OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG DAN PURE PISANG NANGKA PADA PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG SEBAGAI PANGAN DARURAT

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR LAMPIRAN. viii

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. umumnya berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, memiliki kandungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

METODE. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

5.1 Total Bakteri Probiotik

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

FORMULASI PANGAN DARURAT BERBENTUK FOOD BARS BERBASIS TEPUNG MILLET PUTIH (Panicum milliaceum L.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

PERBAIKAN MUTU KERIPIK JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN KACANG KEDELAI DAN PERLAKUAN PERENDAMAN PADA LARUTAN KAPUR

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG 1 Taufik Rahman, 2 Rohmah Luthfiyanti, dan 3 Riyanti Ekafitri 1,2,3 Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI, Jl. K.S. Tubun No. 05 Subang 41213 E-mail : tkr_rh@yahoo.com, romce2000@yahoo.com Abstrak. merupakan salah satu jenis buah-buahan yang bergizi lengkap. Salah satu upaya untuk memberikan nilai tambah pada buah pisang yaitu dengan mengolah pisang menjadi makanan siap saji (food bar) yang memiliki kandungan gizi tinggi. Selain dapat digunakan sebagai makanan siap saji yang tinggi kalori, food bar juga dapat digunakan sebagai makanan darurat (emergency food) yang dapat memenuhi kebutuhan energi harian manusia. Telah dilakukan penelitian untuk membuat food bar berbasis buah pisang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik bahan baku serta produk food bar berbasis pisang. Metode penelitian diawali dengan karakterisasi bahan baku yaitu tepung pisang, tepung kedelai, dan tepung ubi jalar, selanjutnya dilakukan optimasi proses pembuatan food bar meliputi penentuan suhu dan waktu pemanggangan yang optimal. Hasil analisa proksimat terhadap bahan baku food bar yaitu tepung pisang nangka, puree pisang, tepung kedelai, dan ubi jalar menunjukkan bahwa tepung pisang memiliki kandungan kadar air 8,56%, kadar abu 2,59%, kadar lemak 1,31%, kadar protein 0,39%, dan kadar karbohodrat 40%. Puree pisang nangka mengandung kadar air 60,10 %, kadar abu 0,95 %, kadar lemak 0,39 %, kadar protein 1,57 % dan kadar karbohidrat 36,14 %, tepung kedelai mengandung kadar air 2,83 %, kadar abu 3,67 %, kadar lemak 15,11 %, kadar protein 39,70 % dan kadar karbohidrat 36,94 %. ubi jalar mengandung kadar air 9,69 %, kadar abu 2,48 %, kadar lemak 0,47 %, kadar protein 0,16 %, dan kadar karbohidrat 64,15. Hasil optimasi proses terhadap suhu dan waktu pemanggangan menunjukkan bahwa suhu dan waktu pemanggangan yang optimal yaitu pada suhu pemanggangan pertama 120 o C selama 40 menit dan suhu pemanggangan kedua 140 o C selama 5 menit. Kata Kunci: food bar, optimasi, pisang, pemanggangan 1. Pendahuluan Pola hidup masyarakat yang cenderung menyadari akan pentingnya kesehatan dan tingginya tingkat kesibukan masyarakat menyebabkan kebutuhan pangan tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan gizi konvensional bagi tubuh serta pemuas mulut dengan cita rasa yang enak, melainkan pangan diharapkan mampu berfungsi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, aman dikonsumsi serta praktis dalam penyajiannya (Winarno dan Felicia, 2007). merupakan salah satu potensi lokal yang banyak ditemui di seluruh daerah Indonesia. dapat diolah menjadi aneka macam makanan, salah satu makanan berbasis pisang yang prospektif dikembangkan adalah food bar. Food bar berbasis pisang yang dikemas dengan nilai kalori yang cukup untuk setiap sajian. Kemudahannya untuk dikonsumsi menjadikan nilai tambah produk ini untuk pola masyarakat modern saat ini. 295

296 Taufik Rahman et al. merupakan salah satu komoditas nasional yang memiliki kandungan gizi yang lengkap. memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Kandungan gizi pisang terdiri dari air, karbohidrat protein, lemak dan vitamin A, B1, B2 dan C. Pada saat ini pemanfaatan pisang hanya dikonsumsi dalam bentuk segar. Salah satu upaya untuk memberikan nilai tambah dari komoditas pisang adalah dengan mengolah pisang menjadi berbagai produk olahan siap saji dengan nilai kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh. Salah satu produk olahan pisang yang dapat dikembangkan adalah food bar. Food bar dapat dikonsumsi sebagai makanan siap saji yang memenuhi kebutuhan energi harian manusia dan dalam keadaan darurat (bencana) dapat digunakan sebagai salah satu makanan darurat (emergency food) bagi masyarakat Indonesia yang ada di daerah bencana. Food bar adalah produk pangan padat yang berbentuk batang dan merupakan campuran dari berbagai bahan kering seperti sereal, kacang-kacangan, buah-buahan kering yang digabungkan menjadi satu dengan bantuan binder. Pada penelitian ini binder yang digunakan adalah puree pisang. Keanekaragaman olahan pangan berbasis pisang dapat dijadikan suatu peluang untuk pengembangan usaha produktif. Dengan demikian diharapkan akan dapat menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pangan, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, serta membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik bahan baku serta produk food bar berbasis pisang. Penelitian food bar berbasis pisang yang dilakukan di B2PTTG LIPI ini telah didaftarkan paten ke dirjen HKI kementrian hukum dan HAM dengan nomor pendaftaran paten P00201100477 2. Bahan Dan Metodologi 2.1 Bahan Dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang nangka, tepung pisang nangka, tepung kedelai, tepung ubi jalar, gula, margarin dan garam dan bahan kimia untuk analisa proksimat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven pemanggang, mixer, loyang, alat proses pembuatan cookies dan peralatan laboratorium untuk analisa kimia. 2.2 Metode Penelitian Penelitian ini diawali dengan persiapan dan karakterisasi bahan baku. Persiapan bahan baku yang dilakukan adalah pembuatan tepung kedelai dan tepung pisang. Tahapan selanjutnya adalah melakukan karakterisasi tepung yang meliputi karakterisasi proksimat (kadar karbohidrat, protein, lemak, abu, dan air). Selanjutnya disusun formulasi pembuatan produk food bar dan optimasi suhu dan waktu pemanggangan yang merupakan tahapan penting dalam pembuatan food bar. Produk food bar yang telah dibuat selanjutnya dilakukan analisa kimia. Analisa kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam produk. Jenis analisa yang Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Optimasi Proses Pembuatan Food Bar... 297 dilakukan yaitu : (1) kadar air dengan metode gravimetri, (2) kadar abu dengan metode gravimetri, (3) kadar protein dengan metode kjeldahl, (4) kadar lemak dengan metode ekstraksi soxhlet, dan (5) kadar karbohidrat dengan metode luff schoorls. Diagram alir pembuatan food bar berbasis pisang yang akan digunakan berdasarkan pada metode ferawati (2009) yang dimodifikasi seperti yang terlihat pada adalah seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Diagram alir pembuatan food bar metode ferawati (2009) yang dimodifikasi 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Karakteristik Bahan Baku Tahap karakterisasi bahan baku meliputi analisis proksimat bahan baku utama dan penentuan tingkat kematangan pisang yang digunakan. Analisis proksimat terdiri dari analisis kadar air, kadar abu, kadar protein (metode Kjeldahl), kadar lemak metode soxhlet, dan kadar karbohidrat (by difference). Bahan baku yang dianalisis secara proksimat adalah pisang segar, tepung pisang, tepung kedelai dan tepung ubi jalar. Hasil analisis dinyatakan dalam % berat kering K.Air (%) K. Abu (%) 8 6 60.10 4.00 3.00 2.59 3.67 2.48 4 2 Puree 8.56 2.83 Kedelai 9.69 Ubi Jalar 2.00 1.00 0.95 Puree Kedelai Ubi Jalar ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

298 Taufik Rahman et al. K. Lemak (%) K. Karbohidrat (%) 2 15.00 1 5.00 0.39 1.31 Puree 15.11 Kedelai 0.47 Ubi Jalar 8 6 4 2 36.14 4 36.94 Puree Kedelai 64.15 Ubi Jalar Gambar 2. Hasil analisa kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar karbohidrat bahan baku Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan yang dapat mempengaruhi kualitas bahan pangan itu sendiri. Peningkatan jumlah air dapat mempengaruhi laju kerusakan bahan pangan oleh proses mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis. yang digunakan dalam pembuatan food bar ini adalah pisang nangka masak dengan briks berkisar antara 26,9 30,3. segar akan ditambahkan dalam pembuatan food bar dengan tujuan memberikan aroma pisang yang kuat pada food bar yan akan dihasilkan dan menutupi aroma langu akibat penggunaan tepung kedelai. Hasil analisa kadar air menunjukkan bahwa puree pisang nangka memiliki nilai kadar air tertinggi, yaitu 60,10 %. Hal ini dipengaruhi tingkat kematangan pisang. tepungan yang digunakan memiliki kadar air < 10 %. Kadar air ini tergolong aman untuk disimpan. Menurut Winarno (2008) kadar air bahan pangan yang aman untuk penyimpanan adalah kurang dari 14%. Kadar abu secara kasar menggambarkan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Diantara bahan baku yang dianalisa, tepung kedelai memiliki kadar abu yang tertinggi, yaitu 3,67 % sedangkan pisang memiliki kandungan kadar abu terendah yaitu sebesar 0,95%. Mineral tertinggi dalam pisang adalah kalium (PKBT IPB 2005). Mineral ini penting untuk trasportasi sel sehingga metabolisme tubuh menjadi lancar (Astawan dan Kasih 2008). Pada tepung pisang yang digunakan memiliki nilai kadar abu sebesar 2,59 %. Rendahnya kandungan mineral pada tepung pisang dipengaruhi tingkat kematangan pisang yang digunakan dan tahapan proses penepungan. Analisis kadar lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan lemak dari suatu bahan pangan, terdapat berbagai metode analisis kadar lemak, pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi soxhlet. Hasil analisis menunjukkan kadar lemak pisang sebesar 0,8 %, kadar lemak tepung pisang sebesar 0.42 %, dan kadar lemak tepung kedelai sebesar 15,11 %, dan kadar lemak tepung ubi jalar 0,47 %. Kadar lemak tertinggi dimiliki oleh tepung kedelai. Karbohidrat merupakan komponen utama bahan pangan yang memiliki sifat fungsional yang penting dalam proses pengolahan pangan. Total karbohidrat ditentukan dengan metode by difference. Penelitian ini menggunakan pisang, tepung pisang, dan tepung ubi jalar sebagai penyedia sumber karbohidrat yang utama. Kadar karbohidrat tertinggi Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Optimasi Proses Pembuatan Food Bar... 299 dimiliki oleh tepung pisang. ubi jalar yang digunakan varietas maja dalam penelitian ini memiliki kadar amilosa sebesar 12,71 g/100g dan kadar amilopektin sebesar 50,67 g/100g. Kedua komponen pati ini diarapkan mampu membentuk tekstur food bar yang baik. Tabel 1. Kadar protein bahan baku food bar Bahan baku Kadar protein (%) Puree pisang nangka 1,57 pisang nangka 0,39 kedelai 39,70 ubi jalar 0,16 Analisis protein metode Kjeldahl digunakan untuk menentukan kadar protein kasar dari bahan pangan. Metode ini didasarkan pada pengukuran nitrogen total yang ada dalam contoh. Kadar protein tertinggi dimiliki oleh tepung kedelai yaitu 39,70 % sedangkan bahan yang memiliki kadar protein terendah yaitu tepung ubi jalar. Kedelai merupakan sumber pangan yang nabati dengan kandungan protein yang tinggi, yaitu 40% (Kay 1979). 3.2 Optimasi Suhu dan Waktu Pemanggangan Setelah dilakukan persiapan bahan baku dan karakterisasi bahan baku, dilakuakn tahapan optimasi proses pembuatan food bar merujuk pada bahan dan proses pembuatan banana bar oleh Ferawati (2009). Dimensi produk yang dibuat 10x3x1 cm. Adapun perlakuan bahan baku dan suhu pemanggangan yang diujicobakan dan hasil pengamatan, dapat dilihat pada Tabel 2. Kondisi Pemanggangan Suhu o C T1=100, T2=120, T1=120, T2=100, T1=140, T2=160, T1=160, T2=140, T1=140, T2=160, T1=160, T2=140, Tabel 2. Hasil pengamatan perlakuan suhu serta waktu pemanggangan Waktu (menit) t1 = 40 t2 = 20 t1 = 20 t2 = 40 t1 = 40 t2 = 20 t1 = 20 t2 = 40 t1 = 30 t2 = 10 t1 = 10 t2 = 20 Deskripsi hasil Warna coklat tua (++), permukaan luar empuk, sedikit matang, rasa manis, aroma pisang terasa. Warna coklat (+), permukaan kering, bagian dalam agak basah, rasa manis, tekstur kompak Warna coklat tua (+++++++), permukaan luar kering(+++++), empuk (+),aroma pisang (++), mudah dipatahkan (+) Warna coklat tua (++++), permukaan luar kering (++++), empuk (++), aroma pisang (+), mudah patah (++) Warna coklat gelap (+++++), permukaan keras (++++), mudah dipatahkan(+++), aroma pisang (+++), bagian dalam banyak yang empuk Coklat gelap (++++), permukan keras (++), bagian dalam empuk (+++), aroma pisang (+++), mudah dipatahkan (++) Berdasarkan deskripsi hasil tersebut, diketahui bahwa pada suhu pemanggangan 100 o C selama 40 menit dan 120 o C selama 20 menit dan sebaliknya belum menghasilkan tekstur produk akhir yang diinginkan. Tekstur produk yang dihasilkan pada bagian luar ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

300 Taufik Rahman et al. kering dan pada bagian dalam terlihat basah. Bagian dalam produk yang empuk merupakan akibat dari penggunaan pisang matang yang dihaluskan. Produk terlihat mengalami crust hardening. Penggunaan suhu 160 o C selama 40 menit dan suhu 140 o C selama 20 menit menghasilkan tekstur permukaan yang keras namun tidak sekeras produk yang dihasilkan dengan suhu pemanggangan 140 o C selama 20 menit dan suhu 160 o C selama 40 menit, bagian empuk lebih banyak dan lebih mudah dipatahkan dibandingkan produk yang dihasilkan dengan suhu pemanggangan 140 o C selama 20 menit dan suhu 160 o C selama 40 menit dengan aroma pisang yang masih cukup terasa. Penampakan dan tekstur produk belum dikatakan optimal karena produk masih dikategorikan keras dan agak gosong. Perlakuan waktu pemanggangan selama 30 menit pada suhu 140 o C dan selama 10 menit pada suhu 160 o C mengasilkan tesktur yang lebih baik, lebih empuk dibandingkan perlakuan sebelumnya, tetapi bagian permukaan masih keras sehinga dikatakan masih belum optimal. Selanjutnya diujicobakan suhu pemanggangan 160 o C selama 10 menit dan suhu 140 o C selama 20 menit. Dibandingkan dengan perlakuan waktu sebelumnya, produk yang dihaslkan pada perlakuan ini lebih baik. Bagian dalam produk banyak yang empuk dan tekstur cenderung liat, bagian permukaan masih keras, aroma pisang terasa, dan lebih mudah dipatahkan. Perlakuan suhu selanjutnya adalah 120 o C dan 140 o C. Berbeda pada tahapan sebelumnya. Pada uji coba kali ini, perubahan produk saat dipanggang diamati setiap beberapa menit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengamatan perlakuan suhu serta waktu pemanggangan Waktu Perlakuan Suhu pengamatan Deskripsi (menit) T1 120 O C T2 140 O C 5 Belum terlihat perubahan 7 Belum terlihat perubahan T1 120 O 15 Warna coklat terlihat pada bagian bawah C 20 Warna coklat terlihat pada bagian bawah 30 Wana coklat mulai tampak di bagian samping 40 Warna coklat mulai merata Warna coklat merata dan bagian permukaan mulai T2 140 O C 5 mengeras, empuk (++), mudah patah (++), aroma pisang (++). T1 140 O C T2 120 O C 5 Belum terlihat perubahan T1 140 O 7 Bar mulai mengembang C 10 Bagian bawah berwarna coklat muda 15 Warna coklat mulai tampak dibagian samping 5 Bagian atas mulai berwarna coklat Bagian atas berwarna coklat, bagian dalam berwarna T2 120 O C seperti warna adonan, bagian permukaan terpisah 10 dengan bagian dalam (terdapat rongga), empuk (+++), aroma pisang (++), mudah patah (++) Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Optimasi Proses Pembuatan Food Bar... 301 Berdasarkan deskripsi produk tersebut, dipilih suhu pemanggangan 120 O C selama 40 menit dan 140 O C selama 5 menit sebagai suhu dan waktu yang terbaik. Pemanggangan bertingkat ini dimaksudkan untuk memperoleh kematangan produk yang optimal. Pemanggangan pertama dengan suhu rendah diharapkan dapat mematangkan produk bagian dalam sehingga tidak terjadi crust hardening, yaitu matang bagian luar tetapi tidak dibagian dalam. Pemanggangan kedua dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dengan tujan mendapatkan warna yang merata pada permukaan atas dan tekstur renyah pada permukaan atas. 3.3 Karakteristik Produk Setelah ditemukan suhu dan waktu pemanggangan yang terbaik pada proses pembuatan food bar, selanjutnya dilakukan analisa proksimat terhadap produk food bar seperti yang terlihat pada Gambar 3. 7 6 5 4 3 2 1 18.02 Food Bar 2.75 4.86 8.74 63.27 K.Air (%) K. Abu (%) K. Lemak (%) K. Protein (%) K. Karbohidrat (%) Gambar 3. Hasil analisa proksimat produk food bar Dari hasil analisa terhadap food bar terlihat bahwa komponen terbesar yaitu karbohidrat dengan nilai sebesar 63,27% sedangkan kadar lemak sebesar 4,86% dan kadar abu 2,75 %. Untuk kadar protein yang dimiliki food bar yaitu sebesar 8,74 %. Komponen protein terbesar pada produk food bar disumbang dari tepung kedelai. Kadar air produk food bar masih cukup tinggi yaitu 18,02 % sehingga masih cukup rawan untuk mengalami mengalami kerusakan selama penyimpanan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh waktu pemanggangan yang masih kurang. Dengan demikian perlu ada perbaikan waktu pemanggangan. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui waktu dan suhu pemanggangan yang optimal pada proses pembuatan food bar yaitu pada suhu pemanggangan 120 0 C selama 40 menit dan suhu 140 0 C selama 5 menit. Hasil analisis kimia menunjukkan produk food bar mengandung kadar air 18,02%, kadar abu 2,75 1,82%, kadar lemak 4,86%, kadar protein 8,74% dan kadar karbohidrat 63,27%. ISSN:2089-3582 Vol 2, No.1, Th, 2011

302 Taufik Rahman et al. 5. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada: (1) DIPA Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI atas bantuannya pada kegiatan penelitian ini, (2) Siti Khudaifanny, Neneng Komalasari, Teguh Aditya P, Sutrisno, seluruh anggota tim tematik food bar 2011 dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam mempersiapkan dan melakukan penelitian ini. 6. Daftar Pustaka Astawan M dan Kasih AL. (2008). Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ferawati. (2009). Formulasi Dan Pembuatan Banana Bars Berbahan Dasar Kedelai, Terigu, Singkong Dan Sebagai Alternatif Pangan Darurat. Skripsi tidak dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Kay ED. 1979. Food Legumes. London: Tropical Products Institute. PKBT IPB.2005. Laporean Akhir Rusnas Pengembangan Buah-buahan Unggulan Indonesia. IPB, Bogor Winarno FG. (2008). Kimia Pangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Winarno, F.G. dan Felicia Kartawidjaja. (2007). Pangan Fungsional dan Minuman Energi. Bogor : M- Brio Press. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan