BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Outlook Perbankan Syariah 2011

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defri (2012:2) (Totong Sudarto, lps.go.id, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau yang sering disebut bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau penghimpunan dana, walaupun ada juga yang melakukan keduanya. Lembaga keuangan non-bank terdiri dari leasing, asuransi, dana pensiun, dan penggadaian. Sedangkan untuk lembaga keuangan terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Perbedaan utama lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank adalah dari ragam produk yang ditawarkannya. Kegiatan utama pihak perbankan di samping menyalurkan dana juga menghimpun dana, sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih diarahkan kepada penyaluran dana saja. Meskipun berbeda produk yang ditawarkan antara lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank, ada suatu hal yang sama, yaitu dalam menentukan harga yang harus dibayar atau dibeli oleh nasabahnya. Penentuan harga yang harus dibayar atau harga jual dananya ditentukan dalam suatu 1

2 tingkat suku bunga (kecuali bank yang berdasarkan prinsip syariah). Masingmasing lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank mempunyai cara tersendiri dalam menentukan suku bunga pinjamannya (Kasmir, 2012). Menurut Kasmir (2014) perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan, yaitu pertama dilihat dari segi fungsinya terdiri dari Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, dan lain-lain. Kedua dilihat dari segi kepemilikannya terdiri dari bank milik pemerintah (BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri), bank milik swasta nasional (BCA, Danamon, Mega, dan lain-lain), bank milik koperasi, bank campuran, dan bank milik asing. Ketiga dilihat dari segi status, yaitu bank devisa dan bank non-devisa. Yang keempat dilihat dari segi cara menentukan harga, yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional (barat) dan bank yang berdasarkan prinsip syariah (islam). Kesehatan bank menurut Taswan (2010) adalah kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank. Tingkat kesehatan bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Sebagai contoh hasil akhir penilaian kesehatan bank dapat digunakan bank sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan

3 beragam juga akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank yang pada gilirannya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat selama triwulan I 2015 memberikan dampak yang signifikan bagi perbankan nasional. Akibatnya banyak perbankan yang merevisi pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di tahun ini. Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hadad, dari 118 bank yang ada, baru 108 bank yang menyerahkan Rencana Bisnis Bank (RBB) kepada OJK, dan sudah terlihat mayoritas bank memang menurunkan target penyaluran kreditnya. Terlihat dalam RBB saat ini perbankan menurunkan target pertumbuhan kredit menjadi 13 persen hingga 15 persen dengan level moderasi 14 persen, dari target sebelumnya 16 persen hingga 17 persen. Secara umum penurunan pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 2,6 persen (Sari, 2015). Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku periode I mencapai Rp2.724 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan I - 2015 terhadap triwulan I - 2014 hanya tumbuh 4,71 persen. Melambat dibanding periode yang sama pada 2014 sebesar 5,14 persen. Kondisi itu juga berpengaruh pada industri perbankan. Apalagi, selama 1-2 tahun terakhir, perbankan dihadapkan pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, suku bunga, dan kondisi likuiditas. Tahun ini, bank juga dihadapkan pada risiko kredit. Per Februari 2015,

4 NPL (Non-Performing Loan) industri perbankan tercatat 2,43 persen, atau masih di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5 persen (Wibowo dan Binekasri, 2015). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini menyatakan industri perbankan dalam keadaan terkendali di tengah tekanan ekonomi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Ketua Dewan Komisioner OJK Hadad (Partiella, 2015) menyatakan kondisi industri perbankan dalam keadaan yang terkendali dengan sejumlah indikator yakni Posisi Devisa Neto (PDN) yang masih relatif kecil yakni sebesar 2,44 persen jauh dari batas sebesar 20 persen. Sementara itu, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 20,28 persen hingga semester I - 2015. Untuk rasio alat likuiditas terhadap Non Core Depocit (NCD) sebesar 80 persen hingga 94 persen (Petriella, 2015). Saat ini ekonomi melambat mempengaruhi laju penyaluran kredit diawal 2015. BI mencatat penyaluran kredit konsumsi juga tidak mencapai target menyusul anjloknya penjualan otomotif, baik kendaraan roda dua maupun empat. Alhasil deviasi target paling besar terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang permintaannya turun 9 persen pada kuartal II. Penurunan tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya yang masing-masing negatif 1,7 persen dan 3,2 persen (Supriadi, 2015). Melambatnya laju penyaluran kredit berdampak terhadap kinerja emiten bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada semester I tahun ini. Dari empat bank BUMN yang telah menyampaikan kinerjanya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membukukan pertumbuhan laba signifikan. Laba bersih PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 54,25 persen

5 menjadi Rp 831,16 miliar sepanjang semester I 2015 ketimbang periode sama tahun lalu sebesar Rp 538,85 miliar. Kenaikan laba itu ditopang dari pendapatan bunga naik menjadi Rp 7,35 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 18,55 persen menjadi Rp 115,95 triliun pada semester I 2015. PT Bank Mandiri Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih 3,5 persen menjadi Rp 9,92 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,58 triliun. Pendapatan bunga naik 13,82 persen menjadi Rp 21,19 triliun hingga semester I 2015. Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan laba bersih naik tipis 2,18 persen menjadi Rp 11,94 triliun sepanjang semester I 2015. Kenaikan laba bersih diikuti kenaikan pendapatan sebesar 18,59 persen menjadi Rp 41,5 triliun. Akan tetapi, kenaikan kinerja bank itu tidak diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk. Perseroan membukukan laba turun 50,77 persen menjadi sekitar Rp 2,43 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,93 triliun. Direktur Utama BNI Baiquni menjelaskan, penurunan laba tersebut akibat meningkatnya beban pencadangan perseroan (coverage ratio/ckpn) sebesar 172,2 persen dari Rp 2,2 triliun di semester I-2014, menjadi Rp 6 triliun pada semester I tahun ini. Terlepas dari penurunan laba bersih tersebut, di sisi lain pendapatan bunga bersih (NII) persero bertambah 14 persen. Hingga semester I-2015 NII persero mencapai Rp 12,3 triliun. Baiquni (dalam Hakim, 2015) menyebutkan pertumbuhan didukung naiknya pendapatan bunga sebesar 13,8 persen dari Rp 15,5 triliun menjadi Rp 17,7 triliun dan stabilnya biaya dana (cost of fund) di kisaran 3,2 persen. Analis PT MNC Securities, Malik mengatakan hasil kinerja keuangan empat bank BUMN itu di bawah harapan

6 pelaku pasar. Kinerja bank BUMN melambat itu lantaran produk domestik bruto (PDB) turun menjadi 4,7 persen pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 5,2 persen. PDB turun berdampak terhadap daya beli masyarakat. Hal itu berpengaruh terhadap kinerja bank terutama kredit sehingga mengurangi potensi laba bank. (Hakim, 2015). Pada tahun 2014 profitabilitas perbankan mengalami tekanan disebabkan penurunan NIM dan kenaikan biaya penghapusan kredit. Sepanjang tahun 2014 kinerja ekonomi Indonesia mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Praktis kinerja perbankan pun menurun mengikuti siklus bisnis. Profitabilitas perbankan mengalami perlambatan sejak tahun 2013, dari puncak pertumbuhan laba yang sempat mencapai rata-rata 25 persen pada tahun 2012. Sementara pada tahun 2014 pertumbuhan laba perbankan turun drastis dan hanya mencapai 11 persen, atau naik sebesar 8 triliun menjadi Rp143 triliun. Perlambatan pertumbuhan laba terutama terjadi karena penurunan pada Net Interest Margin (NIM) dan peningkatan kredit bermasalah (Non-Performing Loans, NPL). Penurunan profitabilitas perbankan tercermin dari rasio NIM yang terus mengalami squeeze dalam setahun terakhir. NIM mengalami penurunan drastis sejak otoritas moneter menjalankan kebijakan monter ketat pada tahun 2013 dari rata-rata di kisaran 5,4 persen menjadi 4,3 persen pada tahun 2014. Selain itu, penurunan profitabilitas perbankan juga disebabkan karena pertumbuhan nominal NPL dan rasio mengalami peningkatan masing-masing 15,2 persen dan 1,77 persen pada tahun 2013 menjadi 40,3 persen dan 2,36 persen pada tahun 2014. Penurunan perolehan laba perbankan pada tahun 2014 juga tak terlepas dari

7 peningkatan pada beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) segmen kredit atau biaya penghapusan. Biaya penghapusan kredit mengalami peningkatan seiring dengan kualitas kredit yang mengalami pemburukan. Apabila dilihat dari kelompok bank berdasarkan asset, segmen bank kecil (BK) mengalami peningkatan biaya penghapusan yang signifikan dari -20,4 persen pada 2013 menjadi 45,5 persen pada akhir 2014. Secara agregat perbankan, biaya penghapusan mengalami peningkatan dari -18 persen pada tahun 2013 menjadi 29,5 persen pada tahun 2014 atau naik sebesar Rp61,7 triliun. Faktor lain yang menyebabkan beban perbankan mengalami peningkatan sehingga mengurangi laba bank adalah kualitas kredit yang menurun. Kualitas kredit mengalami penurunan seiring dengan perlambatan yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit perbankan. Penurunan kualitas kredit terlihat dari pertumbuhan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) perbankan baik nominal maupun secara rasio yang mengalami tren peningkatan selama tahun 2014. NPL nominal industri perbankan saat ini berada pada tingkat yang mengkhawatirkan yakni di level 40 persen, lebih tinggi 30 persen sampai 33 persen pasca krisis ekonomi global. Rasio Gross NPL perbankan juga mengalami peningkatan dari 1,77 persen pada 2013 menjadi 2,36 persen pada tahun 2014. Meski demikian, rasio kecukupan modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai buffer pada bulan Desember 2014 tercatat masih tinggi sebesar 19,57% persen (Sudarto, 2015). Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan

8 penilaian sendiri (self assessment). Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi (www.bi.go.id). Menurut Kasmir (2014) penilaian untuk mentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur utama yang bisa digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama Analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity. Aspek Permodalan (Capital) menurut Kasmir (2014), dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequancy Ratio) yang ditetapkan oleh BI. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aspek Kualitas Aset (Assets) menurut Kasmir (2014), dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Aspek Kualitas Manajemen (Management) menurut Kasmir (2014), dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.

9 Aspek Earning menurut Kasmir (2014), merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Kegunaan aspek ini juga mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang secara bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang telah ditetapkan. Penilaian ini meliputi rasio laba terhadap total aset (ROA) dan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO). Aspek Likuiditas (Liquidity) menurut Kasmir (2014), suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang mampu membayar semua utangnya terutama utang-utang jangka pendek. Dalam hal ini yang dimaksud dengan utang jangka pendek yang ada di bank antara lain adalah simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro dan deposito. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Kemudian bank juga dapat pula memenuhi semua permohonan kredit layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti KLBI, giro, tabungan, deposito, dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan tersebut maka pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode CAMEL untuk mengetahui bagaimana kondisi bank apakah kondisi perbankan BUMN dalam keadaan sehat atau dalam keadaan tidak sehat, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Analisis Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode Camel pada Industri

10 Perbankan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat kesehatan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 dengan menggunakan metode CAMEL? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 dengan menggunakan metode CAMEL. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan analisis tingkat kesehatan bank tersebut maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Dapat mengetahui kondisi perbankan saat ini dalam keadaan sehat atau tidak, dan sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Ekonomi Prigram Studi Manajemen Universitas Kristen Marantha, Bandung. 2. Bagi Perusahaan

11 Hasil penelitian ini diharapkan, dapat digunakan sebagai masukan kepada pihak bank untuk mengevaluasi kinerja bank, khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank. 3. Bagi Calon Nasabah Hasil penelitian ini diharapkan, dapat digunakan para calon nasabah untuk mempertimbangkan dalam memilih perbankan yang akan dituju. 4. Bagi Akademis Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran dan fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi yaitu mengetahui kesehatan Bank. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.