KARAKTERISTIK SAPI SONOK DAN SAPI KERAPAN PADA UMUR YANG BERBEDA DI KABUPATEN PAMEKASAN PULAU MADURA

dokumen-dokumen yang mirip
CHARACTERISTIC OF MADURA RACES BULL AT SUMENEP IN DIFFERENT AGE GROUP.

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

KARAKTERISTIK SAPI MADURA BETINA BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI KECAMATAN GALIS DAN KADUR KABUPATEN PAMEKASAN

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

MATERI DAN METODE. Materi

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

KARAKTERISTIK DAN KINERJA INDUK SAPI SILANGAN LIMOUSIN-MADURA DAN MADURA DI KABUPATEN SUMENEP DAN PAMEKASAN

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol 1(2):28-32, Agustus 2017 Nandia Thara Dhita et.al

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

Skenario Pembibitan Sapi madura di Pulau Madura (Scenario of Madura Cattle Breeding in Madura Island)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

Kusuma Adhianto*, Sulastri Sulastri, M.D.Iqbal Hamdani, Dewi Novriani, dan Lisa Yuliani

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

KARAKTERISTIK SAPI PERAH LAKTASI FRIES HOLLAND (Kasus di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan, Garut)

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis Uji Performans. Eary Selection of Bali Cattle Stud Based on Performance Test

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

Transkripsi:

KARAKTERISTIK SAPI SONOK DAN SAPI KERAPAN PADA UMUR YANG BERBEDA DI KABUPATEN PAMEKASAN PULAU MADURA Chairdin Dwi Nugraha, Sucik Maylinda dan Moch. Nasich Bagian Produksi Ternak, Fakultas PeternakanUniversitas Brawijaya Email: chairdin@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat kuantitatif pada sapi Sonok dan sapi Kerapan pada umur yang berbeda di kabupaten Pamekasan, Madura. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor sapi Sonok dan 24 ekor sapi Kerapan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahsurvey dan pengukuran di lapang. Variabel yang diamati meliputi lingkar dada (LD), panjang badan (PB), tinggi badan (TB), tinggi pinggul (TP) dan bobot badan (BB). Hasil penelitian diperoleh rata-rata LD, PB, TB, TP dan BB berturut-turut pada sapi Sonok PI 0 : (121,34 ± 11,23 cm), (99,90 ± 9,35 cm), (101,55 ± 7,46 cm), (101,00 ± 6,94 cm) dan (141,68 ± 30,15 kg) sedangkan Sapi Sonok PI 1 : (138,00 ± 8,89 cm), (115,36 ± 5,87 cm), (111,50 ± 4,29 cm), (109,33 ± 4,95 cm) dan (201,29 ± 25,14 kg). Ukuran statistik vital sapi Kerapan PI 0 : (116,05 ± 12,33 cm), (104,10 ± 10,47 cm), (101,22 ± 6,30 cm), (101,98 ± 5,49 cm) dan (130,90 ± 33,09 kg) sedangkan Sapi Kerapan PI 1 : (122,00 ± 17,36 cm), (102,78 ± 18,61 cm), (102,90 ± 8,70 cm), (105,80 ± 6,32 cm) dan (205,60 ± 179,13 kg). Hasil uji-t tidak berpasangan menunjukkan bahwa pengaruh umur terhadap statistik vital pada sapi Sonok adalah sangat nyata (P<0,01) sedangkan pada sapi Kerapan tidak nyata. Statistik vital sapi Sonok kelompok umur PI 1 (18-24 bulan) lebih tinggi dari kelompok umur PI 0 (<18 bulan). Kata kunci: Statistik vital, lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, tinggi pinggul, bobot badan, sifat kuantitatif, sifat kualitatif. THE CHARACTERISTIC OF SONOK AND KERAPAN CATTLE WITH DIFFERENT AGE AT PAMEKASAN REGENCY, MADURA ISLAND ABSTRACT The aim of this research was to analyze the characteristic of performance of quantitative of Sonok and Kerapan cattle in different age. Sample that used were 24 heads of Sonok cattle and 24 heads of Kerapan cattle in different age (PI 0 less than 18 months and PI 1 between 18-24 months) at Pamekasan Regency. Research method was survey, data collection was done in the village using direct weighing on chest girth, body length, body height, hips height and body weight. Data obtained on this research were analyzed using t-test. The result of this research was that age influenced chest girth, body length, body height, hips height and body weight in Sonok cattle (P<0.01). On the other hand in Kerapan cattle the effect of age on linear measurements and body weight was not significant different. Kerapan cattle 18-24 months of age and Kerapan cattle with less than 18 months of age have the same of linear measurements. Keyword: Statistics vital, chest girth, body length, body height, hips height, body weight, quantitative characteristic, qualitative characteristic. J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 55

PENDAHULUAN Sapi Madura dianggap sebagai salah satu bangsa sapi asli Indonesia yang telah terseleksi dan dipertahankan kemurniannya di Pulau Madura dan sekitarnya.sapi Madura merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong yang berkembang baik di Pulau Madura pada lingkungan agroekosistem kering (Wijono dan Setiadi, 2004). Madura ditetapkan sebagai wilayah tertutup, yakni wilayah yang dilarang melakukan perkawinan silang dengan pejantan ternak sapi potong yang berasal dari luar Madura. Tujuan penetapanmadura sebagai wilayah tertutup dalam rangka mempertahankan kemurnian sapi Madura sebagai salah satu plasma nutfah sapi lokal Indonesia (Siswijono, Nurgiartiningsih dan Hermanto, 2013). Sapi Madura memiliki nilai sosialbudaya yang tinggi yaitu sebagaikebudayaan kerapan sapi dan kontes sapi Sonok. Kontes Sapi Sonok merupakan bentuk kesenian tradisional masyarakat Madura yang mengedepankan segi keindahan bentuk tubuh, warna bulu, keserasian dan keterampilan sapi betina yang merupakan hasil seleksi dan pemeliharaan secara spesifik (Kosim, 2007). Kerapan sapi merupakan bentuk kesenian tradisional masyarakat Madura yang mementingkan kecepatan lari sapi jantan (Hasan, 2012). Kebudayaan ini agar terus bertahan dan berkembang menjadi agrowisata sehingga dapat menarik wisatawan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi diperlukan manajemen pembibitan yang didukung oleh suatu data yang akurat tentang penampilan sapi Sonok dan sapi Kerapan. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut di atas bahwa suatu program dapat terealisasi dengan baik apabila didukung oleh suatu data tentang penampilan karakteristik vital sapi Sonok dan sapi Kerapan pada umur yang berbeda. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di tiga Desa di Kabupaten Pamekasan Pulau Madura yaitu di Desa Dempu Kecamatan Pasean untuk sapi Sonok, Desa Murtajih Kecamatan Pademawu dan Desa Medangan Kecamatan Pademawu untuk sapi Kerapandi mulai dari tanggal 29 Desember 2014 sampai 4 Januari 2015. Materi yang digunakan dalam penelitian ini 24 ekor sapi Sonok dan 24 ekor sapi Kerapan. Umur sapi di bedakan atas pergantian gigi permanen PI 0 dan PI 1 (Permanent Incicivi) berdasarkan standart SNI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan survey dan pengukuran di lapang. Metode sampling lokasi dan ternak sapi menggunakan purposive sampling yaitu Sapi Kerapan umur PI 0 dan PI 1 diambil pada lokasi yang potensial sapi Sonok dan sapi Kerapan. Pengumpulan data statistik vital menggunakan metode insidental sampling. Variabel yang diamati yaitu mengukur statistik vital meliputi: 1. Lingkar dada (LD) diukur secara melingkar di belakang gumba atau di belakang Os scapula dengan menggunakan pita ukur melingkardinyatakan dalam cm. 2. Panjang badan (PB) diukur secara lurus dari Tuber humerus sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii) diukur dengan menggunakan alat berupa mistar dinyatakan dalam cm. 3. Tinggi badan (TB) diukur jarak tegak lurus dari punggung atau belakang gumba sampai ketanah atau lantai diukur dengan menggunakan tongkat ukur dinyatakan dalam cm. 4. Tinggi pinggul (TP) diukur jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os sacrum pertama sampai ke tanah diukur dengan menggunakan tongkat ukur dinyatakan dalam cm. 5. Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan analitik khusus sapi dengan merk Ruddweigh dinyatakan dalam kg. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji-t sampel tidak J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 56

berpasangan (unpaired comparation) kemudian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kuantitatif Sapi Sonok Berdasarkan hasil penelitian ini, maka didapatkan data LD, PB, TB, TP dan BB pada sapi Sonok seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan penampilanstatistik vital sapi Sonok pada PI 0 dan PI 1 Karakter Umur n PI 0 n PI 1 Lingkar Dada (cm) 17 121,34 ± 11,23 a 7 138,00 ± 8,89 b Panjang Badan (cm) 17 99,90 ± 9,35 a 7 115,36 ± 5,87 b Tinggi Badan (cm) 17 101,55 ± 7,46 a 7 111,50 ± 4,29 b Tinggi Pinggul (cm) 17 101,00 ± 6,94 a 7 109,33 ± 4,95 b Bobot Badan (kg) 17 141,68 ± 30,15 a 7 201,29 ± 25,14 b Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Tabel 1 menunjukkan perbedaan umur memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap ukuran lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan tinggi pinggul. Ukuran statistik vital sapi Sonok PI 1 lebih besar dibandingkan dengan sapi Sonok PI 0. Perbedaan statistik vital sapi Sonok pada umur yang berbeda ini disebabkan karena faktor pertumbuhan. Bertambahnya umur sapi maka ukuran statistik vital akan mengalami peningkatan. Sesuai dengan pendapat Nurlaila, Kutsiyah dan Zali (2009) bahwa yang dimaksud pertumbuhan adalah pertambahan berat badan dan ukuran tubuh sesuai dengan umur ternak jadi semakin umur bertambah maka ukuran tubuh semakin besar pula. Hasil wawancara menyebutkan bahwabanyak peternak yang masih belum responsif terhadap hijauan yang berkualitas baik. Peternak hanya menggunakan hijauan berupa jerami padi, tanaman jagung dan tanaman pekarangan yang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Kutsiyah, Kusmartono dan Susilawati(2003) jenis pakan yang diberikan berupa rerumputan, limbah pertanian dan dedaunan. Limbah pertanian berupa daun jagung, daun ketela pohon dan jerami padi, sedangkan untukdedaunan berupa daun nangka, daun pisang, daun waru dan daunlamtoro. Saat musim kemarau kualitas pakan ternak menjadi rendah karena peternak tidak berupaya mengawetkan hijauan dan memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak pada saat musim panen. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) adanya perbedaan ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh faktor pakan, apabila dalam pakan tersebut kekurangan nutrisi untuk pertumbuhan maka hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ternak tidak dapat bertumbuh dengan baik. Riszqina, Isbandi, Erianto and Santoso(2014) Sapi Sonok pada umumnya diberi pakan berupa rumput, buah pepaya, dan jamu herbal berupa campuran rempah, gula merah, kelapa dan susu untuk menambah nafsu makan dan menjaga kulit sapi. Agustina (2011) menambahkan bahwa pemeliharaan sapi Sonok juga dilakukan pemijatan rutin setiap malam hari dengan menggunakan minyak kelapa dan kain hangat. Pemijatan dilakukan oleh peternak sendiri tidak ada perlakuan khusus sebelum pemijatan berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang menggunakan satu sampel sapi Sonok dengan metode purposive sampling memiliki ciri-ciri berupa warna tubuh dominan coklat kekuningan terang dengan warna kaki bagian bawah smear putih, tidak berpunuk. Daerah sekitar mata berwarna hitam. Arah tanduk pendek melengkung ke atas dan mengarah ke luar. Warna pantat dominan coklat dan ujung J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 57

ekor berwarna hitam. Garis punggung tampak tipis dan pendek. Performans Bobot Badan Sapi Sonok Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan umur memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot badan. Tabel 1 menunjukkan bobot badan sapi Sonok PI 1 lebih tinggi dari sapi Sonok PI 0. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ternak yang sejalan dengan bertambahnya umur maka berat badan ternak akan semakinbertambah. Karnaen (2007) berpendapat bahwa pertumbuhan merupakan kemampuan suatu individu untuk menampilkan potensi genetik dan perkembangan bagian-bagian tubuh sampai mencapai dewasa yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang meliputi pakan dan manajemen pemeliharaan. Sapi Sonok dipelihara khusus untuk budaya kontes sapi Sonok yang menampilkan aspek keindahan postur tubuh. Menurut Kosim (2007), Sapi Sonokmerupakan sapi Madura betina yang dipelihara secara khusus dan dibesarkan dengan tujuan kesenangan melalui kontes kecantikan, kegagahan sapi, aspek keindahan postur tubuh sapi dan keanggunan dalam berjalan, sehingga sapi Sonok dipacu pertumbuhan statistik vital dan bobot badannya dengan memperbaiki mutu genetik dan manajemen pemeliharaan. Perbaikan mutu genetik berupa seleksi didasarkan pada performans tetua (Kutsiyah, 2012). Performans tetua harus memenuhi standar kualitatif dan kuantitatif (Nurlaila, Kutsiyah dan Zali, 2009). Informasi data ini merupakan peluang yang cukup tinggi dalam perbaikan mutu genetik sapi Sonok untuk mendapatkan performans yang lebih tinggi. Sifat Kuantitatif Sapi Kerapan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka didapatkan data LD, PB, TB, TP dan BB pada sapi Kerapan seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2.Rataan penampilan statistik vital sapi Kerapan pada PI 0 dan PI 1 Karakter Umur n PI 0 n PI 1 Lingkar Dada (cm) 19 116,05 ± 12,33 5 122,00 ± 17,36 Panjang Badan (cm) 19 104,10 ± 10,47 5 102,78 ± 18,61 Tinggi Badan (cm) 19 101,22 ± 6,30 5 102,90 ± 8,70 Tinggi Pinggul (cm) 19 101,98 ± 5,49 5 105,80 ± 6,32 Bobot Badan (kg) 19 130,90 ± 33,09 5 205,60 ± 179,13 Tabel 2 menunjukkan bahwa ukuran statistik vital sapi Kerapan PI 0 dan sapi Kerapan PI 1 tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan perbedaan umur tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap ukuran lingkar dada, panjang badan, tinggi badan dan tinggi pinggul. Hal ini disebabkan karena sapi Kerapan digunakan sebagai perlombaan kerapan sapi yang lebih mengedepankan kecepatan lari sapi jantan, sehingga ukuran tubuh sapi Kerapan PI 0 dan PI 1 cenderung tidak ada perbedaan, selain itu sapi Kerapan PI 1 sudah tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Trifena, Budisatria dan Hartatik (2011) berpendapat bahwa sifat kuantitatif sangat dipengaruhi oleh lingkungan diantaranya dari segi manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan. Hasil wawancara yang diperoleh menyebutkan bahwa pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan pada umumnya seragam, sebagian besar pakan yang diberikan berupa rumput yang tersedia di daerah tersebut, daun jagung, jerami padi dan ditambah dengan jamu-jamuan. Azuri dan Suwartono (2003) menyatakan bahwa sapi Kerapan diberi jamu dua bulan sekali berupa campuran telur, kopi, ditambah dengan kunyit, J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 58

temulawak, temu item, bawang putih, jahe, kencur dengan tujuan menjaga stamina sapi sampai hari perlombaan dimulai. Menjelang pertandingan diberi jamu, bir, telur, madu, kopi dan santan kelapa. Sapi Kerapan PI 0 dan PI 1 mendapatkan perlakuan manajemen pemeliharaan yang sama sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ukuran statistik vitalnya. Manajemen pemeliharaan sapi Kerapansetiap hari dimandikan, dijemur dibawah terik matahari, dipijat setiap 3-4 hari dan mulai dilatih kecepatan larinya pada umur delapan bulan. Recording pada sapi Kerapan di daerah penelitian tidak diterapkan, sehingga keturunan sapi Kerapan rata-rata tidak berasal dari pejantan unggul. Menurut Kutsiyah (2012) proses pemilihan sapi Kerapan yaitu berasal dari keturunan pejantan unggul dengan sistem pemeliharaan harus memenuhi kebutuhan pakan dan perawatan yang khusus. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang menggunakan satu sampel sapi Kerapan dengan metode purposive sampling memiliki ciri-ciri berupa warna tubuh merah gelap, memiliki punuk, kaki bagian bawah berwarna putih dengan batas yang tidak jelas, ujung ekor berwarna hitam. Warna pantat putih dengan batas yang tidak jelas. Daerah sekitar mata berwarna hitam dan tanduk kecil pendek dan mengarah ke luar. Garis belut berwarna hitam tampak jelas pada punggung sapi. Performans Bobot Badan Sapi Kerapan Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh umur terhadap bobot badan sapi Kerapan tidak berbeda nyata (P>0,05). Tabel 2 menunjukkan bobot badan sapi Kerapan PI 0 tidak ada perbedaan yang signifikan dengan sapi Kerapan PI 1. Hal ini disebabkan karena sapi Kerapan digunakan untuk budaya perlombaan kerapan sapi yang mengedepankan aspek kecepatan lari sapi sehingga bobot badan antara PI 0 dan PI 1 tidak berbeda signifikan.seperti yang dijelaskan oleh Kutsiyah (2012) sapi Kerapan merupakan pejantan unggul sapimadura yang memiliki kemampuan berlari cepat dan gesit. Gunawan (1993) menyatakan bahwa sapi Madura jantan memiliki kemampuan berlari dengan jarak 130 meter dapat ditempuh selama 9-10 detik. Wijono dan Setiadi (2004) menjelaskan bahwa performans berat badan sapi Madura didominasi oleh berat badan yang cukup rendah (± 300 kg).menurut Kosim (2007) pemeliharaan sapi Kerapan yaitu dimandikan setiap hari, dijemur dibawah terik matahari, diberi pakan rumput dan daun jagung muda yang selalu harus dalam keadaan segar, selain itu harus dibiasakan berlatih lari sejak umur sapi mencapai delapan bulan.rowe (2001) menambahkan bahwa sapi Kerapan dipijat setiap 3-4 hari.informasi data ini merupakan peluang yang cukup tinggi dalam perbaikan mutu genetik dengan pemilihan sapi Kerapan yang berasal dari keturunan pejantan unggul untuk mendapatkan performans yang lebih tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umur mempengaruhi statistik vital dan bobot badan pada sapi Sonok. Ukuran statistik vital sapi Sonok PI 1 lebih tinggi dari sapi Sonok PI 0. Sapi Kerapan PI 0 dan sapi Kerapan PI 1 memiliki ukuran statistik vital yang sama. SARAN Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menentukan kriteria sapi Sonok PI1 dapat menggunakan ukuran statistik vital dari penelitian ini. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Agustina, D.K. 2011. Budidaya Sapi Sonok di Kecamatan Waru J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 59

Pamekasan. Jurnal Ilmu Hayati Vol. 8 No. 08. Azuri, D.S. dan Suwartono, E. 2003. Sapi Madura sebagai Ternak Kerja dan Penghasil Daging. PT. Balai Pustaka.Gunawan. 1993. Sapi Madura sebagai Ternak Kerja, Potong, Karapan dan Sonok. Kanisius. Hasan, F. 2012. Dampak Sosial Ekonomi Pergeseran Nilai BudayaKarapan Sapi.SEPA : Vol. 8 No. 2: 51 182. Karnaen. 2007. Model Kurva Pertumbuhan Pra Sapih dari Sapi Madura Betina dan Jantan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 7 No. 1: 48-51. Kosim, M. 2007. Kerapan Sapi; Pesta Rakyat Madura(Perspektif Historis- Normatif).Karsa, Vol. XI No. 1. Kutsiyah, F. 2012. Analisis Pembibitan Sapi Potong Di Pulau Madura.Wartazoa Vol. 22 No. 3. Kutsiyah, F., Kusmartono dan Susilawati, T. 2003. Studi Komparatif Produktivitas Antara Sapi Madura dan Persilangannya dengan Limousin di Pulau Madura. JITV Vol. 8 No. 2. Nurlaila, S., Kutsiyah, F. Dan Zali, M. 2009. Uji Performan Keturunan Betina Dari Perkawinan Alam AntaraSapi Sonok Dengan Pejantan UnggulDieks. Kawedanan Waru Kabupaten Pamekasan.Hayati, Vol. VI No. 05. Riszqina, Isbandi, Erianto and Santoso. 2014. Income of Madura Cattle Farmers In Madura Island of East Java Province of Indonesia. Journal Anim. Sci. 43 (1): 68-73. Rowe, T. 2001. Pengaruh Motivasi Pemilik Sapi Pada Perubahan-Perubahan Sosio-Budaya Dalam Kerapan Sapi.Program Australian Consortium For In-Country Indonesian Studies Universitas Muhammadiyah Malang. Siswijono, S.B., Nurgiartiningsih, V.M.A., dan Hermanto. 2013. Pengembangan Model Kelembagaan Konservasi Sapi Madura. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya Nomor: DIPA- 023.04.2.414989/2013. SK Rektor Universitas Brawijaya, Nomor: 295. Sudarmono, A.S. dan Sugeng, B.Y. 2008. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya. Trifena, Budisatria, I.G.S. dan Hartatik, T. 2011. The Phenotypic Changes of First Filial and Backcross of Ongole Grade, Simpo and Limpo Cows. Bulletin of Animal Science Vol. 35 (1): 11-16. Wijono, D.B. dan Setiadi B.. 2004. Potensi Dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Madura.Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan dan Balai Penelitian Ternak, Bogor. J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 55-60, 2015 60