Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala

dokumen-dokumen yang mirip
Polimorfisme MspI pada Lokus 2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi PO dan Pengaruhnya terhadap Capaian Berat Badan Harian

Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

Polimorfisme DNA Gen Hormon Pertumbuhan dan Sifat Produksi pada Sapi Komposit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

KERAGAMAN GENETIK GEN HORMON PERTUMBUHAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN PADA SAPI SIMMENTAL. Disertasi HARY SUHADA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BIO306. Prinsip Bioteknologi

3. METODE PENELITIAN

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

POLIMORFISME GEN GROWTH HORMONE SAPI BALI DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH NUSA PENIDA

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

MATERI DAN METODE. Materi

Asosiasi Marka Genetik dengan Pertambahan Bobot Badan Sapi Madura di Pamekasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

Polymorphism of GH, GHRH and Pit-1 Genes of Buffalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen D-Loop DNA Mitokondria Sapi Benggala

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak

PENANDA KODOMINAN B11 BERDASARKAN CAPS SEBAGAI ALAT SELEKSI TOLERANSI TANAMAN PADI TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM

BAB III BAHAN DAN METODE

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

POLIMORFISME LOKUS MIKROSATELIT D10S1432 PADA POPULASI MONYET EKOR PANJANG DI SANGEH

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

Evaluasi Polimorfisme Leu/Val pada Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

7. KERAGAMAN GENETIKA NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

Transkripsi:

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 169-173 Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala Identification and characterisation of the polymorphic growth hormone gene of the Bali cattle, the Madura cattle and Ongole cattle SUTARNO 1, ARIS JUNAIDI 2, AGUS PURWOKO 1, NEO INDRA LELANA 1 1 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 57126 2 Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta 55281 Diterima: 26 Nopember 2001. Disetujui: 4 Januari 2002 ABSTRACT A total of 150 cattle consisting of 3 breeds (Bali, Madura and Ongole) of Indonesian native cattle were used in this study. The aims of the study were to identify and characterize polymorphisms in the growth hormone loci of those breeds of cattle. The genomic DNA was extracted using Wizard genomic DNA purification system from Promega. Two fragments of growth hormone gene were amplified using PCR and continued with RFLP using restriction enzymes of AluI and MspI. Polymorphisms were found at both loci of GH-L1 and GH-L2 of the growth hormone gene by PCR- RFLP analysis in all breeds of those cattle. Keywords: PCR-RFLP, growth hormone gene, polymorphism, Indonesian local cattle. 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta PENDAHULUAN Diversitas genetik pada sapi, dan juga pada hewan-hewan ternak lainnya mengalami penurunan sangat cepat (Hall & Bradley, 1995; Hammond & Leitch, 1995). Pemilihan suatu jenis sapi tertentu karena pertimbanganpertimbangan keunggulan ekonomis dalam hal produksi telah menurunkan diversitas genetik, dan bahkan menjadi salah satu mekanisme utama yang sangat potensial menurunkan diversitas genetik. Diversitas genetik merupakan dasar perkawinan silang bagi hewan ternak (Buis et al, 1994) karena informasi ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jenis melalui seleksi buatan. Pengetahuan mengenai pola-pola variabilitas genetik dari masing-masing jenis akan membantu pengembangan program persilangan, dan merupakan pengetahuan awal yang diperlukan dalam konservasi sumber genetik (Kidd et al, 1974). Dengan demikian maka informasi tentang diversitas genetik dan kekerabatan genetik pada hewan ternak termasuk sapi adalah sangat penting dalam usaha mengembang-biakkan sapi untuk memperoleh bibit unggul. DNA marker, yang diperoleh dengan menggunakan teknik deteksi berdasarkan PCR telah banyak ditemukan, baik dari DNA inti maupun DNA sitoplasma. Penemuanpenemuan ini sebenarnya dimulai dari adanya konsep diversitas genetik yang pada awalnya hanya didasarkan pada keanekaragaman morfologi. Dengan kemajuan di bidang biomolekuler, maka keanekaragaman morfologi dapat dicari langsung penyebabnya pada level gen, materi yang bertanggung jawab terhadap terjadinya variasi morfologi. Namun demikian, belum semua variasi morfologi dapat diketahui penyebabnya,

170 BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 169-173 karena tidak semua sifat yang tampak dikodekan oleh gen tunggal. Pada umumnya sifat yang memiliki nilai ekonomi tinggi dikodekan oleh banyak gen, yang dikenal dengan istilah polygenic traits, dengan demikian tidaklah mudah untuk memperoleh gen yang bertanggung jawab terhadap sifat semacam ini. Variasi DNA pada lokus gen hormon pertumbuhan banyak dipelajari akhir-akhir ini. Dengan kemajuan teknik molekuler, variasi gen hormon pertumbuahan dapat dideteksi secara lebih cepat dan akurat. Variasi pada gen ini akan mempengaruhi produk yang berupa hormon pertumbuhan. Pengaruh variasi ini dapat bersifat positif dan negatif, hormon pertumbuhan yang dihasilkan mungkin juga dapat defektif. Banyaknya minat untuk mempelajari variasi pada gen ini mungkin disebabkan karena produk gen ini sangat berpengaruh pada sifat-sifat yang memiliki nilai ekonomi penting. Hormon pertumbuhan mempunyai pengaruh utama pada pertumbuhan, laktasi dan perkembangan kelenjar susu (Cunningham, 1994; Hoj et al, 1993a). Dari uraian di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian awal ini adalah: adakah variasi genetik (polimorfisme) pada gen hormon pertumbuhan pada sapi pedaging lokal Indonesia (sapi Madura, Benggala dan Bali). BAHAN DAN METODE Sapi percobaan Tiga jenis sapi digunakan dalam penelitian ini, yaitu sapi Bali, sapi Madura dan sapi Ongole (Benggala). Sampel sapi Bali diambil dari Lombok, sampel sapi Madura diambil dari Madura dan sapi Benggala diambil di Surakarta. Pengambilan sampel darah Sampel darah diambil dari 150 individu sapi dari masing-masing jenis tersebut di atas secara venepuncture, menggunakan venoject. Darah yang diperoleh dimasukkan ke dalam 50 ml tabung reaksi yang telah diisi heparin sebagai antikoagulon. Sebanyak 10 ml darah ini diambil dan disimpan pada suhu 70 o C untuk referensi dikemudian hari, sedangkan sisanya digunakan langsung dalam penelitian untuk diekstrak sel darah putihnya. Pemisahan sel darah putih dari sampel darah Sel darah putih diekstrak menggunakan teknik Buffy coat. Total darah dimasukkan ke dalam tabung sentrifus, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1500 g selama 15-20 menit. Buffy coat yang diperoleh kemudian diambil dengan pipet, dipindahkan ke dalam tabung sentrifus 20 ml, dipenuhi dengan larutan buffer TE1, dan disentrifugasi lagi pada kecepatan 2000 g selama 10-15 menit. Pelet yang diperoleh kemudian diresuspensikan dalam 1 ml bufer TE2, dan dipindahkan ke dalam tabung penyimpan (Nunc) untuk disimpan pada suhu 80 o C sampai saat digunakan untuk proses selanjutnya. Ekstraksi DNA DNA diekstraksi dari sel darah putih dengan menggunakan teknik Wizard Genomic Purification System (Promega, Madison USA). Amplifikasi gen hormon pertumbuhan DNA yang diperoleh langsung digunakan untuk reaksi PCR yang dilakukan dalam mesin PCR (Perkin Elmer 2400/ 9700). Dua fragmen gen hormon pertumbuhan, lokus 1 dan lokus 2 diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer berturut-turut GH1/GH2 dan GH5/GH6. Semua reaksi amplifikasi dilakukan dalam volume 25 μl campuran reaksi yang terdiri dari: 200 ng DNA template, 0.15 μm dari masing-masing oligonukleotida primer, 200 μm dari masing-masing dntps, 2 mm MgCl 2, 10x bufer dan 1,5 unit Taq DNA polymerase dalam 0,6 ml tabung effendorf. Kondisi reaksi amplifikasi PCR untuk gen hormon pertumbuhan adalah sebagai berikut: satu tahap reaksi denaturasi awal pada suhu 94 o C selama 5 menit, diikuti dengan 30 siklus amplifikasi yang masing-masing siklus terdiri dari: denaturasi pada suhu 94 o C selama 45 detik, annealing pada suhu 60 o C selama 45 detik, dan ekstensi pada suhu 72 o C selama 1 menit; diikuti dengan satu tahap polimerasi final pada suhu 72 o C selama 5 menit. RFLP analisis Hasil amplifikasi PCR digunakan dalam reaksi digesti dengan menggunakan enzim AluI untuk mengidentifikasi situs polimorfisme AluI pada lokus 1, sedangkan lokus 2 didigesti menggunakan enzim MspI. Hasil digesti kemudian dielektroforesis pada bak elektroforesis horizontal dengan mengguna-

SUTARNO dkk. Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Lokal 171 kan gel yang terbuat dari 1-2% agarose dalam bufer TAE. Elektroforesis dilakukan dengan menggunakan gel horisontal selama 90 menit pada 55 volt. Lama waktu sangat tergantung pada konsentrasi gel dan voltase. Agar hasil elektroforesis dapat divisualisasi, ethidium bromida disertakan pada saat pembuatan gel dengan konsentrasi final 0,12 μg/ml. Setelah elektroforesis selesai, DNA divisualisasi di bawah sinar ultra violet dalam ruang gelap, dan diambil gambarnya menggunakan film Polaroid ukuran 57 dengan filter merah. Pengambilan data fenotip Data fenotip utama yang dikoleksi pada penelitian ini adalah berat badan (berat lahir; berat awal), berat pada hari ke-90 (dan berat pada hari ke-150 dan ke-210 untuk sapi Bali), sedangkan data fenotip pendukung adalah jenis kelamin, umur dan breed. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis PCR Lima puluh sampel dari masing-masing jenis sapi Bali, sapi Madura dan sapi Benggala telah dilakukan PCR untuk mengamplifikasi DNA menggunakan primer GH-1, GH-2, GH-5, dan GH-6. Fragmen yang diamplifikasi dengan primer-primer tersebut adalah dua lokus DNA pada gen hormon pertumbuhan. Amplifikasi menggunakan GH-1 dan GH-2 menghasilkan fragmen 223 bp lokus 1 gen hormon pertumbuhan, sedangkan amplifikasi menggunakan GH5 dan GH6 menghasilkan fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon pertumbuhan. Hasil RFLP Analisis pola pemotongan oleh enzim restriksi terhadap hasil amplifikasi PCR pada lokus 1 dan lokus 2 gen hormon pertumbuhan dilakukan terhadap 3 jenis sapi pedaging lokal Indonesia. Pada semua jenis ditemukan adanya polimorfisme DNA pada kedua lokus gen hormon pertumbuhan. Polimorfisme yang dideteksi dengan melakukan digesti menggunakan enzim restriksi AluI terhadap fragmen 223 bp lokus 1, serta dengan digesti menggunakan enzim restriksi MspI terhadap fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon pertumbuhan disajikan pada Gambar 2 dan 3. Situs-situs restriksi yang dihasilkan dari reaksi digesti dengan menggunakan enzim restriksi AluI dan MspI terhadap lokus 1 dan lokus 2 gen hormon pertumbuhan dipresentasikan pada Table 1. Tabel 1. Situs restriksi yang dihasilkan dari reaksi digesti dengan menggunakan enzim restriksi AluI terhadap fragmen 223 bp lokus 1 gen hormon pertumbuhan, dan MspI terhadap fragmen 329 bp lokus 2 gen hormon pertumbuhan. Enzyme Allel JumLah situs restriksi Ukuran fragmen (bp) AluI L 1 171, 52 V 0 223 MspI MspI + 1 224, 105 MspI - 0 329 Seperti yang diperlihatkan pada hasil di atas, perkembangan-perkembangan yang terjadi pada teknik molekuler telah menghasilkan banyak data tentang variasi genetik dari analisis DNA. Data-data semacam ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik pada kita tentang variasi genetik inter dan antar jenis sapi. Analisis dengan PCR-RFLP mampu mendeteksi tipe polimorfisme yang sama seperti yang diperoleh dengan menggunakan teknik RFLP secara tradisional, tanpa melalui Southern Blotting (Cushwa & Medrano, 1996). Karena tanpa Southern Blotting, maka waktu yang diperlukan lebih pendek dan sensitivitasnya pun meningkat (Weber & May, 1989). Jadi metode ini sangat efektif dan efisien untuk mempelajari variasi genetik. Variasi genetik pada jenis yang sama adalah sangat penting dan riset di bidang ini banyak menarik perhatian pada jenis hewan ternak, karena pengetahuan tentang variasi genetik mempunyai banyak aplikasi pada penyilangan dan genetika. Aplikasi variasi genetik ini oleh Archibald (1983) disebutkan misalnya untuk identifikasi hewan dan analisis pedigree (silsilah), pemetaan gen dan identifikasi marker/penanda gen yang mengendalikan sifat-sifat yang diinginkan. Karena semua sifat yang tampak (fenotip) dipengaruhi oleh informasi genetik yang dibawa oleh DNA, maka variasi DNA berhubungan dengan terjadinya variasi fenotip. Ide inilah yang merupakan dasar teknik seleksi yang akhir-akhir ini dikembangkan, yaitu seleksi berdasarkan gen marker yang dikenal dengan istilah marker

172 BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 169-173 Gambar 2. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada lokus 1 gen hormon pertumbuhan yang dideteksi dengan menggunakan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim AluI. Un-cut MspI +/+ MspI -/- MspI +/- MspI +/+ 100bp marker Un-cut L/L V/V L/V 100bp marker 600bp 223bp 171bp 52bp 100bp 329bp 224bp 105bp 600bp 100bp Gambar 3. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada lokus 2 gen hormon pertumbuhan yang dideteksi dengan menggunakan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim MspI. assisted selection (MAS). Teknik seleksi melalui MAS ini telah berkembang sangat cepat pada beberapa tahun terakhir (Schwerin et al, 1995; Soller, 1994). Variasi genetik yang diukur langsung pada level DNA, dapat juga digunakan untuk melakukan test terhadap munculnya variasi genetik pada sifat kuantitatif pada suatu jenis. Hal ini sangat bermanfaat dalam menjaga diversitas genetik. Polimorfisme pada situs restriksi oleh enzim AluI dan MspI pada lokus 1 dan lokus 2 gen hormon pertumbuhan telah dilaporkan sebelumnya pada sapi penghasil susu (Hoj et al, 1993; Lucy et al, 1993; Schwerin et al, 1995; Soller, 1994), Bavarian Simmental (Schlee et al, 1994) dan sapi India (Mitra et al, 1995). Analisis menggunakan PCR-RFLP di atas menunjukkan bahwa terjadinya polimor-

SUTARNO dkk. Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Lokal 173 fisme pada situs restriksi oleh enzim restriksi AluI disebabkan oleh adanya substitusi antara Leusin/Valin pada posisi 127 (Sutarno, 1998). Sedangkan terjadinya polimorfisme pada situs restriksi oleh enzim restriksi MspI disebabkan oleh adanya transisi C menjadi T pada posisi +837 (Sutarno, 1998). KESIMPULAN Dari hasil-hasil di atas dapat disimpulkan bahwa polimorfisme ditemukan pada sapi Bali dan sapi Benggala, serta pada sapi Madura namun dengan prosentase yang rendah. Perubahan leusin menjadi valin posisi 127 pada lokus 1 gen hormon pertumbuhan yang dideteksi dengan RFLP menggunakan enzim restriksi AluI, serta polimorfisme pada lokus 2 yang dideteksi dengan RFLP menggunakan MspI ditemukan pada ketiga jenis sapi ini. DAFTAR PUSTAKA Archibald, A. L. 1983. Genetic variation-the raw material of animal breeding. ABRO Report 28-32 Buis, R. C., J. K. Oldenbroek, and J.H.J. Vanderwerf. 1994. Preserving genetic variance resources in commercial and non-commercial populations. Netherlands Journal of Agricultural Science 42: 29-36 Cunningham, E.P. 1994. The use of bovine somatotropin in milk production - a review. Irish Veterinary Journal 45 (5) 207-210. Cushwa, W. T., and J.F. Medrano. 1996. Applications of the Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Assay for Genetic Analysis of Livestock Species. Animal Biotechnology 7: 11-31 Hall, S. J. G., and D.G. Bradley. 1995. Conserving livestock breed biodiversity [Review]. Trends in Ecology & Evolution 10: 267-270 Hammond, K., and H. Leitch. 1995. Towards better management of animal genetic resources. World Animal Review 84/85: 48-53 Hoj, S., M. Fredholm, N.J. Larsen, and V.H. Nielsen. 1993. Growth hormone gene polymorphism associated with selection for milk fat production in lines of cattle. Animal Genetics 24: 91-96 Kidd, K. K., L. Osterhoff, L. Erhard, and W.H. Stone. 1974. The use of genetic relationships among cattle breeds in the formulation of rational breeding policies: an example with South Devon (South Africa) and Gelbvieh (Germany). Animal Blood Groups and Biochemical Genetics 4: 21-28 Lucy, M. C., S.D. Hauser, P.J. Eppard, G.G. Krivi, and J.H. Clark. 1993. Variants of somatotropin in cattle - gene frequencies in major dairy breeds and associated milk production. Domestic Animal Endocrinology 10: 325-333 Mitra, A., P.P. Schlee, C.R. Balakrishnan, and F. Pirchner. 1995. Polymorphisms at growth-hormone and prolactin loci in Indian cattle and buffalo. Journal of Animal Breeding & Genetics Zeitschrift fur Tierzuchtung und Zuchtungsbiologie 112: 71-74 Schlee, P., R. Gram, L.O. Rottmann, and F. Pirchner. 1994. Influence of growth-hormone genotypes on breeding values of simmental bulls. Journal of Animal Breeding & Genetics Zeitschrift fur Tierzuchtung und Zuchtungsbiologie 111: 253-256 Schwerin, M., G. Brockmann, J. Vanselow, and H.M. Seyfert. 1995. Perspectives of molecular genome analysis in livestock improvement. Archiv fur Tierzucht Archives of Animal Breeding 38: 21-31 Soller, M. 1994. Marker assisted selection - an overview. Animal Biotechnology 5: 193-207 Sutarno. 1998. Candidate gene marker for production traits in beef cattle. In Veterinary Biology. Perth: Murdoch University. Weber, J. L., and P.E. May. 1989. Abundant class of human DNA polymorphisms which can be typed using the polymerase chain reaction. American Journal of Human Genetics 44: 388-396.