UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

dokumen-dokumen yang mirip
Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 49 TAHUN 2012

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

Paparan Walikota Bengkulu

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PRIORITAS 5 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH MALUKU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.02/MEN/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEMARITIMAN TMII - Jakarta, 4 Mei 2017

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

c. memantau, mengevaluasi dan menilai hasil kerja bawahan dalam

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

KONTRIBUSI UNTUK INDONESIA POROS MARITIM DUNIA. Kerangka Rencana Strategis Perum Perindo

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Transkripsi:

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor perikanan akan habis dengan cepat dan komponen dasar ketahanan pangan dunia akan hilang. -(Sigmar Gabriel, Menteri Lingkungan Hidup Jerman 2005-2009) Indonesia, Minapolitan, dan Blue Economy Memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 6 juta km 2 lebih luas lautnya, tak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Ir. Soekarno pernah berkata bahwa Nusantara bukanlah pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan melainkan laut yang diatasnya ditaburi pulau-pulau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa negara Indonesia bersandar pada lautannya dan rumah bagi sumber daya perikanan serta terumbu karang. Blue Economy, hakikatnya merupakan sistem perekonomian yang berbasis maritim atau perairan. Blue Economy atau Ekonomi Biru sendiri bertujuan untuk menggenjot peran sektor perikanan dan kelautan demi memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan secara nasional. 1 Paradigma bisnis Ekonomi Biru ini menawarkan konsep alternatif kebijakan dalam mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat, dimana salah satunya adalah aktivitas ekonomi yang mengedepankan kelestarian lingkungan, menggerakkan perekonomian yang rendah karbon (low carbon economy) dengan meninggalkan praktik ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek, yang mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan dengan tidak bertanggungjawab. 2 1 Blue Economy Suplai Ketahanan Pangan. http://kkp.go.id/index.php/arsip/c/9380/blue- Economy-Suplai-Ketahanan-Pangan/?category_id=58. Diakses pada Sabtu, 20 September 2014. 2 Tang, Min. 2001. Blueprint to Boost Blue Economy. New York: China Daily. 1

Beberapa gerakan sinergi oleh pemerintah dan penggiat lingkungan telah dilakukan, diantaranya Marine and Fisheries Investment Forum (MFIF) yang diadakan pada tanggal 19 hingga 20 Juni 2013 dan Indian Oceans and Pacific Conference pada 18 hingga 21 Juni 2013 di Bali. 3 Kedua kegiatan tersebut diadakan untuk membahas dan mengritisi urgensi ketahanan kelautan serta optimalisasi perekonomian berbasis maritim. Ternyata ditemukan fakta-fakta yang cukup mengerikan untuk masa depan bahari dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya. Diantaranya adalah praktik overfishing hingga 85 persen dari perikanan laut dunia, polusi massal, hilangnya habitat alami, kerawanan pangan disebabkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim mempengaruhi laut. Indonesia, selain negara kepulauan juga negara maritim, maka tingkat keefektifan penerapan sistem Blue Economy seharusnya tinggi. Peran kelautan penting untuk ketahanan pangan saat ini. Dengan semakin menyempitnya lahan di darat, jelasnya, maka tidak ada pilihan lain karena masa depan tergantung seberapa jauh sebuah negara mampu menggali potensi laut untuk ketahanan pangannya, baik menjaga kelestarian laut, mengurangi pencemaran serta menjaga ekosistem dan habitat. Konsen bahasan Blue Economy di samping ketahanan pangan yaitu meliputi sektor transportasi laut, pelabuhan, industri pembuatan garam, pariwisata laut terkait kebudayaannya dan pembangunan kapal. Minapolitan merupakan konsep manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan dan perikanan. Program ini merupakan upaya untuk merevitalisasi sentra produksi perikanan dan kelautan dengan fokus pada peningkatan produksi dan pendapatan rakyat. Minapolitan merupakan sebuah model dari Revolusi Biru yang digalakkan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan mengubah mindset pembangunan yang berorientasi darat ke berorientasi maritim. 3 http://acofb2013.kkp.go.id/. Diakses pada Sabtu, 20 September 2014. 2

Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 4, Minapolitan adalah sebuah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah berdasarkan prinsipprinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas, dan percepatan. Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Sehingga pada dasarnya kawasan Minapolitan merupakan kawasan dengan pusat kegiatan utama ekonomi yang memanfaatkan, mengelola dan membudidayakan sumber daya kelautan dan perikanan yang terhubung secara fungsional, bergerak secara optimal sesuai rancangan strategis, serta memberikan pelayanan berkualitas dan membantu percepatan perekonomian di wilayah sasaran Minapolitan tersebut. Kendala Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Banyak faktor yang menyebabkan pola pembangunan dan pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan belum optimal dan berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah belum adanya perencanaan pengembangan yang komprehensif, integratif dan berkelanjutan. Untuk menyusun perencanaan pembangunan dan pengembangan Minapolitan diperlukan penelitian yang mencermati tentang bagaimana bidang-bidang pembangunan terkait dapat saling mendukung sehingga dapat mengoptimalkan manfaat yang dapat diperoleh seluruh stakeholders terkait. Di satu sisi, secara khusus salah satu bidang pembangunan yang dapat disinergikan dengan sumber daya kelautan dan perikanan adalah bidang pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari. Agar pengembangan wisata bahari dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan sumber daya kelautan dan perikanan guna meningkatkan pendapatan dan membangun kesejahteraan masyarakat diperlukan konsep perencanaan dan rumusan 4 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.12/MEN/2010 Tentang Minapolitan. 3

pengembangan yang jelas dan terarah dengan mendasarkannya pada penelitian yang komprehensif. Langkah Strategis Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Dalam pengembangan konsep minapolitan, sosialisasi awal pada masyarakat khususnya masyarakat pesisir sangat penting guna mengetahui peta kepedulian masyarakat pada program. Sosialisasi pertama bersasaran pada masyarakat yang menggunakan pendekatan konservasi keanekaragaman hayati yang mempertanyakan apakah gerakan minapolitan akan merusak sumberdaya atau tidak. Kemudian sasaran selanjutnya adalah masyarakat ekopopulisme yang mempermasalahkan apakah gerakan minapolitan akan membawa keadilan dan kesejahteraan masyarakat atau tidak. Dengan penekanan yang berbeda dari masing-masing sasaran tersebut maka arah pengembangannya jelas akan berbeda. Pembangunan minapolitan berbasis biodiversity conservation menekankan pentingnya mewaspadai terjadinya kerusakan sumberdaya mengingat sumber pakan, khususnya untuk budidaya ikan. Sedangkan pengembangan berbasis ekopopulisme lebih mengarah ke tingkat perekonomian pasca penerapan konsep minapolitan. Masing-masing kelompok warga dengan sendirinya akan merespon minapolitan secara berbeda. Blue Economy kemudian muncul sebagai penengah, di mana adanya kepedulian maritim dan perekonomian masyarakat. Maka, berikut strategi penulis diekstrak dari konsep Blue Economy: (1). Penguatan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam perspektif jangka panjang pelaksanaan pembangunan daerah harus didasarkan atas potensi masing-masing daerah dalam suatu keterpaduan secara berkelanjutan (sustainable) dan dapat berjalan seiring dengan gagasan peningkatan kemandirian daerah. Program pengembangan UMKM perikanan merupakan 4

pembangunan ekonomi daerah berbasis peningkatan ekonomi masyarakat yang berfokus pada pengembangan sektor riil dengan berbasis pada potensi kelautan dan perikanan. Untuk mencapai implementasi yang efisien dan efektif harus terjalin komunikasi, kerjasama, koordinasi dan sinergi antar stakeholder sesuai dengan peranan, fungsi dan tanggung jawabnya; dan perlu adanya ketersediaan ruang dalam berpartisipasi mulai dari penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. (2). Sertifikasi Budidaya Perikanan Gagasan untuk menyelenggarakan sertifikasi atau ecolabeling usaha budidaya perikanan sangat penting untuk meyakinkan pasar bahwa usaha tersebut tidak merusak lingkungan, seperti munculnya Best Aquaculture Practice (BAP) dan sejumlah bentuk sertifikasi lainnya. Tak dipungkiri lagi ketika suatu usaha memiliki label atau sertifikasi, maka hal tersebut meningkatkan kepercayaan pelanggan. Menurut Lemert (dalam Sunarto, 2004) Teori Labeling adalah teori psikologi yang ditujukan untuk obyek manusia yang memiliki penyimpangan yaitu berupa julukan atau cap. Julukan tersebut dapat mengubah cara pandang orang lain terhadap obyek menyimpang tersebut. 5 Apabila diterapkan dalam dunia usaha, termasuk dalam konsep minapolitan, maka stigma masyarakat sangat bergantung pada cap yang diberikan pada usaha tersebut, semakin meyakinkan semakin dipercaya, itulah fungsi Sertifikasi. (3). Pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan sistem manajemen kawasan. Telah diuraikan sebelumnya bahwa minapolitan merupakan sistem terintegrasi antar wilayah dan instansi terkait. Maka di sini 5 Sunarto, K. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 5

perlu koordinasi pengaturan kawasan yang terintegrasi pula. Sebagai kumpulan dari berbagai instansi, Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) diharapkan mampu menjadi perekat dan pemersatu antara satu instansi dengan instansi lain, serta dengan masyarakat dan industri terkait dengan meneguhkan semangat netralitas guna mendukung keberhasilan pelaksanaan program minapolitan. Selain gagasan inti pada pembahasan sebelumnya, peranan sub sektor perikanan tak dapat diabaikan, karena sub sektor perikanan merupakan salah satu penghasil devisa. Sub sektor tersebut adalah pelabuhan. Program ekspor hasil perikanan dapat dicapai antara lain dengan cara meningkatkan fasilitas yang diperlukan oleh pelabuhan perikanan, meningkatkan hasil tangkapan, peningkatan mutu hasil tangkapan, pengolahan hasil perikanan dan lain-lain yang dapat meningkatkan nilai tambah. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap adalah pelabuhan yang terletak di teluk Cilacap. Untuk menunjang kegiatan perikanan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan Pelabuhan Perikanan cilacap di tunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai termasuk di dalamnya terdapat 30 perusahaan yang berlokasi di pelabuhan. Dalam kaitannya dengan peningkatan produksi perikanan, peranan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan usaha penangkapan ikan yaitu sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, tempat berlabuh kapal perikanan, pusat pemasaran dan pembinaan mutu hasil perikanan, pusat penyuluhan dan pengumpulan data, pusat pelaksanaan pengawasan sumber daya ikan serta pusat pelayanan informasi harus lebih dioptimalkan. Perencanaan pengembangan minapolitan diharapkan mempunyai rentang proyeksi ke depan (jangka pendek, menengah, dan panjang), pengawasan, serta evaluasi agar dapat mengantisipasi pertumbuhan dan mengarahkan pertumbuhan perekonomian di masa mendatang. 6