BAB III TEORI PENUNJANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaborasi Tema Desain. a. Pengertian Arsitektur Neo- Vernacular

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Alat Musik Strings Gambar 2.2 Alat Musik Woodwind. 12. Gambar 2.3.Alat Musik Brass... 12

BAB II DATA AWAL PROYEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

[ANALISIS JUDGMENT SUBJEKTIF KUALITAS AKUSTIK GEDUNG TEATER TERTUTUP DAGO TEA HOUSE]

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LP3A GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DI KABUPATEN KUNINGAN (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN)

PENATAAN RUANG BIOSKOP TERHADAP KUALITAS AKUSTIK DI BIOSKOP 21 AMBARUKMO PLAZA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT KESENIAN KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR WASTUWEDHA KIDUNG DWI SATRIA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP RUANG TATA PANGGUNG TEATER TRADISIONAL

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV PROGRAMMING. Gambar 4.7. Foto Udara Lokasi Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TUGAS AKHIR 134 GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DI YOGYAKARTA

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB VI TATA SUARA. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa mampu memahami hakikat Tata Suara dalam sebuah pertunjukan.

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

BAB IV ANALISIS. tapak, keadaan lingkungan pada tapak, batas-batas tapak, dan potensi yang ada

PUSAT SENI PERTUNJUKAN DI BANDUNG

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

Laporan Tugas Akhir Bandung Concert hall - Song in Architecture

THE LAKE CONCERT PARK PENDEKATAN ARSITEKTUR KONSTEKSTUAL TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR TAPAK

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

GEDUNG PERTUNJUKAN TEATER MODERN DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

BAB 5 HASIL RANCANGAN

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

UTS TF AKUSTIK Laporan Pengamatan Gedung Aula Barat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bandung, 7 Juli 2008.

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DI SOLO

UTS TF3204 Akustik. Gedung Gajah, Dago Tea House. Studi Akustik Sederhana Sebuah Ruangan. Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

UTS TF-3204 Akustik / Parulian F

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

PERANGKAT PEMBELAJARAN EKSPRESI/KREASI (PERGELARAN) KARYA TARI Oleh: Drs. Sumaryadi, M.Pd.

Karena teater cenderung merupakan cakupan semua jenis seni BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB II TINJAUAN UMUM RUANG SENI

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV PENUTUP. dijadikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang diajukan diawal tentang

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Transkripsi:

BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Pengertian Panggung Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton.di atas panggung inilah semua pelaku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan.untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang di inginkan.seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari masing masing panggung inilah penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasarkan lakon yang akan disajikan dengan baik. 3.2. Bentuk bentuk panggung 1. BENTUK SEGI EMPAT Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater. Perletakan panggung perunjukkan berada di salah satu sisi dan ruang penonton berada disisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di arena samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan kesenian, karena arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung perunjukkan sehingga mengurangi rasa nyaman. Dapat pula panggung pertunjukkan berada di tengah tengah ruang penonton. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton, tetapi tetap memiliki masalah yang sama, yakni penonton yang berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan kesenian. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang seminar, workshop, rapat, dan sebagainya. 8

Gambar 1.Panggung segi empat. 2. BENTUK KIPAS ( MELINGKAR ) Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung pertunjukkan. Dengan kondisi ini, kemampuan visual penonton terhadap pertunjukkan kesenian yang berlangsung tidak terganggu dengan posisinya. Gambar 2.Panggung bentuk kipas. 9

3. BENTUK TAPAK KUDA Bentuk ruangan ini akan memantulkan gelombang bunyi secara memusat di sisi tengah ruangan, karena permukaan dinding yang berbentuk cekung. Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih jelas di bagian tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika berlebihan, suara yang terdengar di titik fokus pantulan akan terlalu keras. Gambar 3.Panggung bentuk tapak kuda. 4. BENTUK TAK BERATURAN Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan visual, pencahayaan, dan akustik.dinding ruangan dibuat tak beraturan agar dapat menyerap bunyi ataupun memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik. 5. AUDITORIUM 360O Panggung pertunjukkan berada ditengah, dengan auditorium terletak mengelilingi panggung pertunjukkan. Dengan begitu, kemampuan arah hadap pementas, maka ia akan menghadap ke arah penonton. Jalur sirkulasi pementasan melewati auditorium.bentuk ini sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik ( terutama band ) dan pertunjukkan teatrikal. Tidak sesuai untuk pertunjukkan sulap. 10

Gambar 4.Panggung bentuk auditorium 3600. 6. AUDITORIUM TRANSVERSE STAGE Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan pangung pertunjukkan dan tempat duduk penonton saling berhadapan. Bentuk ini tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak, karena tingkat visual penonton terhadap pangung yang kurang sempurna. Gambar 5.Auditorium transvers stage. 7. AUDITORIUM 210o 220o Panggung berada di sebuah titik dengan tempat duduk penonton berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu lingkaran. Arah pandang visual penonton lurus kedepan, tidak perlu menengok terlalu banyak untuk dapat menikmati pertunjukkan. Bentuk ini cocok untuk digunakan dalam pementasan seni teater, drama, konser musik, tari, sendratari, dan kegiatan lain yang sejenis. 11

Gambar 6.Auditorium 210o 220o. 8. AUDITORIUM PENGGELINDINGAN 180 Auditorium penggelindingan ini telah digunakan sebagai tempat pementasan teater sejak zaman Yunani Kuno. Memiliki sifat hampir sama dengan auditorium 210 220, tetapi memiliki kapasitas penonton lebih kecil.bentuk ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan konser musik. 9. AUDITORIUM PENGGELINGINGAN 90 Karakteristik dan sifat bentuk ini hampir sama dengan bentuk auditorium penggelindingan 210 220. Hanya sudut di panggung pertunjukkan lebih kecil dan lebar tempat penonton yang juga lebih kecil.kondisi ini mengakibatkan arah pandang penonton menghadap ke panggung, sehingga lebih cocok untuk ruang pertunjukkan.bentuk ini lebih dikenal dengan sebutan bentuk kipas. 10. AUDITORIUM TANPA SUDUT PENGGELINDINGAN Panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi ruangan dan tempat duduk penonton berada di sisi yang lain. Keduanya saling berhadapan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang rapat, seminar, workshop, dan kegiatan lain yang sejenis. 12

11. AUDITORIUM SPACE STAGE Dengan bentuk elips, gelombang bunyi akan memantul ke arah seluruh ruangan. Jika dihitung dengan benar, gelombang bunyi akan terpantul dan menyebar ke seluruh area auditorium. Gambar 7.Auditorium space stage. 12. PANGGUNG TERBUKA Ruang utama berada dan ruang penonton terletak saling berhadapan.terkadang ruang utama juga dikelilingi ruang penonton. Gambar 8.Panggung terbuka. 13

13. RUANG ARENA Berupa teater melingkar yang dikembangkan dari bentuk amphitheatre klasik berupa bentuk radial dan dikembalikan pada bentuk lingkar.ruang penonton berada di sekeliling ruang utama. Gambar 9.Ruang arena. 14. PROSCENIUM Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah.dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolaholah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. 14

Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah olah benar benar terjadi dalam kehidupan nyata. Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium.jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan.pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang. 15