Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

dokumen-dokumen yang mirip
Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN TANDA SNI No. : /ABI-Pro/X/2014

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

Pedoman: PD Rev. 02

PROSEDUR MUTU ABI-Pro

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA

PERJANJIAN PENGGUNAAN LISENSI, SERTIFIKAT PRODUK, DAN TANDA KESESUAIAN Nomor :.../PL/SDPPI/2016

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

Komite Akreditasi Nasional

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

Badan Standardisasi Nasional

DRAFT PERATURAN KEPALA BSN

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

Lampiran Surat No : 248.5/EQ.S/IV/2015, tanggal 28 April 2015

Menetapkan : PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESESUAIAN - PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

Penerapan skema sertifikasi produk

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

- 7 - BAB III STANDARDISASI. Bagian Kesatu Perencanaan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

Penerapan skema sertifikasi produk

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

PENGUMUMAN REVISI SERTIFIKAT VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA CV PANCA CITRA SELARAS, KABUPATEN BLITAR, PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN. Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

LEMBAGA PENYELENGGARA AUDIT DAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

kemudahan. (Undang Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Tepung Terigu. Standar Nasional. Makanan. Pemberlakuan.

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000)

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA ETPIK NON-PRODUSEN

DPLS 12 Rev. 2 PERSY ARAT AN T AMBAHAN BAGI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI. KomftelkredH..1 N..lonal

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA/PENGRAJIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20,2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Pupuk. Pemberlakuan. SNI. Pencabutan.

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

PENGUMUMAN HASIL KEGIATAN LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Transkripsi:

Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional

Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii 1. Ruang lingkup...1 2. Acuan Normatif...1 3. Istilah dan definisi...2 4. Jenis, pemilikan dan pengoperasian tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi...3 4.1. Jenis tanda kesesuaian...3 4.2 Kepemilikan dan pengoperasian tanda kesesuaian... 4 5 Penerbitan dan pembubuhan tanda kesesuaian... 5 5.1 Penerbitan tanda kesesuaian... 5 5.2 Perubahan persyaratan yang diacu... 6 5.3 Pembubuhan tanda kesesuaian... 6 6 Pengawasan dan pengendalian... 7 6.1 Prinsip... 7 6.2 Tanggung jawab pelaku usaha... 7 6.3 Tanggung jawab lembaga sertifikasi... 7 6.4 Pembekuan sub-lisensi...8 6.5 Pembatalan sub-lisensi... 8 6.6 Tanggung jawab KAN... 9 6.7 Tanggung jawab instansi teknis... 10 Lampiran A Tanda kesesuaian... 11 Lampiran B Contoh penggunaan tanda kesesuaian... 13 i

Kata pengantar Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Ketua KAN bertugas menetapkan persyaratan dan tata cara pemberian sertifikasi dan pembubuhan tanda kesesuaian berbasis SNI. Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan bagi pihak-pihak terkait dalam penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis. Pedoman ini mengacu ISO/IEC 17030:2003, Conformity assessment General requirements for third party marks of conformity dan ISO/IEC Guide 23:1982, Methods of indicating conformity with standard for third party certification system serta Pedoman BSN 401-2000, Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk, yang merupakan adopsi identik dari ISO/IEC Guide 65:1996, General requirements for bodies operating product certification system. ii

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis 1 Ruang lingkup Pedoman ini berisi ketentuan umum tentang penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis sebagai tanda yang dapat dibubuhkan untuk menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi ketentuan SNI atau persyaratan lain yang diacu. Tanda kesesuaian tersebut meliputi tanda SNI, tanda pangan organik, tanda ekolabel, tanda keselamatan, tanda SNI Dokumen Teknis, tanda sebagian parameter SNI, tanda kesesuaian lain atau kombinasinya sebagai tanda yang dibubuhkan untuk menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi ketentuan SNI yang diacu dan/atau ketentuan lainnya. 2 Acuan normatif Pedoman ini tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan dokumen referensi di bawah ini. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan yang tidak bertanggal, edisi terakhir dari (termasuk amandemen lain) yang berlaku. Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan pedoman ini Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000, Standardisasi Nasional. Peraturan Kepala BSN No. 135/PER/BSN/12/2010, Sistem Standardisasi Nasional. SNI ISO/IEC 17000:2009, Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum, yang merupakan adopsi ISO/IEC 17000:2004, Conformity assessment Vocabulary and general principles. PSN 302-2006, Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk, yang merupakan adopsi identik dari ISO/IEC Guide 67:2004, Confirmity assessment Fundamentals of product certification. PSN 304-2006, Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga, yang merupakan adopsi identik dari ISO/IEC Guide 28:2004, Conformity assessment Guidance on third-party certification system for products. PSN 305-2006, Penilaian kesesuaian Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk, yang merupakan adopsi identik dari ISOIEC Guides 53:2006, Conformity assessment Guidance on the use of an organization s quality system in product certification. PSN 307-2006, Penilaian kesesuaian Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian namun ternyata berbahaya, yang merupakan adopsi identik dari ISO Guide 27:1983, Guidelines for corrective action to be taken by a certification body in the event of misuse of its mark of conformity. SNI 19-6659, Tanda keselamatan Pemanfaat listrik. Pedoman KAN 803, Pedoman penggunaan tanda ekolabel. Pedoman KAN 905, Pedoman penggunaan tanda organik. 1 dari 14

3 Istilah dan definisi Untuk keperluan dokumen ini, istilah dan definisi yang ada dalam SNI ISO/IEC 17000:2009 dan yang diuraikan di bawah berlaku. 3.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional 3.2 instansi teknis instansi pemerintah yang memiliki otoritas untuk menetapkan regulasi teknis dan/atau melakukan pengawasan pasar 3.3 Komite Akreditasi Nasional (KAN) lembaga non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden dan mempunyai tugas menetapkan akreditasi serta memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi 3.4 lembaga sertifikasi lembaga penilaian kesesuaian yang dalam pedoman ini adalah lembaga yang menyatakan kesesuaian suatu produk dengan SNI dan/atau regulasi teknis 3.5 pelaku usaha organisasi yang produknya disertifikasi oleh lembaga sertifikasi berbasis SNI dan/atau regulasi teknis 3.6 tanda kesesuaian tanda yang dibubuhkan pada suatu barang dan/atau jasa yang menyatakan bahwa barang dan/atau jasa atau sistem (khusus pangan organik) tersebut telah memenuhi persyaratan SNI tertentu atau sebagian parameter SNI atau SNI Dokumen Teknis atau persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh instansi teknis 3.7 tanda SNI tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan SNI 3.8 tanda organik tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan SNI terkait sistem organik 3.9 tanda ekolabel tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan SNI tentang kriteria ekolabel 2 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 3.10 tanda keselamatan tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan SNI tentang kriteria keselamatan 3.11 tanda sebagian parameter SNI tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut memenuhi regulasi teknis yang mewajibkan sebagian parameter SNI 3.12 tanda SNI Dokumen Teknis (DT) tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada produk, kemasan atau label yang menyatakan bahwa produk tersebut memenuhi regulasi teknis yang mewajibkan SNI Dokumen Teknis 3.13 pembekuan ketidakabsahan sementara pernyataan kesesuaian, baik terhadap seluruh atau terhadap sebagian ruang lingkup penetapan, yang berakibat penundaan pemberian lisensi atau sublisensi 3.14 pencabutan penarikan kembali/pembatalan suatu pernyataan kesesuaian untuk semua atau bagian yang spesifik lingkup penetapan, yang berakibat pembatalan pemberian lisensi atau sub-lisensi 4 Jenis, pemilikan dan pengoperasian tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis 4.1 Jenis tanda kesesuaian Jenis tanda kesesuaian yang dimaksud dalam Pedoman ini adalah tanda SNI, tanda organik, tanda ekolabel, tanda keselamatan, tanda SNI Dokumen Teknis, tanda sebagian parameter SNI, tanda kesesuaian lain dan/atau kombinasinya. 4.1.1 Tanda SNI Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk dan ukuran tanda SNI sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 sesuai dengan Lampiran A (butir A.1). 4.1.2 Tanda organik Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk, ukuran dan warna tanda organik sesuai dengan Logo Organik Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian dan ditambahkan nomor SNI dan nomor sertifikasi sesuai dengan Lampiran A (butir A.2). 4.1.3 Tanda ekolabel Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk, ukuran dan warna tanda ekolabel sesuai dengan Logo Ekolabel Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan ditambahkan nomor sertifikasi dan nomor SNI sesuai dengan Lampiran A (butir A.3). 3 dari 14

4.1.4 Tanda keselamatan Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk, ukuran dan warna tanda keselamatan sesuai dengan SNI 19-6659 dan ditambahkan nomor SNI terkait dan kode lembaga sertifikasi produk sesuai dengan Lampiran A (butir A.4). 4.1.5 Tanda sebagian parameter SNI Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk dan ukuran tanda sebagian parameter SNI diatur penggunaannya sesuai dengan Lampiran A (butir A.5). 4.1.6 Tanda SNI Dokumen Teknis Keperluan dan batasan penggunaan serta bentuk dan ukuran tanda SNI DT, diatur penggunaannya sesuai dengan Lampiran A (butir A.6). 4.2 Kepemilikan dan pengoperasian tanda kesesuaian 4.2.1 BSN sebagai pemilik tanda SNI, tanda keselamatan, tanda SNI Dokumen Teknis, tanda sebagian parameter SNI, dan Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pemilik tanda ekolabel dan Kementerian Pertanian sebagai pemilik tanda organik, dan Instansi Teknis tertentu sebagai pemilik tanda kesesuaian lainnya. 4.2.2 Pemilik tanda kesesuaian memberikan kuasa kepada KAN untuk mengoperasikan tanda kesesuaian. Sebagai penerima kuasa, KAN bertanggungjawab untuk memastikan bahwa semua ketentuan yang ada pada Pedoman ini dipatuhi oleh semua pihak. 4.2.3 KAN berhak memberikan hak penerbitan/lisensi tanda kesesuaian kepada lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi sesuai lingkup sertifikasi produk yang diberikan. 4.2.4 Pemberian hak penerbitan/lisensi tanda kesesuaian harus diatur melalui perjanjian penerbitan tanda kesesuaian antara KAN dengan lembaga sertifikasi. 4.2.5 Perjanjian penerbitan tanda kesesuaian tersebut harus mencakup kewajiban dan hak lembaga sertifikasi serta kewajiban dan hak KAN. 4.2.6 Pemberian hak penggunaan/lisensi tanda kesesuaian harus diatur melalui perjanjian penggunaan tanda kesesuaian antara lembaga sertifikasi dengan pelaku usaha. 4.2.7 Perjanjian penggunaan tanda kesesuaian tersebut harus mencakup kewajiban dan hak lembaga sertifikasi serta kewajiban dan hak pelaku usaha. 4.2.8 Pemilik tanda kesesuaian, KAN sebagai penerima kuasa pengoperasian tanda kesesuaian, lembaga sertifikasi sebagai penerbit tanda kesesuaian SNI dan tanda kesesuaian lainnya, dan pelaku usaha bertanggung jawab untuk: (a) melakukan langkah-langkah untuk menghilangkan salah pengertian dan ketidakjelasan tentang penggunaan tanda kesesuaian yang dapat berakibat berkurangnya efektivitas tanda kesesuaian. (b) mengambil semua upaya yang mungkin dilakukan, termasuk tindakan hukum, untuk: menghindarkan penyalahgunaan tanda kesesuaian; menangani pembubuhan tanda kesesuaian secara tidak benar; dan menangani penerapan tanda kesesuaian pada produk yang ternyata kemudian diketahui berbahaya. 4 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 CATATAN 1 PSN 307-2006 memuat pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian namun ternyata berbahaya. 5 Penerbitan dan pembubuhan tanda kesesuaian 5.1 Penerbitan tanda kesesuaian 5.1.1 Penerbitan tanda kesesuaian harus memenuhi ketentuan pada pedoman ini. 5.1.2 Penerbitan tanda kesesuaian terhadap produk tertentu hanya dapat dilakukan oleh lembaga sertifikasi apabila produk tersebut telah dinyatakan sesuai dengan SNI atau persyaratan lain yang diacu. 5.1.3 Lembaga sertifikasi dapat menerbitkan s u b - lisensi bagi pelaku usaha untuk menggunakan dan membubuhkan tanda kesesuaian pada produk atau dokumen yang terkait dengan produk tersebut, sejauh produk yang dimaksud telah dinilai dan dinyatakan sesuai dengan SNI atau persyaratan lain yang diacu. 5.1.4 Penilaian dan pernyataan kesesuaian yang dimaksud pada 5.1.2 dan 5.1.3 harus mengacu pada SNI ISO/IEC 17000, PSN 302-2006, PSN 304-2006 dan PSN 305-2006. 5.1.5 Lembaga sertifikasi yang menerbitkan tanda kesesuaian harus: a) memiliki prosedur penerbitan sub-lisensi untuk memberikan otorisasi bagi pelaku usaha untuk menggunakan dan membubuhkan tanda kesesuaian; b) memiliki prosedur untuk mengatasi penggunaan tanda kesesuaian yang tidak benar atau yang menimbulkan salah pengertian; c) memiliki prosedur tindakan koreksi yang berkaitan dengan penyalahgunaan tanda kesesuaian, termasuk langkah-langkah untuk melaporkan serta melakukan kerjasama dengan KAN dan instansi teknis bila diperlukan, agar dampak negatif dari penyalahgunaan tersebut dapat diminimalkan. CATATAN 2 Tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian dapat mencakup surveilan tidak terjadwal, pembekuan sementara atau pembatalan sub-lisensi, mempublikasikan penyalahgunaan tersebut, dan apabila diperlukan tindakan hukum (lihat PSN 307-2006) CATATAN 3 Rencana tindakan koreksi bagi setiap bentuk penyalahgunaan tanda kesesuaian dapat berbeda-beda karena situasi yang berkaitan dengan penyalahgunaan tersebut berbeda-beda pula. 5.1.6 Lembaga sertifikasi yang menerbitkan tanda kesesuaian harus memelihara dan memperbaharui rekaman yang berkaitan dengan sertifikasi dan surveilan terhadap produk yang menggunakan tanda tersebut; dalam hal ini lembaga sertifikasi bertanggungjawab untuk menjaga kerahasiaan rekaman itu dan semua informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan penilaian kesesuaian. 5.1.7 Sub-lisensi penggunaan dan pembubuhan tanda kesesuaian hanya dapat diberikan setelah pelaku usaha menandatangani perjanjian sub-lisensi. Perjanjian sub-lisensi harus mencakup ketentuan yang diperlukan untuk memastikan bahwa penerima sub-lisensi setuju memenuhi ketentuan pada dokumen ini, serta persyaratan lain yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi, dan ketentuan yang mempersyaratkan penerima sub-lisensi untuk: (a) mengendalikan penggunaan tanda kesesuaian secara benar; (b) melakukan tindakan koreksi yang harus dilakukan untuk memperbaiki penggunaan tanda kesesuaian yang tidak benar, atau mengatasi keadaan dimana produk yang telah menggunakan tanda kesesuaian ternyata tidak sesuai dengan persyaratan sertifikasi 5 dari 14

atau ternyata berbahaya; (c) memelihara rekaman tentang semua bentuk keluhan yang terkait dengan pengunaan tanda kesesuaian dan apabila diperlukan menyediakan rekaman tersebut bagi lembaga sertifikasi dan KAN. CATATAN 4 Lampiran E dari PSN 304-2006 memuat contoh perjanjian sub-lisensi (antara lembaga sertifikasi dengan pelaku usaha). 5.1.8 Lembaga sertifikasi harus: (a) menyampaikan kepada KAN daftar produk yang tercakup dalam sub-lisensi yang diberikan kepada pelaku usaha, serta informasi lain yang terkait, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh KAN. (b) melaksanakan surveilan untuk memastikan bahwa pelaku usaha mampu memelihara kesesuaian produk yang tercakup dalam sub-lisensi terhadap SNI atau persyaratan lain yang diacu. 5.1.9 Setelah menerima sub-lisensi sebagaimana dimaksud pada butir 5.1.3, pelaku usaha memiliki hak untuk: a) membubuhkan tanda kesesuaian pada produk yang tercakup dalam sub-lisensi; b) mempublikasikan atau mengiklankan bahwa ia telah mendapatkan sub- lisensi untuk menggunakan tanda kesesuaian bagi produk yang tercakup dalam sub-lisensi. 5.1.10 Dalam hal yang dimaksud pada butir 5.1.9, pelaku usaha harus memastikan agar publikasi dan iklan yang dilakukan tidak menimbulkan kerancuan antara produk yang tercakup dalam sub-lisensi dengan yang tidak tercakup. 5.2 Perubahan persyaratan yang diacu Dalam hal SNI dan/atau persyaratan yang digunakan sebagai acuan penilaian kesesuaian dan penerbitan tanda kesesuaian mengalami perubahan atau revisi, lembaga sertifikasi harus segera memberitahu pelaku usaha dan memberikan waktu yang cukup serta merundingkan pelaksanaan verifikasi atau asesmen ulang sesuai yang diperlukan untuk memastikan kemampuan pelaku usaha memenuhi perubahan SNI atau persyaratan tersebut. 5.3 Pembubuhan tanda kesesuaian 5.3.1 Tanda kesesuaian yang diterbitkan atau dibubuhkan pada produk harus dilengkapi dengan informasi yang diperlukan. Informasi yang diperlukan tersebut adalah: tanda kesesuaian, persyaratan yang diacu, dan kode lembaga sertifikasi. Untuk lebih rinci dapat melihat pada lampiran. CATATAN 5 Kode lembaga sertifikasi dapat berupa nomor akreditasi yang diterbitkan oleh KAN atau nomor registrasi yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait dengan penerapan regulasi teknis 5.3.2 Tanda kesesuaian harus dibubuhkan langsung pada produk, kecuali apabila tidak dimungkinkan baik karena ukuran produk tersebut terlalu kecil atau karena sifat dari produk tersebut; dalam hal yang demikian, tanda kesesuaian harus dibubuhkan pada kemasan terkecil yang dipergunakan dalam memasarkan produk tersebut. 5.3.3 Pembubuhan tanda kesesuaian harus diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dengan ukuran yang proporsional sehingga tanda kesesuaian dan informasi pelengkapnya dapat terbaca dengan mudah. 6 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 5.3.4 Tanda kesesuaian yang dibubuhkan pada produk harus bersifat tidak mudah rusak dan masih dapat dikenali selama produk tersebut digunakan. 5.3.5 Pembubuhan tanda kesesuaian pada produk yang diberlakukan secara wajib harus sesuai dengan peraturan penandaan yang ditetapkan oleh instansi teknis. 6 Pengawasan dan pengendalian 6.1 Prinsip 6.1.1 Tanda kesesuaian sangat tergantung pada kepercayaan pasar, maka setiap penyalahgunaan atau penggunaan yang rancu harus diatasi sebaik mungkin. 6.1.2 Tindakan koreksi yang dilakukan harus disesuaikan dengan besarnya dampak penyalahgunaan dan kerancuan tersebut terhadap integritas tanda kesesuaian serta mengacu pada PSN 307-2006. 6.2 Tanggung jawab pelaku usaha 6.2.1 Pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk memastikan agar semua produk mereka yang menggunakan tanda kesesuaian, memenuhi ketentuan SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu. 6.2.2 Pelaku usaha harus melaksanakan tindakan koreksi apabila produk tersebut ditemukan tidak sesuai dengan ketentuan SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu atau ternyata berbahaya. Temuan tersebut dapat berasal dari lembaga sertifikasi atau masyarakat umum atau lembaga yang terkait dengan pengawasan barang beredar. 6.2.3 Koreksi yang dilakukan dapat mencakup satu atau lebih, namun tidak terbatas pada, tindakan sebagai berikut: (a) menarik produk yang tidak sesuai dengan SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu; (b) memperbaiki produk tersebut agar sesuai dengan SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu; (c) menarik peredaran produk yang ternyata berbahaya agar tidak merugikan masyarakat; (d) mempublikasikan bahaya yang mungkin terjadi sedemikian rupa agar masyarakat luas dapat mengetahuinya, terutama apabila penarikan peredaran produk tersebut tidak mungkin diselesaikan dalam waktu yang singkat. 6.2.4 Apabila pelaku usaha terbukti telah melakukan penyalahgunaan tanda kesesuaian, maka pelaku usaha dapat diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6.3 Tanggung jawab lembaga sertifikasi 6.3.1 Melalui surveilen berkala atau tidak terjadwal, lembaga sertifikasi harus memantau kemampuan pelaku usaha dalam memelihara kesesuaian produk yang telah menggunakan tanda kesesuaian terhadap SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu. 6.3.2 Lembaga sertifikasi harus mengambil tindakan yang memadai untuk memastikan bahwa pelaku usaha akan melaksanakan tindakan koreksi yang tepat apabila produk yang telah dibubuhi tanda kesesuaian ternyata: (a) diketahui berbahaya; (b) tidak tercakup dalam sub-lisensi; (c) tidak sesuai dengan SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu; 7 dari 14

(d) tidak memenuhi Pedoman ini, serta persyaratan lain yang termuat dalam skema penilaian kesesuaian yang diterapkan oleh lembaga sertifikasi atau yang disepakati dalam perjanjian sub-lisensi. Pada saat menerima laporan adanya penyalahgunaan tanda kesesuaian atau adanya bahaya yang ditimbulkan oleh produk yang menggunakan tanda kesesuaian, lembaga sertifikasi harus melakukan investigasi untuk mengetahui validitas dari laporan. Apabila laporan tersebut benar maka lembaga sertifikasi harus menginformasikan kepada Instansi Teknis terkait dan melakukan langkah-langkah agar pelaku usaha mengambil tindakan koreksi. 6.3.3 Apabila lembaga sertifikasi terbukti melakukan penyimpangan dalam pemberian tanda kesesuaian, maka lembaga sertifikasi dapat diberikan sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 6.4 Pembekuan sub-lisensi 6.4.1 Lembaga sertifikasi berhak membekukan sub-lisensi yang telah diberikan kepada pelaku usaha untuk suatu periode tertentu, apabila antara lain menghadapi kasus sebagai berikut: (a) apabila hasil surveilan ditemukan ketidaksesuaian yang cukup berat akan tetapi masih mungkin diatasi oleh pelaku usaha, sehingga tidak perlu disikapi dengan pembekuan sub-lisensi; (b) apabila pelaku usaha tidak segera mengatasi dengan tindakan koreksi yang tepat pada saat ditemukan penyimpangan terhadap semua ketentuan pembubuhan tanda kesesuaian; (c) apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam skema sertifikasi produk yang diterapkan oleh lembaga sertifikasi tersebut. 6.4.2 Pelaku usaha tidak berhak menggunakan atau membubuhkan tanda kesesuaian pada semua produk yang tercakup dalam sub-lisensi yang tengah dibekukan. 6.4.3 Sub-lisensi juga dapat dibekukan setelah adanya kesepakatan tertulis antara lembaga sertifikasi dan pelaku usaha untuk suatu periode tertentu, baik karena pada periode tersebut kegiatan produksi dihentikan atau karena sebab-sebab lain. 6.4.4 Lembaga sertifikasi harus memberitahu kepada pelaku usaha tentang pembekuan tersebut dan menginformasikan kondisi yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha agar sublisensi yang dimaksud dapat diaktifkan kembali. 6.4.5 Pada akhir periode pembekuan sub-lisensi, lembaga sertifikasi harus melakukan investigasi untuk mengetahui apakah kondisi yang dimaksud pada butir 6.4.4 telah dipenuhi. Apabila telah terpenuhi, pembekuan sub-lisensi harus diaktifkan kembali melalui pemberitahuan tertulis kepada pelaku usaha. 6.5 Pembatalan sub-lisensi 6.5.1 Lembaga sertifikasi dapat membatalkan s u b - lisensi yang telah diberikan kepada pelaku usaha, apabila: (a) pada saat surveilan ditemukan ketidaksesuaian yang serius atau produk yang tercakup dalam perjanjian sub-lisensi ternyata diketahui dapat membahayakan pengguna atau dapat menimbulkan bahaya lain; (b) pelaku usaha tidak melakukan tindakan koreksi secara baik pada saat sub-lisensi yang diterimanya dibekukan; (c) pelaku usaha tidak memenuhi kewajiban finansial; 8 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 (d) pelaku usaha melanggar ketentuan perjanjian sub-lisensi. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud di atas, lembaga sertifikasi memiliki hak untuk membatalkan sub-lisensi dengan mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada pelaku usaha. 6.5.2 Pelaku usaha tidak berhak menggunakan atau membubuhkan tanda kesesuaian pada semua produk yang tercakup pada sub-lisensi yang telah dibatalkan. 6.5.3 Pelaku usaha dapat mengajukan banding atas keputusan lembaga sertifikasi, dan tergantung pada sifat dari kasus yang dihadapi, lembaga sertifikasi dapat mempertimbangkan kembali atau melanjutkan pembatalan sub-lisensi yang dimaksud. 6.5.4 Lembaga sertifikasi harus memutuskan tindakan- tindakan sebagai berikut sebagai konsekuensi pembatalan sub-lisensi: (a) mengharuskan pelaku usaha untuk menghapuskan tanda kesesuaian yang telah dibubuhkan pada semua produk yang merupakan stok pelaku usaha, atau apabila dimungkinkan juga pada produk yang telah beredar di pasar; (b) mengharuskan penghapusan produk yang dimaksud dari stok pelaku usaha dalam waktu tertentu; (c) tindakan lain yang diperlukan. 6.5.5 Sub-lisensi dapat juga dibatalkan apabila: (a) pelaku usaha tidak ingin melanjutkan perjanjian sub-lisensi; (b) SNI dan/atau persyaratan lain yang diacu berubah dan pelaku usaha tidak mau atau tidak mampu memastikan kesesuaian produknya terhadap perubahan tersebut, (c) produk yang tercakup dalam sub-lisensi tidak lagi diproduksi dan tidak beredar dipasar. 6.5.6 Lembaga sertifikasi harus segera memberitahu KAN dan Instansi Teknis terkait perihal pembatalan sub-lisensi serta sebab dan keadaan yang menjadi dasar pembatalan sub-lisensi tersebut. 6.6 Tanggung jawab KAN 6.6.1 KAN harus memantau dan mengawasi lembaga sertifikasi yang telah menerima lisensi tanda kesesuaian untuk memastikan lembaga sertifikasi secara terus menerus : (a) menjaga integritas tanda kesesuaian sesuai dengan ketentuan pada dokumen ini, serta skema sertifikasi produk yang telah diterbitkan lembaga sertifikasi; (b) mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan agar pelaku usaha melaksanakan tindakan koreksi terhadap penggunaan tanda kesesuaian yang tidak benar, menimbulkan kerancuan atau kondisi lain yang dapat merusak citra tanda kesesuaian. 6.6.2 Bila lembaga sertifikasi yang dimaksud tidak melakukan tindakan pada seluruh butir diatas KAN harus membekukan sementara atau membatalkan perjanjian lisensi tanda kesesuaian. 6.6.3 KAN harus melaporkan pelaksanaan pengoperasian tanda kesesuaian kepada pemilik tanda kesesuaian minimal setiap tahun dan/atau sewaktu waktu bila diperlukan. 6.6.4 KAN dapat membekuan sementara hak penggunaan (lisensi) tanda kesesuaian lembaga sertifikasi bila: (a) Witness belum dilakukan terkait dengan permohonan akreditasi atau re-akreditasi. (b) Setiap ketidaksesuaian yang ditemukan selama asesmen belum dianggap memuaskan. 6.6.5 Selama periode pembekuan, KAN dapat membatalkan hak penggunaan (lisesnsi)/ 9 dari 14

mencabut akreditasi, jika lembaga sertifikasi membuat ketidaksesuaian lainnya terhadap persyaratan. 6.6.6 KAN dapat juga membatalkan hak penggunaan (lisesnsi) tanda kesesuaian/mencabut status akreditasi, jika lembaga sertifikasi terakreditasi: (a) bangkrut (b) merupakan suatu badan usaha yang dilikuidasi. (c) lembaga sertifikasi gagal mematuhi persyaratan dan ketentuan akreditasi KAN. CATATAN 6 Informasi terkait pembekuan dan pencabutan akreditasi/hak penggunaan (lisensi) tanda kesesuaian diatur lebih lanjut pada DPUM 01. 6.7 Tanggung jawab instansi teknis Instansi Teknis atau pemegang otoritas pengawas pasar mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dan harus segera dilakukan untuk melindungi kepentingan masyarakat apabila produk yang telah dibubuhi tanda kesesuaian SNI atau tanda kesesuaian lain ternyata diketahui merupakan produk yang berbahaya bagi konsumen, kesehatan masyarakat, fungsi lingkungan hidup, dan bahaya lainnya. 10 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 Lampiran A (normatif) Tanda kesesuaian A.1 Tanda SNI No. SNI Kode lembaga sertifikasi produk A.2 Tanda organik No. SNI No. aa/ bb/cc/yy Keterangan: aa= nomor urut sertifikasi operator bb= kode lembaga sertifikasi pangan organik cc= bulan penerbitan sertifikat yy= tahun penerbitan sertifikat (dua digit terakhir) A.3 Tanda ekolabel No. SNI No. aa/bb/cc/yy Keterangan aa= nomor sertifikasi bb= kode lembaga sertifikasi ekolabel cc= bulan penerbitan sertifikat yy= tahun penerbitan sertifikat (dua digit terakhir) 11 dari 14

A.4 Tanda keselamatan No. SNI Kode lembaga sertifikasi produk A.5 Tanda sebagian parameter SNI SNI zz (SP) Kode lembaga sertifikasi produk Keterangan: zz = nomor SNI SP= sebagian parameter A.6 Tanda SNI Dokumen Teknis DT zz Kode lembaga sertifikasi produk Keterangan: zz = nomor SNI dokumen teknis terkait 12 dari 14

Pedoman KAN 403-2011 Lampiran B (informatif) Contoh penggunaan tanda kesesuaian B.1 Tanda SNI SNI 01-3553-1996 LSPr-001-IDN B.2 Tanda pangan organik SNI 6729:2010 No. 01/LSPO-001-IDN/02/08 B.3 Tanda ekolabel SNI 19-7188.4-2006 No. 01/LSE-002-IDN/02/08 13 dari 14

B.4 Tanda keselamatan SNI 04-6292.2.40-2005 LSPr-005-IDN B.5 Tanda sebagian parameter SNI SNI 06-0098-2002 (SP) LSPr-001-IDN B.6 Tanda SNI Dokumen Teknis DT 7133:2007 LSPr-001-IDN 14 dari 14