17/03/2016 ADOPSI MENURUT HUKUM AGAMA ISLAM DAN NON ISLAM. Pengertian Tentang Adopsi. Disusun Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

Sejarah. Adopsi Dalam Hukum Islam. Surah Al-AhzabAyat4 dan5 08/03/2018

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PENETAPAN. Pengangkatan Anak yang diajukan oleh:

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

SALINAN PENETAPAN Nomor: 06/Pdt.P/2011/PA.Pkc.

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

P E N E T A P A N Nomor : 0018/Pdt.P/2011/PA. Skh.

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta berkembang

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK. A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Nomor : 03/Pdt.P/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. penerus baik bagi orang tua, bangsa maupun agama. Dalam Islam, anak

Kata kunci: Anak angkat, waris. KEDUDUKAN HUKUM ANAK ANGKAT TERHADAP HAK WARIS 1 Oleh: Sumiati Usman 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Pengangkatan anak PENETAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

PENGANGKATAN ANAK DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PEMERINTAH NO.54 TAHUN 2007 TENTANG PENGANGKATAN ANAK. Oleh : Sasmiar, S.H., M.H.

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

P E N E T A P A N Nomor : 307/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

Dasar Alkitabiah Adopsi / Pengangkatan Anak ADOPSI MENURUT AGAMA NON-MUSLIM. Hak Waris Anak Adopsi terhadap Orang Tua Biologis dan Orang Tua Angkat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB III LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) Anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala usia

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

Shohib Muslim Dosen Politeknik Negeri Malang

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGANGKATAN ANAK ANTAR WARGA NEGARA INDONESIA DAN AKIBAT HUKUMNYA DI KOTA SEMARANG

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Pengangkatan Anak Di Pengadilan Agama Bantul (Studi Kasus Penetapan

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

PENETAPAN. Nomor : 0003/Pdt.P/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. - Putusan perkara perdata Nomor : 216/Pdt.G/1996?PA.YK. Pengadilan Agama Yogyakarta adalah:

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU- VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSEKUENSI HUKUM PENETAPAN PENGADILAN TERKAIT PENGANGKATAN ANAK YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

SKRIPSI HARTA WARIS BAGI ANAK ANGKAT BERDASARKAN HUKUM WARIS ISLAM ESTATE FOR THE FOSTER CHILD IS BASED ON ISLAMIC INHERITANCE LAW

P E N E T A P A N Nomor: XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

BAB III ADOPSI MENURUT UNDANG-UNDANG DAN HUKUM ISLAM. anak kandung atau anak sendiri 37.Dalam bahasa Arab dikenal dengan

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

Transkripsi:

ADOPSI MENURUT HUKUM AGAMA ISLAM DAN NON ISLAM Pengertian Tentang Adopsi DariSegi Etimologi Disusun Oleh: RIKA CLAUDYA YUNITA 135010107111046/ 28 APRILLYA SUCI RAHAYU 135010101111132 / 21 PARAMITA WIDYANTI 135010101111127/ 19 FAUZIYAH TSAMROTUL F 135010100111057/ 7 THERESIA VELVINA ARDHANI 135010101111122 / 18 a. Dari segi etimologi yaitu asal usul kata, Adopsi berasala dari bahasa Belanda Adoptie atau Adoption ( Bahasa Inggris) yang berarti pengangkatan anak b. Dalam bahasa Arab disebut Tabanni yang menurut Prof. Mahmud Yunus diartikan dengan Mengambil anak angkat sedang menurut kamus Munjid diartikan menjadikannya sebagai anak (Muderis Zaeni. SH 1985;4) c. Pengertian dalam bahasa Belanda menurut kamus hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk sebagai anak kandungnya sendiri. 1 2 Dari segi Terminologi. Dari segi Terminologi (Muderis Zaeni. SH 1985:5) Adopsi diartikan : a. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dijumpai arti anak angkat yaitu anak orang lain yang diambil dan disamakan dengan nak sendiri. b. Dalam Ensiklopedia umum disebutkan (Muderis Zaeni. SH 1985:5) Adopsi, yaitu cara untuk mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan perundang-undangan. Biasanya adopsi dilaksanakan untuk mendapatkan pewaris atau mendapatkan pewaris atau untuk mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak beranak. Akibat dari adopsi yang demikian itu ialah bahwa anak yang diaposi kemudian memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan segala ha dan kewajiban. Sebelum melaksanakan adopsi itu calon orang tua harus memenuhi syarat-syarat untuk benar-benar dapat menjamin kesejahteraan bagi anak. Tinjauan Dari Hukum Islam Adopsi adalah memperlakukan sebagai anak dalam segi kecintaan pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya yang bukan memperlakukan sebagai anak nasabnya sendiri, menurut pandangan hukum islam hukumnya mubah atau boleh saja (diperbolehkan). Menurut hukum barat adopsi adalah memasukkan anak yang dketahuinya sebagai anak orang lain ke dalam keluarganya yang tidak ada pertalian nasab kepada dirinya sebagai anak sendiri, seperti hak menerima warisan sepeninggalnya dan larangan kawin dengan keluarganya. Contohnya seperti kisah Nab yusuf A.S, yang mana terdapat pada surah Yusuf, dimana Yusuf dijual oleh seseorang saudagar Mesir kepada pembesar kerajaan Fir aun untuk kemudian dijadikan anak angkat. Pembesar Mesir itu adalah seorang raja muda, Kotifar namanya menurut St. Roestam. Demikian sayang kepada isterinya untuk memperlakukan Yusuf dengan baik sebagai asuhnya. Mudah-mudahan kata raja itu ia kalau dikala dewasa akan membalas budi baik kita". 3 4

Atas dasar ini dapat dikemukakan bahwa: Namun dalam perjalanan hidupnya Yusuf ini dikhianati oleh ibu angkatnya (sang permaisuri) yang telah jatuh hati padanya, dengan jalan menuduh Yusuf ingin berbuat seorang dengannya. Kemudian Allah Yang Maha Mengetahui, membersihkan Yusuf dari segala tuduhan yang semena-mena itu. Itulah kisah NabiYusuf binya`kub bin Ishak bin IbrahimAS. Dalam cerita di atas tendensinya menurut hemat penulis bukanlah pada masalah pengangkatan anak. Namun kalau dikaitkan juga sesuai dengan apa yang dikemukakan ayat 111 dalam surah Yusuf ini menyatakan bahwa sesungguhnya kisah- kisah yang terdapat dalam Al Qur`an mengandung pengajaran bagi orang yang mempunyai akal mengandung pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. a. Bagaimana pun juga tidak dipersamakan dalam pengertian pertalian nasabnya antara anak kandung sendiri dengan anak angkat; b. Mengangkat anak dengan motivasi yang dibenarkan oleh Islam harus benar-benar dengan niat yang tulus, yaitu karena Allah semata, dalam rangka ibadah kepada-nya, agar dijauhkan dari segala hal yang negative; c. Apabila hendak mengangkat anak dengan motivasi yang benar, harus diperhatikan juga eksistensi calon si anak angkat itu sendiri dan lingkungan rumah tangga kita yang akan menerimanya sebagai anak angkat dari segala aspeknya, sehingga terjamin kelanjutan yang baik bagi semua pihak. 5 6 Hak Waris terhadap anak adopsi menurut hukum islam Pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris-mewarisi dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama ayah kandungnya (M. Budiarto, SH. Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, AKAPRESS, 1991). Dengan demikian, anak adopsi tidak mewarisi harta peninggalan orang tua angkatnya untuk melindungi hak dari anak adopsi tersebut, makan orang tua angkat dapat memberikan wasiat asalkan tidak melebihi 1/3 harta peninggalannya Dalam Al- Qur an surah Al- Ahzab ayat 4 dan 5 menyebutkan yang artinya sebagai berikut:... Dan tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulut saja, Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menujukkan jalan yang benar. Panggillah mereka(anak-anak itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka(panggillah mereka) sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu, dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu, dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Mah Penyayang. 7 8

Pokok pikiran tersebut antara lain: Ini berarti bahwa agama Islam memperbolehkan dilakukkannya pengangkatan anak sepanjang tidak diangkat sebagai anak kandung. Hal ini terlihat dari hasil rumusan Tim Pengkajian Bidang Hukum Islam pada Pembinaan Hukum Nasional dalam seminar Pengkajian Hukum 1980/1981 di Jakarta yang pernah mengusulkan pokok-pokok pikiran sebagai bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang anak angkat yang dipandang dari sudut hukum Islam. a. Hukum Islam tidak melarang adanya lembaga adopsi, bahkan membenarkan dan menganjurkan demi untuk kesejahteraan anak dan kebahagiaan orang tua. b. Perlu diadakannya pengaturan perundang-undangan tentang pengangkatan anak yang memadai. c. Supaya diusahakan adanya penyatuan istilah pengangkatan anak dengan meniadakan istilahistilah lain. d. Pengangkatan anak jangan memutuskan hubungan antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya. e. Hubungan kekayaan/kehartabendaan antara anak yang diangkat dengan orang tua yang mengangkat dianjurkan agar dalam hubungan hibah dan n hukum wasiat. 9 10 f. Pengangkatan anak yang terdapat dalam hukum adat hendaknya diusahakan agar tidak bertentangan dengan hukum islam. g. Pengangkatan anak oleh warga negara asing supaya diadakan pembatasan yang lebih ketat h. Tidak dapat dibenarkannya penganhgkatan anak oleh orang yang agamanya berlainan. Disamping hal tersebut diatas, Majelis Ulama menuangkan pendapatnya tentang pengangkatan anak sebagai berikut: (Surat Nomor U-335/MUI/VI/82 tanggal 18 Sya ban 1402 H/10 Juni 1982 yang ditandatangani oleh Ketua umum K.H.J. Syukuri Ghazali) a. Adopsi yang bertujuan untuk kepentingan anak angkat seperti pemeliharaan, pemberian bantuan dan sebagainya oleh agama Islam diperbolehkan. b. Orang-orang yang beragama Islam hendaknya mengadopsi/ mengangkat anak-anak yang beragama Islam, agar terjamin/tetap terpelihara ke Islamannya. c. Pengangkatan anak jangan sampai mengakibatkan hak kekeluargaan yang biasa dicaapi dengan nasab keturunan, sehingga adopsi tidak mengakibatkan hk waris/wali mewakili dan lain sebagainya. Oleh karenanya apabila ayah dan ibu angkat akan memberikan sesuatu kepada anak angkatnya supaya dilakuan pada waktu masih sama-sama hidup sebagai hibah biasa. d. Adapun adopsi dilarang: Oleh orang orang yang berbeda agamanya, misal orang yang beragama Nasrani mengadopsi anak yang bukan beragama Nasrani dan kemudian dijadikan pemimpin agama Nasrani. Terhadap anak-anak Indonesia oleh orang-orang Eropa dan Amerika atau lain-lainnya yang biasanya berlatar belakang seperti tersebut diatas. Oleh karenanya supaya diadakan usaha untuk menutupinya. 11 12

AKIBAT HUKUM DARI ADOPSI: - Terhadap hubungan hukum anak dan orang tua biologisnya Dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah (nasab) antara anak dan orang tua kandung. Pengangkatan anak dalam Islam bersumber langsung pada Firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 4 dan 5. Berdasarkan kedua ayat di atas, ulama menyatakan bahwa hubungan antara ayah atau ibu angkat dengan anak angkatnya tidak lebih dari sekedar hubungan kasih sayang. Pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan walimewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya (biologisnya). - Hak waris anak adopsi terhadap orang tua biologisnya dan orang tua angkatnya Anak angkat (anak adopsi) tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat, tetapi ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya. Demikian juga sebaliknya, orang tua angkat tidak menjadi ahli waris dari anak angkatnya. Dalam hal masalah pewarisan, anak angkat hanya berhak menerima wasiat yang ada kaitannya dengan harta peninggalan orang tua angkatnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 209 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya 13 14 -Tanggung jawab orang tua angkat dan keluarganya terhadap anak adopsi Dalam pasal 171 huruf (h) KHI dinyatakan bahwa, anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan, dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Dengan demikian jelas bahwa yang beralih tanggung jawabnya dari orang tua biologis / kandung (asal) kepada orang tua angkat hanyalah dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari dan biaya pendidikannya saja. Akan tetapi untuk masalah perwalian dalam perkawinan dan masalah waris, anak angkat tetap saja berhubungan dengan orang tua kandungnya. SYARAT PENGANGKATAN ANAK Adapun syarat-syarat pengangkatan anak yang sesuai dengan hukum islam adalah sebagai berikut: 1. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandung dan keluarganya. 2. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat, melainkan tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya, demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari anak angkatnya. 3. Hubungan keharta bendaan antara anak angkat dengan orang tua angkatnya hanya diperbolehkan dalam hubungan wasiat dan hibah. 4. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung kecuali sekedar sebagai tanda pengenal atau alamat. 5. Orang tua angkat tidak dapar bertindak sebagai wali dalam perkawinan terhadap anak angkatnya. 6. Antara anak yang diangkat dengan orang tua angkat seharusnya sama-sama orang yang beragama islam, agar si anak tetap pada agama yang dianutnya. 15 16

LEMBAGA YANG MENGESAHKAN ADOPSI Adopsi menurut Agama Katolik Salah satu kewenangan baru Pengadilan Agama (PA) setelah berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 berkaitan dengan penetapan asal usul anak dan pengangkatan anak. Kewenangan itu diatur dalam penjelasan Pasal 49 huruf a angka 20, yang menyebutkan bahwa PA berwenang mengadili penetapan asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam. PA hanya berwenang mengurusi adopsi anak di kalangan umat Islam. Di luar adopsi menurut hukum Islam, kewenangan ada di tangan PN, termasuk adopsi antar negara (intercountry adoption). Kewenangan PA menetapkan asal usul anak malah sudah disinggung dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) sejak 1991. Pasal 103 KHI menyebutkan bahwa asal usul anak dapat dibuktikan dengan akta kelahiran atau bukti lain. Jika akta kelahiran atau bukti lain tidak ada, maka yang berwenang menetapkan asal usul anak adalah PA. Di dalam agama katolik, Adopsi sendiri secara sederhana diartikan sebagai mengambil sesuatu dari luar yang bukan kekahasan setempat untuk digunakan di daerah tersebut. Dari pengertian ini maka anak adopsi berarti Pengangkatan/pengambilan Anak orang lain/dari luar(bukan anak kandung) ke dalam keluarga sendiri, sehingga di antara orang yang memungut anak dan yang dipungut timbul suatu hukum yang sama, seperti yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri. 17 18 Menurut agama katolik hubungan antara orang tua dengan anak itu terdapat 2 jenis yaitu : 1. Hubungan Darah Seseorang dapat dikatakan memiliki hubungan darah karena terjadi proses yang bersifat alami generatif. Pasangan suami istri yang sudah menikah dan melahirkan seorang anak, maka akan memiliki hubungan darah kodratin dengan anaknya, begitu uga berlaku sebaliknya. Dimana seorang anak langsung memiliki hubungan darah dengan orang tuanya saat setelah dia dilahirkan. 2. Hubungan Adopsi Gereja Katolik sendiri memandang hubungan adopsi adalah hubungan hukum antara orang tua dengan anaknya. Artinya hubungan itu timbul karena adanya pertalian hukum. Dalam kitab hukum Kanonik dikatakan bahwa Anak yang diadopsi menurut norma hukum sipil, dianggap sebagai anak dari orang atau orang-orang yang mengadopsinya sesuai yang dikatakan dalam kitab hukum kanonik bahwa dapat memungkinkah bahwa seorang pasangan suami istri yang tidak memiliki anak dapat melakukan adopsi. Jika orang tua yang melakukan adopsi kepada seorang anak yang masih memiliki orang tua, maka orang tua angkatnya wajib memberi tahukan asal-asul anak tersebut agar tidak memutus hubungan orang tua kandung dengan si anak. Hak Waris Anak Adopsi Di kalangan gereja sendiri untuk masalah hak waris yang akan diterima oleh anak adopsi tidak ada aturan yang mengatur untuk masalah waris, begitupun dalam kitab hukum kanonik itu sendiri. Namun dikalangan umat katolik sendiri jika mengangkat anak adopsi maka hak dan kewajiban anak adopsi tersebut tidak beda dengan anak kandung, maka anak adopsi tersebut berhak untuk menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya, juga berhak mendapat bagian yang sama dengan anak kandung. Bagi orang tua yang melakukan adopsi anak, menurut kalangan gereja. Karena orang tua sudah melakukan hubungan hukum yang sudah sah maka orang tua harus memenuhi kebutuhan dari anak adopsi ini tanpa membedakan status mereka dengan anak kandung. Termasuk dalam hal sebagai ahli waris. Jika orang tua yang melakukan adopsi itu tidak memiliki seorang anak kandung, maka yang menjadi ahli waris tunggal adalah anak adopsi tersebut. 19 20

Lembaga yang mengurus masalah adopsi katolik Untuk lembaga yang khusus menangani masalah adopsi anak katolik itu tidak ada, tapi ada yang bersedia membantu untuk mendapatkan anak adopsi dari yayasan khusus. Seperti PA St. Maria Ganjuran Yogyakarta yang mendirikan karya sosial Permata Hati. R Soeroso SH Perbandingan Hukum Perdata Kitab Hukum Kanonik 1983 KAN 110 DAFTAR PUSTAKA 21 22 Pertanyaan dan Jawaban 1. MisaladapasangansuamiistriA beragamaislam, pasangan suamiistrib beragamakhatolikb mengangkat anak dari keluarga A. Bagaimana status agama anak tersebut? Jawab: Boleh mengangkat anak dari agama lain karena dalam agama non islam anak angkat dianggap seperti anak kandung, tetapi status agama anak tersebut tetap beragama Islam karena tidak boleh memaksakan kehendak dari nk tersebut untuk memilih agama. Diatur dalam Undang-Undang Anak. Dan diambil dari beberapakasusyang adadalamagama non islam. 2. A dan B pasangan suami istri punya anak C (anak kandung), lalu mengadopsi anak. Lalu bagaimana pembagian warisnya? Jawab: SeumpamaA = suami(meninggal), B = Istri, C = Anak kandung(laki-laki), D = anakadopsi Bagiannya menurut hukum islam: B = mendapatkan 1/8 setelah dikurangi 1/3 wasiat wajiblah anak angkat D = 1/3 karenawasiatwajiblah, tidakbolehmelebihi1/3 C= ashobah(sisanya) 23 3. Apakah anak tersebut dapat menikahi anak kandung? jawab: Anak adopsi bias menikah dengan anakkandung, asalkanbukansaudara sepersusuan. Jika anak adopsi merupakan saudara sepersusuan, maka menyebabkan mahramnya dan tidak bias menikah. Sebagaimana hadist riwayat muslim berikut: sepersususan menyebabkan manjadimahramnya (diharamkan untukmenikah) sebgaimana hubungan kelahiran (HR. Muslim) Islam mengizinkan seseorang untukmenikahi selama bukandengan mahramnya. 4. Anak angkat bermain apidengan ayah angkat, dariadopsi Islam / non islamjikaanak tersebut hamil bagaimana statusnya? Jawab: Menurut agama islam itu haram, tergantung anak tersebut anak sepersusun anatau tidak. Status anak dari anak angkat tersebut menjadi anak luar kawin yang hanya punya hubungannya perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. 24