Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif terhadap Pengangguran di Kabupaten Banyumas

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE

DAFTAR PUSTAKA. Anonim, Statistik DIY Dalam Angka, Berbagai edisi, BPS, Jogjakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II. REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN VARIABEL DUMMY

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, BI RATE DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA BANK BUMN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

: Berkat Kristian Zega NPM : Pembimbing : Anne Dahliawati, SE., MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS DATA. tingkat kebenaran hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Dalam analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB I. REGRESI LINIER BERGANDA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM.

Embun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini adalah 35 kabupaten/kota dijawa tengah tahun 2011-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PRODUK, HARGA, PROMOSI DAN TEMPAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN RESTORAN RICHEESE FACTORY CABANG DEPOK KELAPA DUA

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Abstract. Keywords: Economic Growth, Budget Deficit, Foreign Direct Investment. Abstrak

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Cahaya Fajrin R Pembimbing : Dr.Syntha Noviyana, SE., MMSI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dengan rasio aktivitas, kita dapat mengetahui tingkat persediaan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA ACE HARDWARE DI MARGO CITY DEPOK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

Nama : Risa Yulia Putri NPM : Jurusan : Manajemen

Salah satu pelayanan yang mendasar bagi pemerintah daerah adalah pelayanan di bidang kesehatan. Untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan kepad

Mohamed Aslam :integrasi ekonomi asean dan kawasan perdagangan bebas...

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham pada PT Mustika Ratu Tbk periode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENGARUH ROA, ROE, DAN PER TERHADAP HARGA SAHAM PT MANDOM INDONESIA, Tbk.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Responden dari penelitian ini adalah seluruh pengusaha konveksi di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PADI DI DELI SERDANG. Riang Enjelita Ndruru,Marihat Situmorang,Gim Tarigan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Media Iklan, Kepercayaan, Kesesuaian Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Toko Online Zalora

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan merupakan perusahaan yang go public

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

verifikatif. Analisis verifikatif merupakan analisis yang mengacu pada

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

Transkripsi:

Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif terhadap Pengangguran di Kabupaten Banyumas Oleh: Agus Arifin 1) 1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT This research is aimed to study the influence of the number of productive age workforce, economic growth, and the number of small-medium business toward unemployment in Banyumas Regency. This research uses quantitative method by using the secondary data. The analysis methods of this research are Multiple Linier Regression and Elasticity of Coefficient Linier Regression. The result of research shows that each of independent variables, partially, influences the dependent variable (the number of unemployment) in Banyumas Regency. The number of productive age has a positive influence, so that an increasing of the number of productive age workforce will increase the number of unemployment. While, either the economic growth or the number of small-medium business has the negative influence so that each of those variables will decrease the number of unemployment. Keywords: productive age workforce, economic growth, small-medium business, unemployment PENDAHULUAN Dengan adanya otonomi daerah, maka masing-masing wilayah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengelola setiap aspek pembangunan guna mencapai tujuan dari pembangunan di masing-masing daerah tersebut. Keberhasilan pembangunan di daerah tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sudah barang tentu juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian tepenting dari pembangunan nasional secara keseluruhan, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tidak sebanding dengan tingkat pengangguran yang ada menyebabkan semakin banyaknya orang yang menganggur. PDRB merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan ekonomi suatu masyarakat. PDRB mengukur pendapatan total sekaligus pengeluaran total atas berbagai barang dan jasa dari suatu perekonomian tingkat regional. Pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri berskala kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya, sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada giliranya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan. Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Banyumas pada sektor industri-industri kecil lebih besar jumlahnya daripada penyerapan tenaga kerja pada sektor industri besar. Yaitu sebesar 52.064 jiwa dibandingkan industri besar dan sedang yang hanya menyerap tenaga kerja sebesar 5.024 jiwa (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas, 2009). Di Kabupaten Banyumas jumlah pengangguran pada tahun 2009 masih tinggi yaitu sebesar 134.793 jiwa. Penyumbang terbesar jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sumbang yaitu sebesar 12.736 jiwa, disusul oleh Kecamatan Wangon dan Sumpiuh masing-masing sebesar 8.742 jiwa dan 8.459 jiwa. Di wilayah eks-karasidenan Banyumas, tingkat pengangguran di Kabupaten Banyumas masih menempati urutan kedua tertinggi dalam yaitu sebesar 8,05 persen. Sementara itu, di urutan pertama adalah Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 10,61 persen dan urutan ketiga adalah Kabupaten Purbalingga dengan tingkat pengangguran sebesar 7,08 persen. Selanjutnya adalah Kabupaten Kebumen dan Banjarnegara dengan tingkat pengangguran terendah di wilayah eks- Karasidenan Banyumas yaitu sebesar 6,12 persen dan 4,91 persen (Badan Pusat Statistik, Jawa Tengah Dalam Angka 2009 ). Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang pengangguran di Kabupaten Banyumas menjadi penting, yaitu dengan melibatkan beberapa variabel seperti jumlah penduduk usia produktif, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil menengah. Corresponding Author: Agus Arifin, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jalan H.R Bunyamin Kampus Grendeng, Purwokerto, Telepon: 08156560530 E-mail: arifin_ie@yahoo.co.id

Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif Pengangguran (Agus Arifin) METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. 2. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banyumas tahun 2009. 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Sosial Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas. 4. Definisi Operasional Variabel a. Jumlah Penduduk Usia Produktif Dalam penelitian kali ini adalah jumlah penduduk usia produktif di wilayah Kabupaten Banyumas per kecamatan pada tahun 2009. b. Pertumbuhan Ekonomi Dalam penelitian kali ini, adalah pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Banyumas per kecamatan pada tahun 2009. c. Produk Domestik Regional Bruto Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Banyumas per kecamatan tahun 2008 dan 2009. d. Industri Kecil dan Menengah Dalam penelitian ini, adalah banyaknya jumlah industri kecil dan menengah yang ada di kabupaten Banyumas menurut kecamatan tahun 2009. e. Pengangguran Pengangguran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pengangguran yang berada di Kabupaten Banyumas per kecamatan tahun 2009. 5. Analisis Data Analsis yang digunakan adalah regresi linier berganda, untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah penduduk usia produktif, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil menengah terhadap jumlah pengangguran. Persamaan regresinya sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 Y = Jumlah pengangguran X 1 = Jumlah penduduk usia produktif X 2 = Pertumbuhan ekonomi X 3 = Jumlah industri kecil menengah β 0 = Konstanta + ε β 1, β 2, β 3 = Koefisien regresi ε = Variabel pengganggu Sebelum interpretasi hasil, dilakukan dulu uji asumsi klasik, yaitu multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Setelah lolos uji-uji tersebut, selanjutnya dilakukan uji statistik yang terdiri dari uji F (uji be rsama-sama) dan uji t (uji parsial). Di samping itu juga dilihat goodness of fit dengan (kesesuaian model) dengan adjusted R 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan olah data dengan software SPSS 16, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 2383,755 + 0,188X 1-801,36X 2 0,514X 3 Sebelum diinterpretasikan, dilakukan uji asumsi klasik. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini di mana tidak terjadi gejala multikolinieritas dikarenakan nilai VIF lebih kecil dari 5 untuk masing-masing variabel. Tabel 1. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel VIF Keterangan Jumlah penduduk usia produktif (X 1 ) 1,526 Tidak terjadi Multikolinieritas Pertumbuhan ekonomi (X 2 ) 1,005 Tidak terjadi Multikolinieritas Jumlah industri kecil dan menengah (X 3 ) 1,520 Tidak terjadi Multikolinieritas Dengan kata lain, variabel bebas yang digunakan sebagai prediktor dalam penelitian ini bersifat independen. Sementara itu, uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa tidak ada gejala autokorelasi karena nilai DW-hitung terletak di atas du dan di bawah 4-du (1,651<DW-hitung=2,017 <2,349). Selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi Model 1 b Model Summary Adjusted Std. Error o Durbin-W R R Square R Square the Estimat atson.862 a.743.710 1346.237 2.017 a.predictors: (Constant), X3, X2, X1 b.dependent Variable: Y Selanjutnya, hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 3. Dengan menggunakan 38

EKO-REGIONAL, Vol.7, No.1, Maret 2012 uji white, diperoleh hasil bahwa tingkat signifikansi setiap variabel bebas nilainya di atas 0,05 atau tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa model regresi bebas dari gejala heteroskedastisitas. Variabel t Sig. Keterangan X 1 0,611 0,547 Tidak terjadi Heteroskedastisitas X 2-1,134 0,269 Tidak terjadi Heteroskedastisitas X 3-1,084 0,290 Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas 2. Uji Statistik Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R 2 adalah 0,710. Hal ini menujukkan bahwa 71 persen variasi variabel terikat (jumlah pengangguran) dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya (jumlah penduduk usia produktif, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil menengah), sementara 29 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Uji pengaruh secara bersama-sama dilakukan dengan melihat nilai F, yaitu dengan membandingkan F hitung dan F tabel. Dari hasil pehitungan regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 22,188 (lihat Tabel 4) sedangkan nilai F tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, (alpha=0,05), derajat kebebasan (degree of freedom) df=n-k-1=27-3-1=23 di mana k adalah jumlah seluruh variabel bebas dan n adalah jumlah sampel penelitian diperoleh F tabel 3,03. Hal ini berarti nilai F hitung > F tabel sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa jumlah penduduk usia produktif, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah industri kecil menengah berpengaruh secara bersama-sama terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas dapat diterima. Tabel 4. Hasil Uji F Model 1 Regression Residual Total ANOVA b Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1.21E+08 3 40211823.48 22.188.000 a 41684171 23 1812355.279 1.62E+08 26 a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sementara uji pengaruh secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel. Hasil uji t ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji t Variabel Jumlah penduduk usia produktif (X 1 ) Pertumbuhan ekonomi (X 2 ) Jumlah industri kecil dan menengah (X 3 ) Koefisien regresi t hitung t tabel Sig. 0,188 5,902 2,064 0,000-801,360-5,811-2,064 0,000-0,514-2,092-2,064 0,048 a. Jumlah Penduduk Usia Produktif Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa variabel jumlah penduduk usia produktif memiliki t hitung sebesar 5,902. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan menggunakan analisis dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar 2,064 sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia produktif secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas, karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan berada di daerah penolakan Ho. Dengan variabel jumlah penduduk usia produktif secara parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah koefisien regresi sebesar 0,188 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah penduduk usia produktif sebanyak 1000 jiwa maka jumlah pengangguran akan naik sebanyak 188 jiwa, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap ( cateris paribus). b. Pertumbuhan Ekonomi Pada Tabel 5 terlihat bahwa variabel pertumbuhan ekonomi memiliki t hitung sebesar - 5,811. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan menggunakan analisis dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar -2,064, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah pengangguran Kabupaten Banyumas karena nilai - t hitung lebih kecil dari - t tabel dan berada di daerah penolakan Ho. Dengan demikian variabel pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah koefisien elastisitas koefisien regresi sebesar - 0,777 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1 persen maka jumlah pengangguran akan turun sebanyak 77 persen, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap (cateris paribus). c. Jumlah Industri Kecil dan Menengah Pada Tabel 5 terlihat bahwa variabel jumlah industri kecil dan menengah memiliki t hitung sebesar -2,092. Dengan menggunakan tingkat 39

Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif Pengangguran (Agus Arifin) keyakinan 95 persen dan menggunakan analisis dua sisi diperoleh nilai t tabel sebesar -2,064, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah industri kecil dan menengah secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah pengangguran Kabupaten Banyumas karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel dan berada di daerah penolakan Ho. Dengan demikian variabel jumlah industri kecil dan menengah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas. Nilai koefisien regresi sebesar -0,514 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah industri kecil dan menengah sebanyak 100 satuan usaha maka jumlah pengangguran akan turun sebanyak 51,4 jiwa, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap (cateris paribus) Berdasarkan hasil uji t di atas maka Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk usia produktif berpengaruh positif terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas, sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan jumlah industri kecil menengah berpengaruh negatif terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas dapat diterima. Selanjutnya, berdasarkan uji elastisitas dapat diketahui variabel yang paling berpengaruh terhadap pengangguran di Banyumas. Pada Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa koefisien elastisitas tertinggi dimiliki oleh variabel jumlah penduduk usia produktif yaitu 1,38. Dengan demikian, maka hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Jumlah penduduk usia produktif merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas juga dapat diterima. 3. Analisis Ekonomi a. Pengaruh Jumlah Penduduk Usia Produktif terhadap Jumlah Pengangguran di Kabupaten Banyumas Berdasarkan hasil pengujian statistik baik menggunakan uji F maupun uji t dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia produktif berpengaruh signifikan terhadap jumlah koefisien regresi sebesar 0,188 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah penduduk usia produktif sebanyak 1000 jiwa maka jumlah pengangguran akan naik sebanyak 188 jiwa, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap ( cateris paribus) dengan tingkat kepercayaan 95 persen (α=0,05). Pengaruh positif jumlah penduduk usia produktif terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada grafik linier di bawah ini. Jumlah Pengangguran (Y) 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Jumlah Penduduk Usia Produktif (X1) Gambar 1. Grafik Linier Jumlah Penduduk Usia Produktif-Pengangguran 80000 Grafik di atas (G ambar 1) menunjukkan adanya peningkatan jumlah usia produktif yang diimbangi dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Penyebab meningkatnya jumlah pengangguran yang paling mendasar adalah semakin bertambahnya jumlah penduduk terutama penduduk usia produktif yang menyebabkan para pencari kerja setiap tahun terus bertambah dan jumlahnya pun selalu meningkat sedangkan lapangan kerja yang tersedia bagi mereka tidak mencukupi. Masalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan dalam berbagai upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya pertumbuhan jumlah tenaga kerja sedangkan kemampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru sangat terbatas. Sebagai akibat dari keadaan yang bertentangan di atas, maka pertumbuhan penduduk biasanya dapat menimbulkan masalah pengangguran yang semakin lama semakin serius serta urbanisasi berlebihan (Arsyad, 2004). Penduduk yang bertambah dari tahun ke tahun dapat menjadi pendorong ataupun bahkan menjadi penghambat bagi perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah dalam jumlah besar akan menciptakan peningkatan jumlah tenaga kerja, dan pertambahan tersebut akan memungkinkan daerah menambah jumlah produksinya, karena jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pasar yang besar pula. Akan tetapi, penduduk yang besar dapat pula menghambat proses pertumbuhan, apabila kualitas sumberdayanya rendah. 40

EKO-REGIONAL, Vol.7, No.1, Maret 2012 b. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Jumlah Pengangguran di Kabupaten Banyumas Berdasarkan hasil pengujian statistik baik menggunakan uji F maupun uji t dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap jumlah koefisien regresi sebesar -801,36 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebanyak 1 persen maka jumlah pengangguran akan turun sebanyak 801,36 jiwa, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap ( cateris paribus) dengan tingkat kepercayaan 95 persen (α=0,05). Pengaruh negatif pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada grafik linier (Gambar 2). Gambar 2 menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik menyebabkan berkurangnya jumlah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian tepenting dari pembangunan secara keseluruhan, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu parameter yang terpenting adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Parameter lain seperti peningkatan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan wilayah. Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara atau daerah terlihat dari peningkatan produksi barang dan jasa yang dihasilkan daerah yang bersangkutan dan tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah yang terus mengalami peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran akan rendah. Jumlah Pengangguran (Y) 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 Gambar 2. Grafik Linier Pertumbuhan Ekonomi-Pengangguran c. Pengaruh Jumlah Industri Kecil dan Menengah terhadap Jumlah Pengangguran di Kabupaten Banyumas Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat disimpulkan bahwa jumlah industri kecil dan menengah berpengaruh signifikan terhadap jumlah koefisien regresi sebesar -0,514 mempunyai arti bahwa apabila terjadi kenaikan jumlah industri kecil dan menengah sebanyak 100 satuan usaha maka jumlah pengangguran akan turun sebanyak 51,4 jiwa, dengan asumsi bahwa variabel lain tetap (cateris paribus) dengan tingkat kepercayaan 95 persen (α=0,05). Jumlah Pengangguran (Y) 700 600 500 0-2 400 300 200 100 0 2 Pertumbuhan Ekonomi (X2) 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Jumlah Industri Kecil dan Menengah (X3) Gambar 3. Grafik Linier Jumlah Industri Kecil dan Menengah-Pengangguran 4 6 8 41

Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif Pengangguran (Agus Arifin) Pengaruh negatif jumlah industri kecil dan menengah terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada grafik linier pada Gambar 3. Grafik di atas (G ambar 3) menunjukkan adanya peningkatan jumlah industri kecil dan menengah yang semakin banyak menyebabkan berkurangnya jumlah pengangguran. Pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri manufaktur. Pengembangan industri berskala kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya, sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada giliranya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan. Di Kabupaten Banyumas, penyerapan tenaga kerja pada sektor industri-industri kecil lebih besar jumlahnya daripada penyerapan tenaga kerja pada sektor industri besar, yaitu sebesar 52.064 jiwa dibandingkan industri besar dan sedang yang hanya menyerap tenaga kerja sebesar 5.024 jiwa (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas, 2009). KESIMPULAN Variabel jumlah penduduk usia produktif berpengaruh positif signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan jumlah industri kecil menengah berpengaruh negatif signifikan terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas. Jumlah penduduk usia produktif merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pengangguran di Kabupaten Banyumas. Sebagai upaya dalam menurunkan jumlah pengangguran, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas perlu memperhatikan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan jumlah penduduk usia produktif, pertumbuhan ekonomi dan jumlah industri kecil menengah. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pembangunan ekonomi dengan sistem padat karya dan meningkatkan serta mendorong kewirausahaan skala kecil maupun menengah. Pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan karena dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi berarti meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan poduktivitas, efisiensi dan investasi. Produktivitas yang disertai dengan efisiensi akan menghasilkan produk yang dapat bersaing sehingga mampu meningkatkan volume penjualan dan pada akhirnya meningkatkan PDRB. Sedangkan investasi akan membuka peluang baru dalam membuka usaha baru atau mengembangkan perusahaan lama. Kebijakan pemerintah yang mendorong investasi akan menarik investor untuk berinvestasi di daerah. Kebijakan tersebut dapat berupa keringanan pajak, kemudahan ijin, kecepatan pengurusan dan bebas dari pungutan liar. Untuk membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, pihak pemerintah Kabupaten perlu melakukan program peningkatan kemampuan usaha atau kewirausahaan serta meningkatkan kemampuan modal usaha kecil. Antara lain dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang peran usaha kecil dan menengah serta lebih menggalakkan program PNPM yang bergerak di bidang ekonomi guna memberikan pinjaman modal. Pemberian kredit melalui PNPM ini bertujuan untuk membantu para wirausahawan yang kekurangan modal, sehingga mereka tetap dapat melanjutkan dan mengembangkan usahanya. Apabila usaha-usaha tersebut berkembang, maka pada akhirnya dapat menyerap tenaga kerja dan mengatasi masalah pengangguran. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sebaiknya memprioritaskan kebijakan yang berkaitan dengan jumlah penduduk usia produktif, karena dari hasil penelitian terbukti variabel tersebut paling berpengaruh terhadap pengangguran. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan usia produktif berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini kualitas pendidikan harus ditingkatkan terutama pendidikan kejuruan yang meluluskan siswa yang siap kerja. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan ketrampilan yang dibutuhkan dunia kerja. DAFTAR PUSTAKA Afrida. 2003. Ekonomi Sumber daya Manusia, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Ananta, Aris. 1973. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Lembaga Demografi FEUI. Jakarta. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. UPP AMP YPKPN. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Nasional 2010. Gujarati, D.N. 2001. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. 42

EKO-REGIONAL, Vol.7, No.1, Maret 2012 Insukindro, 2004. Modul Ekonometrika Dasar. FE UGM. Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Baru 2030. Andi Offset. Yogyakarta. Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nurimansyah. 1994. Ekonomi Industri Persaingan Monopoli dan Regulasi. LP3ES, Jakarta. Samuelson, dan William Nordhus. 1992. Makro Ekonomi Edisi ke Empat Belas. Erlangga. Jakarta. Simanjuntak, Payaman J. 2001, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, FEUI. Jakarta. Soekirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi ke Tiga. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta..2007. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan Edisi Kedua. Kencana. Jakarta Soeratno dan Soeparmono. 2004. Jurnal Keterkaitan Inflasi dan Pengangguran: Pembuktian Hipotesis Philips di Indonesia. Suparmoko, M. 2000. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE. Yogyakarta. Wikipedia. 2010. Penduduk. http://id.wikipedia.org/wiki/penduduk. di akses 9 Nopember 2010. 43

Kenaikan Jumlah Penduduk Usia Produktif Berkontribusi Positif Pengangguran (Agus Arifin) 44