INVESTASI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Analisis Perkembangan Industri

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

1. Tinjauan Umum

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

SURVEI PERSEPSI PASAR

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Contents

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

1 of 5 21/12/ :18

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa.

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Artikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39

Perekonomian Suatu Negara

VII. SIMPULAN DAN SARAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

Transkripsi:

INVESTASI DI INDONESIA Agni Indriani Widyaiswara Madya Pusdiklat KNPK Faktor-faktor yang menjadikan investasi di Indonesia menarik Investasi dapat mempunyai multiplier effect yang besar karena dengan dilakukannya investasi akan mendorong peningkatan baik di sisi produksi maupun sisi konsumsi. Dengan peningkatan di kedua sisi tersebut tentu akan menyebabkan terbentuknya pertumbuhan ekonomi. Wajarlah Indonesia dan semua negara di dunia berusaha menarik minat semua pihak untuk berinvestasi. Multiplier effect dari investasi dapat dilihat dari sisi produksi yaitu produksi akan tergenjot karena investasi akan memberikan ketersediaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan produksi menjadi lebih baik. Selanjutnya, untuk berproduksi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang lebih banyak sehingga akan mendorong pembukaan juga perluasan lapangan pekerjaan. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan, maka pendapatan masyarakat akan meningkat dan akibatnya dari sisi konsumsipun secara otomatis akan meningkat pula yang berakibat pasar domestik akan semakin bergairah. Dengan demikian, dengan investasi maka akan tercipta nilai tambah ekonomi akibat dari multiplier effect tersebut. Dan sangat logislah kalau komponen investasi menjadi patokan dalam menilai kualitas pertumbuhan ekonomi. Dari hasil survey daya saing ASEAN yang dilakukan Lee Kuan Yew School of Public Policy dan National University of Singapore selama 2011-2012 menyebutkan bahwa Indonesia paling diminati investor. Dari skala daya tarik investasi 0-10, Indonesia mendapatkan nilai 6,89 atau Abstraksi: Indonesia telah menjadi primadona dalam berinvestasi. Banyak hal-hal yang menjadikan Indonesia sebagai primadona tersebut seperti suku bunga yang menguntungkan investor, pendapatan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat, pertumbuhan dan kelas menengah Indonesia yang semakin meningkat, tingkat inflasi yang rendah dan stabil dan faktor regulasi pemerintah yang menunjang pertumbuhan investasi. Tetapi disamping itu ada juga hal-hal yang menghalangi atau melemahkan investasi di Indonesia seperti tingkat korupsi yang tinggi, infrastruktur yang minim, dan kepastian hukum yang lemah. Jadi untuk tetap mempertahankan tumbuhnya investasi tersebut maka faktor-faktor yang menjadi penunjang sebaiknya diperkuat dan yang melemahkan diperbaiki dan kalau bisa dihilangkan samasekali. Page 1 of 6

tertinggi dibandingkan dengan sembilan negara ASEAN lainnya. Setelah Indonesia, menyusul Vietnam, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Sebagai penopang pertumbuhan ekonomi, investasi menjadi salah satu komponen utama menggantikan kinerja ekspor yang cenderung melambat. Nilai investasi menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal mulai triwulan I-2012 sampai triwulan III-2012 berturut-turut Rp 71,2 triliun, Rp 76,9 triliun, dan Rp 81,8 triliun. Secara akumulatif, realisasi investasi mencapai Rp 229,9 triliun atau 81,09 persen dari target. Kenapa Indonesia menjadi primadona pihak-pihak yang berinvestasi? Ditengarai ada berbagai faktor yang saling berkait sehingga mendorong tumbuhnya aliran investasi ke Indonesia selama tahun 2012 ini, yaitu pertama adalah faktor suku bunga pinjaman. Sepanjang tahun 2012, BI rate karena sebagai acuan penetapan suku bunga pinjaman dan simpanan stabil pada posisi 5,75 bps, yang bertahan sejak Februari - November 2012, dimana sebelumnya berada pada posisi 6 bps (Januari 2012). Terjaganya BI rate memberikan pengaruh pada trend penurunan suku bunga kredit investasi, meskipun selisih antara BI rate dan suku bunga pinjaman (spread) masih cukup lebar. Data Bank Indonesia menunjukkan posisi suku bunga kredit pada September 2012 sebesar 11,35 persen, turun 3,2 persen dari Januari 2012 sebesar 11,73 persen. Tingkat suku bunga pinjaman yang rendah, kompetitif dan stabil akan menarik minat investor untuk Kenapa Indonesia menjadi primadona pihak-pihak yang berinvestasi? Ditengarai ada berbagai faktor yang saling berkait sehingga mendorong tumbuhnya aliran investasi ke Indonesia selama tahun 2012 ini, yaitu pertama adalah faktor suku bunga pinjaman. melakukan eskpansi atau pembukaan usaha baru karena terjadi pengurangan beban bunga. Alasan kedua adalah faktor tingkat pendapatan. World Bank mencatat Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tahun 2011 sebesar 2.940 USD, meningkat 17,6 persen dibanding 2010, dan bahkan selama periode 2007-2011 meningkat sebesar 83,75 persen. Berarti tingkat pendapatan per kapita Indonesia meningkat semakin besar yang menunjukkan daya/kemampuan beli masyarakat yang semakin meningkat pula. Ini tentu menjadi faktor penarik minat untuk berinvestasi karena dapat diperkirakan investasi tersebut tidak sia-sia karena akan dibeli konsumen. Ketiga adalah faktor pertumbuhan dan ukuran kelas menengah.kelompok kelas menengah yang terus tumbuh yang merupakan representasi ukuran pasar domestik menjanjikan pasar yang cukup besar sehingga menarik minat para investor untuk melakukan ekspansi atau membuka usaha baru. Hasil perhitungan ADB dengan menggunakan data SUSENAS BPS, proporsi kelas menengah Indonesia dibanding total populasi meningkat dari 25% pada 1999 menjadi 43% pada 2009. Secara absolut, jumlah kelas menengah meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun, dari sekitar 45 juta pada 1999 menjadi 93 juta pada 2009 (ADB, 2010). Survey terbaru Bank Indonesia pada 2011 menunjukkan angka peningkatan yang cukup signifikan. Kelompok kelas menengah Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,9 persen dari total populasi, sedangkan kelompok berpendapatan rendah mencapai 22,1 persen, dan sisanya sekitar 17 persen Page 2 of 6

tergolong kelompok berpendapatan tinggi. Faktor keempat adalah faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi yang rendah dan stabil ditunjukkan dengan sampai September 2012, inflasi Indonesia sebesar 3,66 % (y.o.y), yang jauh di bawah asumsi makro APBN 2012 sebesar 6,8 %. Keberhasilan pengendalian tingkat inflasi oleh pemerintah ini meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia sepanjang tahun 2012 karena ada kepastian usaha yang akan meminimalkan risiko proyek dalam investasi. Faktor kelima adalah faktor regulasi pemerintah.iklim investasi yang kondusif yang diciptakan pemerintah selain melalui pengendalian indikator ekonomi makro juga melalui peraturan perundangan berupa insentif fiskal dan non fiskal. Salah satu peraturan yang diterbitkan untuk menarik investasi yang merupakan insentif fiskal adalah PP 52 Tahun 2011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu Dan/Atau Daerah Tertentu. Pemerintah memberikan insentif fiskal berupa fasilitas pajak penghasilan badan yang meliputi: (1) Tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal; (2) penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; (3) Pengurangan tarif Pajak Penghasilan atas penghasilan dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri; dan (4) Perpanjangan masa kompensasi kerugian. Peraturan lainnya adalah berupa Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK- 130/PMK.011/2011 yang mengatur tentang insentif berupa tax holiday bagi industri pionir untuk mendorong aliran investasi pada sektor-sektor prioritas yang dipandang strategis bagi penguatan struktur industri nasional dan ini berarti peningkatan kualitas investasi. Sedangkan insentif non fiscal dilakukan dalam bentuk pemberian kemudahan pelayanan investasi, khususnya dalam hal penyederhanaan birokrasi layanan perijinan, pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perijinan investasi, serta informasi peluang usaha. Dengan pembentukan one stop services pelayanan investasi hingga ke tingkat daerah dimaksudkan juga dapat membantu investor dalam memotong biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan investasi. Faktor-faktor yang menjadikan pelemahan investasi di Indonesia Di samping faktor-faktor yang meyebabkan investasi di Indonesia menarik, kita tidak boleh berpuas diri karena ada juga kelemahan-kelemahan yang menjadi penghambat dan berpotensi menurunkan daya saing Indonesia. Penyebab utama tidak berminatnya para calon investor untuk berinvestasi di Indonesia adalah tingkat korupsi yang tinggi, infrastruktur yang minim, dan kepastian hukum yang lemah. Hasil survey ASEAN-BAC (ASEAN-Business Advisory Council) 2011-2012 terhadap 405 pebisnis menyebutkan bahwa, faktor utama yang menjadi penghalang investasi di Indonesia adalah korupsi. Di mata pelaku bisnis yang disurvey, indeks korupsi di Indonesia tertinggi diantara 10 negara ASEAN lainnya. Indeks korupsi Indonesia 3,90 disusul Filipina dengan indeks 3,86 dan Thailand Page 3 of 6

dengan indeks korupsi 3,78. Dari pemberitaan yang ada memang sepertinya korupsi sudah berurat akar di Indonesia. Bukannya takut dengan adanya penangkapan oleh KPK yang merupakan lembaga yang paling ditakuti, tapi tetap saja ada koruptor yang terus beraksi. Mungkin karena ringannya hukuman yang diterima oleh para koruptor yang sudah diputuskan bersalah, sehingga tidak ada efek jera disini. Semoga ini menjadi perhatian kita semua, terutama para pembuat peraturan untuk meningkatkan efek jera tersebut. Selain masalah korupsi, kendala utama yang dapat menghambat investasi yang akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi adalah masalah infrastruktur yang jelek seperti jalan. Biaya transportasi menjadi sangat tinggi karena sarana jalan yang sangat tidak memadai. Bahkan kadang buah atau sayuran yang dikirim ke daerah lain menjadi busuk sebelum sampai ke daerah tujuan. Akhirnya barang-barang menjadi sangat mahal karena faktor transportasi tersebut. Faktor lainnya yang menjadi penghambat daya saing dan iklim investasi di Indonesia adalah kepastian hukum dan peraturan atau yang lebih dikenal dengan birokrasi. Indeks kepastian hukum dan peraturan Indonesia 3,80 menjadi yang tertinggi kedua setelah Vietnam yang indeksnya menunjukkan 3,82. Disusul Filipina dengan indeks 3,85. Sementara untuk indeks pengenaan pajak dan administrasi sebagai penghambat investasi, Indonesia masuk dalam tiga besar tertinggi dengan indeks 3,64 sama dengan Filipina dan Kamboja. Investor masih melihat persoalan ini menjadi persoalan utama untuk bisnis dan investasi di Vietnam. Kepastian hukum dapat menjadi parameter utama bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu pilar utama untuk kepastian hukum itu adalah kualitas hakim yang akan memutuskan suatu perkara. Putusan yang dibuat hakim dinilai dapat berdampak pada kepastian hukum dan berujung pada Jika mengacu pada laporan daya saing global yang dirilis World ketidakpastian investasi. Jadi, masalah proses Economic Forum 2011-2012, kawasan seleksi hakim harus menjaring hakim yang ASEAN dinilai sebagai kawasan berintegritas tinggi dengan tingkat pendidikan bermasalah dan kurang kompetitif yang baik dan harus terus meningkatkan untuk investasi dan bisnis. pendidikannya sehingga keputusan yang diambil akan benar-benar mencerminkan rasa keadilan. Semoga peradilan Indonesia tidak lagi dikenal sebagai peradilan dengan jual beli hukum. Jika mengacu pada laporan daya saing global yang dirilis World Economic Forum 2011-2012, kawasan ASEAN dinilai sebagai kawasan bermasalah dan kurang kompetitif untuk investasi dan bisnis. Dalam laporan tersebut, peringkat daya saing Indonesia turun dua peringkat ke urutan 46 dari Page 4 of 6

142 negara. Posisi Indonesia tersebut di atas India, Vietnam, dan Filipina, tetapi tak lebih baik dari Malaysia dan Cina. Ada 11 indikator yang dijadikan WEF sebagai pengukur daya saing global suatu negara, yakni kinerja institusi publik, kondisi infrastruktur, kondisi makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar kerja, pengembangan pasar uang, kesiapan teknologi, potensi pasar, bisnis modern, dan inovasi. Versi WEF, kinerja lembaga publik yang menempati urutan ke-71. Kondisi ini memburuk mengingat terjadi penurunan atas 10 indikator penilainya. Meskipun ada upaya untuk memperbaikinya, praktik suap dan korupsi masih dianggap sebagai permasalahan yang paling pelik di mata pelaku usaha. Masih dari WEF, kondisi infrastruktur fisik di Indonesia naik enam peringkat ke urutan 76. Namun, kondisinya dianggap masih memprihatinkan mengingat kualitas dari fasilitas pelabuhan dan keterbatasan pasokan listrik belum menunjukkan kemajuan. Kualitas dari fasilitas pelabuhan menempati urutan ke-103 atau turun tujuh peringkat, sedangkan pasokan listrik berada di urutan 98. Kesimpulan Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, bahkan di ranking dunia sekalipun. Namun sayangnya dasar dari pertumbuhan ekonomi tersebut adalah konsumsi masyarakat. Neraca perdagangan (ekspor dan impor) pun kita masih di ambang batas BEP. Mengandalkan konsumsi berarti juga produksi kita belum cukup kuat menopang perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan dalam negeri belum cukup bersaing dengan perusahaan level global, kecuali pabrik rokok yang cukup ironis tentunya. Di tengah arus perdagangan global yang deras, budaya konsumsi tentu akan justru menjadikan Indonesia pasar yang mewah bagi para pedagang mancanegara (yang tentu banyak di antaranya berskala besar) dan akan sangat mengancam kelangsungan bisnis para pengusaha di Indonesia, khususnya usaha kecil dan menengah. Ada beberapa hal yang menjadikan Indonesia primadona dalam penanaman investasi yaitu pertama, tingkat suku bunga pinjaman yang rendah, kompetitif dan stabil akan menarik minat investor untuk melakukan eskpansi atau pembukaan usaha baru karena terjadi pengurangan beban bunga. Kedua adalah tingkat pendapatan per kapita Indonesia meningkat semakin besar yang menunjukkan daya/kemampuan beli masyarakat yang semakin meningkat pula dan ini menjadi faktor penarik minat untuk berinvestasi karena dapat diperkirakan investasi tersebut tidak sia-sia karena akan dibeli konsumen. Ketiga faktor pertumbuhan dan ukuran kelas menengah yang terus tumbuh merupakan representasi ukuran pasar domestik menjanjikan pasar yang cukup besar untuk usaha baru. Keempat adalah faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Dan kelima adalah adalah faktor regulasi pemerintah yang menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui pengendalian indikator ekonomi makro juga melalui peraturan perundangan berupa insentif fiskal dan non fiskal. Tetapi ada juga kelemahan-kelemahan yang menjadi penghambat dan berpotensi menurunkan daya Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, bahkan di ranking dunia sekalipun. Namun sayangnya dasar dari pertumbuhan ekonomi tersebut adalah konsumsi masyarakat. Neraca perdagangan (ekspor dan impor) pun kita masih di ambang batas BEP. Page 5 of 6

saing Indonesia. Penyebab utama tidak berminatnya para calon investor untuk berinvestasi di Indonesia adalah tingkat korupsi yang tinggi, infrastruktur yang minim, dan kepastian hukum yang lemah. Kembali lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik dibanding negara-negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu penguatan. Karena pergerakan gerbong ekonomi Indonesia dicantolkan pada investasi, pasar modal dan perbankan, maka hal ini dapat berdampak positif dan negatif yaitu dapat menolong Indonesia dalam berbagai masalah tapi juga dapat menjerumuskan jika tidak diatur dengan benar. Daftar Pustaka Admin BP3MD, Tentang Investasi di Indonesia. Astri Agustina, Iklim Investasi di Indonesia Semakin Baik, 28 Februari 2013-06-07 Eddy Cahyono Sugiarto, Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi, 1 Desember 2012 Erlangga Djumena (Editor) Kompas.com, sumber Kompas Cetak, Indonesia Primadona Investasi, 20 November 2012 Neraca.co.id, Jeleknya Kepastian Hukum ganggu Iklim Investasi Indonesia. Rahmadi, Faktor Kunci Meningkatnya Investasi di Indonesia, 1 Januari 2013 Ririn Radiawati, Korupsi masih jadi penghalang investasi, 7 April 2012 Page 6 of 6