Objek Pajak. Objek PPN: Pasal 4 ayat penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

dokumen-dokumen yang mirip
Objek Pajak. Objek PPN: Pasal 4 ayat 1. Objek PPN Pasal 16 C: Kegiatan Membangun Sendiri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2000 TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2000 TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2000 TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Presiden Republik Indonesia,

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

Perubahan I : UU No. 11 Tahun 1994 Perubahan II : UU No. 18 Tahun 2000 Perubahan III : UU No. 42 Tahun 2009 PENGERTIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penerimaan negara, dan mendorong produk ekspor.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Bidang pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan oleh penulis yaitu di bagian

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Amanita Novi Yushita, M.Si

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB II LANDASAN TEORI

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajak Definisi Pajak

BAB VI BAB VI BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang tanpa adanya

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NLAI OLEH BENDAHARAWAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Definisi Pajak dan Pajak Pertambahan Nilai. ( Dikutip dari penulis Sukardji,U (2006). Pajak pertambahan nilai (edisi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Pernyataan File ini bebas disebarluarkan oleh siapapun dengan cuma-cuma. PENGANTAR

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. (UU PPN & PPnBM)

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK *)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H (2010: 4), pajak adalah iuran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

S-1034/PJ.322/2004 PERMOHONAN PENJELASAN PENGENAAN PPN DAN PPh ATAS KERJA SAMA OPERASIONAL BIDANG PE

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PENGHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT BUMI SARANA BETON MAX MILIAN MAUWA POLITEKNIK NEGERI AMBON

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

3.1.2 Pengelompokkan Pajak

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

Perpajakan Bagi Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

TINJAUAN PUSTAKA. namun pada dasarnya pengertian pajak ini adalah sama saja.menurut Rochmat

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak dapat diterangkan melalui beberapa definisi :

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI. perubahan ketiga dari Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

BAB II TELAAH PUSTAKA. a. Definisi pajak yang dikemukakan Soemitro dan Waluyo (2005:3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

MODUL PERKULIAHAN PERPAJAKAN 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2016:1) Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

BAB VI ASPEK PAJAK DALAM BISNIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pelaporan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 8, NO 1, Edisi Februari 2016 (ISSN : )

Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

BAB III PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DALAM UNDANG-UDANG NO. 18 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Objek Pajak Objek PPN: Pasal 4 ayat 1 1. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha 2. impor BKP 3. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha 4. pemanfaatan BKP tidakberwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 5. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 7. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 8. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak 1

Objek PPN - Pasal 16 C: Kegiatan Membangun Sendiri 1. yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan 2. oleh orang pribadi atau badan 3. yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain 4. yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Objek PPN Pasal 16 D: Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU PPN 2

Istilah Penting Dalam PPN a. Barang Kena Pajak b. Jasa Kena Pajak c. Pengusaha d. Pengusaha Kena Pajak e. Daerah Pabean Barang Kena Pajak Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajakberdasarkanundang undang ini Kelompok jenis barang yang tidakkena pajak diatur dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN 3

Jasa Kena Pajak Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang undang ini Kelompok jenis jasa yang tidakkenapajak diaturdalam Pasal 4A ayat (3) UU PPN Jenis jasa yang tidak kena pajak diatur dalam Penjelasan Pasal 4A ayat (3) UU PPN Pengusaha orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang mengimpor barang mengekspor barang melakukan usaha perdagangan memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean 4

Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang ini Daerah Pabean wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempattempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang Undang yang mengatur mengenai kepabeanan 5

Bukan Objek PPN (Negative List) Barang 1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya minyak mentah (crude oil ); Gas bumi panas bumi; pasir dan kerikil batubara sebelum diproses menjadi briket batubara bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak; dan barang hasil pertambangan dan pengeboran lainnya yang diambil langsung dari sumbernya. Bukan Objek PPN (Negative List) Barang 2. Barang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; beras, garam, sagu, daging, telur, susu perah, sayuran dan buah buahan ditetapkan sebagai barang kebutuhan pokok 3. Uang, emas batangan, dan surat surat berharga. 4. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya. 6

BUKAN OBJEK PPN (Negative List) A. Jasa di bidang pelayanan medik Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi Jasa dokter hewan Jasa ahli kesehatan : akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi Jasa kebidanan dan dukun bayi Jasa paramedis dan perawat Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium BUKAN OBJEK PPN (Negative List) B. Jasa di bidang pelayanan sosial: Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo Jasa pemadam kebakaran, kecuali yang bersifat komersial Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan. Jasa lembaga rehabilitasi, kecuali yang bersifat komersial Jasa pemakaman termasuk krematorium, dan Jasa di bidang olah raga, kecuali yang bersifat komersial 7

BUKAN OBJEK PPN (Negative List) C. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko D. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewaguna usaha dengan hak opsi : Jasa perbankan kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta jasa anjak piutang Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi Jasa sewa guna usaha dengan hak opsi. BUKAN OBJEK PPN (Negative List) E. Jasa di bidang keagamaan : Jasa pelayanan rumah ibadah Jasa pelayanan khotbah atau dakwah Jasa lainnya di bidang keagamaan F. Jasa di bidang pendidikan : Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursuskursus. 8

BUKAN OBJEK PPN (Negative List) G. Jasa di bidang perhotelan Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yg. terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel H. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum jenis jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti Ijin Mendirikan Bangunan, pemberian Ijin Usaha Perdagangan, pemberian NPWP, pembuatan KTP I. Jasa penyediaan tempat parkir J. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam K. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos L. Jasa boga atau catering 9