten menggunakan kondom pada hub sex 1 bulan terakhir adalah 173+93= 266 (26%) 27

Perilaku Pembuangan Alat Suntik Bekas (7 kota SCP Penasun) Penasun 1470 (100%) Pembuangan aman 528 (36%) Pembuangan tidak aman 942 (64%) 28