BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kabupaten Banyuasin 2023 di bidang Penanaman Modal yaitu, "Terwujudnya daya saing penanaman modal untuk menunjang kualitas perekonomian Banyuasin" Kabupaten Banyuasin sudah memiliki perencanaan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah, serta prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap.kabupaten Banyuasin juga sudah mempunyai RTRW yang menjadi penjabaran visi dan misi Kabupaten Banyuasin dalam pengembangan wilayah. Dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Banyuasin terus menggalakkan penanaman modal dengan dukungan swasta yang searah dengan tujuan pembangunan serta visi dan misi, kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Banyuasin. Mengingat pentingnya peran penanaman modal dalam pencapaian Visi Kabupaten Banyuasin Tahun 2023 tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Banyuasin melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin menyiapkan rancangan Cetak Biru (Master Plan) Penanaman Modal untuk menjadi kerangka acuan/arah kebijakan dalam pembangunan, khususnya pengembangan penanaman modal di Kabupaten Banyuasin. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 1

Cetak Biru yang disusun merupakan pedoman, arah kebijakan, dan kerangka acuan pengembangan penanaman modal di Kabupaten Banyuasin yang sudah disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Banyuasin.Sementara itu strategi pembangunan yang berjalan selama ini lebih banyak menggunakan comparative advantage, pembangunan yang mengandalkan pada kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Padahal negara-negara maju tidak punya comparative advantage, tetapi mereka mengubahnya menjadi competitive advantage, yaitu menjadikan bagaimana menghasilkan produk yang biayanya paling efisien dan paling unik dan tidak mudah ditiru orang lain.walaupun suatu negara atau suatu daerah mempunyai warisan sumber daya alam yang luar biasa, tetapi jika tidak diolah dengan baik maka tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Hal itu karena pada negara-negara maju, mereka tidak punya sumber daya alam dan tenaga kerja yang jumlahnya luar biasa besar, tetapi kenapa kesejahteraan mereka lebih baik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Porter (1998), yang menyatakan bahwa comparative advantage tidak berarti banyak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat bila negara atau daerah tersebut tidak berhasil meningkatkan competitive advantage dan produktivitasnya. Munculnya teori competitive advantage tersebut membuat bergesernya paradigma dalam menerapkan strategi pembangunan ekonomi yang bertumpu kepada comparative advantage, dari bertumpu sumber daya alam, kepada competitve advantagedan peningkatan produktivitas. Menurut Porter (1998) ada tiga taha pan pembangunan. Tahap Pertama, bila suatu negara atau daerah menggunakan factor driven economic, yaitu hanya mengandalkan sumber daya alamnya saja untuk melakukan pembangunan. Sumber daya alam yang ada tersebut diolah secara sederhana, kemudian diekspor. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2

Sehingga mungkin saja negara atau daerah tersebut justru nanti akan mengimpor kembali setelah diolah oleh negara lain. Tahap selanjutnya adalah pembangunan dilakukan dengan melalui invesment driven economic, yaitu negara menggunakan strategi dengan efisiensi investasi. Pada tahap ini peningkatan produktivitas dari faktor-faktor sumber daya berasal dari investasi.sedangkan tahap ketiga dari pembangunan adalah inovation driven economic, yaitu suatu kondisi dimana pembangunan dengan menciptakan produk dan jasa dengan nilai tambah yang lebih tinggi, yang lebih unik, melalui inovasi dan peningkatan produktivitas akibat persaingan yang tajam melalui cluster. Tahapan-tahapan dalam pembangunan (Porter 1998) dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. Factor Driven Economy Investment Driven Economy Innovation Driven Economy Input Efficiency Through Unique Cost Heavy Investment Value Gambar 1.1 Porter s Stages of Competitive Development Kabupaten Banyuasin memiliki peluang investasi yang cukup menarik bagi para investor dilihat dari keunggulan komparatif wilayah. Dalam perspektif Porter, comparative advantage saja tidak cukup. Keunggulan komparatif bukan jaminan satu-satunya untuk menarik investasi. Pada saat ini variabel yang sangat berpengaruh adalah keunggulan kompetitif. Suatu daerah yang memiliki keunggulan kompetitif justru mampu menggaet jumlah Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 3

investasi lebih besar dalam mendukung pengembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Berkaitan dengan Kabupaten Banyuasin, yang sudah memiliki keunggulan komparatif, maka selayaknya Banyuasin harus memiliki keunggulan kompetitif sehingga iklim investasi betul-betul menjadi daya tarik khusus bagi para investor untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan potensi ekonomi dan daya saing daerah yang ada, Kabupaten Banyuasin memiliki peluang investasi yang cukup menarik bagi para investor, terutama jika dilihat dari keunggulan komperatif wilayah. Dalam rangka mengetahui dan menelurkan butir-butir pemikiran bagi menciptakan kiat aplikatif daya tarik investasi diperlukan studi yang membahas bagaimana suatu investasi dapat berkembang efektif secara kondisional yang dikemas dalam kegiatan Penyusunan Cetak Biru ( Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin. Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin tentu saja sangat sesuai dengan teori Porter tentang competitif advantage, bahwa keunggulan sumber daya alam saja tidak cukup, tetapi harus ada upaya untuk meningkatkan nilai tambah menjadi lebih tinggi, unik dan tidak mudah ditiru.pemahaman dan identifikasi terhadap potensi ekonomi dan daya saing daerah merupakan tantangan utama dalam pelaksanaan otonomi daerah. Secara makro, potensi ekonomi daerah biasanya juga menjadi salah satu indikator daya saing daerah tersebut. Hal itu karena potensi ekonomi suatu daerah akan ikut membentuk kompleksitas daya saing daerah. Konsep potensi ekonomi daerah dipahami sebagai salah satu indikator daya saing daerah. Sedangkan daya saing daerah sendiri mempunyai pengertian yang Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 4

lebih luas daripada sekedar potensi ekonomi, karena dalam konsep daya saing daerah juga termasuk aspek kelembagaan, iklim sosial, iklim politik, kebijakan pemerintah, manajemen dan sebagainya. Daya saing suatu daerah dengan daerah yang lain tidaklah sama, karena masing-masing daerah mempunyai ciri khas dan karakteristik yang menempel sesuai dengan sumber daya manusia, struktur alam, dan letak geografisnya. Namun daya saing suatu daerah tersebut merupakan modal dasar bagi pertumbuhan ekonomi, industri, investasi, penyerapan tenaga kerja, dan pangsa pasar bagi produk-produk industri, pertanian dan jasa. Daya saing suatu daerah juga akan menggambarkan kemampuan daerah tersebut dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kemampuannya dalam penyerapan investasi, tenaga kerja, barang, jasa dan tabungan. Untuk mengukur daya saing suatu daerah salah satunya adalah dengan menggunakan indikator potensi ekonomi daerah tersebut. Untuk mengukur potensi ekonomi daerah salah satunya dapat diukur melalui kinerja perekonomian makro daerah tersebut. Kinerja perekonomian daerah tersebut biasanya dijabarkan ke dalam beberapa indikator, antara lain, kinerja sektor perekonomian, nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, tingkat biaya hidup dan kinerja ekspor impor daerah. Indikator potensi ekonomi suatu daerah yang diukur berdasarkan kinerja sektor perekonomian, biasanya dibagi dalam 9 (sembilan) sektor yang terdapat dalam PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) daerah tersebut. Sembilan sektor tersebut adalah, sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 5

Untuk mengetahui potensi ekonomi suatu daerah berdasarkan sektor maka dihitung bagaimana dan seberapa besar sumbangan masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB dan kemampuan masing-masing sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Sektor yang mampu memberikan sumbangan terbesar dan sekaligus juga sebagai sektor yang dapat melakukan penyerapan tenaga kerja tertinggi, akan menjadi potensi ekonomi unggulan (ekonomi basis) daerah tersebut. Untuk mengukur daya saing suatu daerah biasanya menggunakan indikator ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Indikator IPTEK digunakan untuk mengukur kemampuan daerah dalam penerapan IPTEK dalam berbagai aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan nilai tambah. Sebab, dari keunggulan kompetitif daerah dapat dibangun nilai tambahmelalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif. Sedangkan indikator sumber daya manusia juga merupakan daya saing suatu daerah. Indikator ini digunakan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Tersedianya angkatan kerja yang besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing daerah tersebut. Demikian juga dengan adanya kualitas hidup masyarakat yang tinggi di suatu daerah juga akan menjadi indikator daya saing daerah tersebut. Analisis pertumbuhan berdasarkan sektor perekonomian belum mampu menunjukkan daya saing daerah secara lebih spesifik yang ada pada suatu daerah. Pasalnya, analisis tentang daya saing daerah berdasarkan kinerja sektor perekonomian tersebut biasanya baru menghasilkan sektor dan sub sektor yang menjadi ekonomi basis atau unggulan di suatu daerah. Memang jika dilakukan analisis berdasarkann data time series yang cukup panjang, sebenarnya dapat diperoleh sektor atau sub sektor yang benar-benar menjadi ekonomi (unggulan) suatu daerah, namun sayangnya hal itu belum Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 6

menunjukkan bidang usaha dan jenis produk/komoditi yang memang menjadi potensi ekonomi daerah itu. Oleh karena itu analisisnya juga harus diturunkan ketingkat bidang usaha dan jenis produk/komoditi yang dihasilkan oleh sektor atau sub sektor usaha di daerah tersebut. Sehingga untuk sektor pertanian misalnya, akan diperoleh potensi ekonomi berdasarkan bidang usaha pertanian dan jenis produk/komoditi pertanian yang menjadi unggulan dan layak dikembangkan lebih lanjut di daerah tersebut. Demikian juga halnya untuk sektor industri, perdagangan dan jasa, akan diketahui bidang usaha industri apa saja dan jenis produk indutri apa yang menjadi potensi ekonomi di daerah itu. Sehingga pada akhirnya akan diketahui potensi komoditi/bidang usaha apa saja dan jenis produk apa saja yang layak dikembangkan di daerah tersebut. Selain pemetaan daya saing daerah setingkat kabupaten, sebenarnya yang lebih diperlukan dalam operasinalisasi kebijakan pembangunan adalah pemetaan daya saing yang dapat menggambarkan daya saing pada wilayah yang lebih kecil yaitu pada tingkat kecamatan atau bahkan desa/kelurahan. Dengan demikian maka kebijakan dan program pembangunan yang akan diterapkan dan dikembangkan di daerah tersebut dapat lebih aplikatif dan tepat sasaran. Apalagi jika dihubungkan dengan kebijakan pengembangan wilayah pertumbuhan ekonomi, maka dengan adanya pemetaan potensi ekonomi setingkat kecamatan dan desa/kelurahan akan dapat lebih menggambarkan daya saing di suatu kawasan (wilayah) secara lebih spesifik. Keterpaduan antara potensi ekonomi daerah yang ada, yang dipadu dalam sebuah daya saing daerah, pada akhirnya akan meningkatkan laju dan peluang investasi di daerah tersebut. Agar keterpaduan potensi ekonomi dan daya saing daerah tersebut dapat menjadi pemicu masuknya investasi ke suatu daerah, maka diperlukan adanya perencanaan, program, pencitraan, promosi, dan pemasaran Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 7

investasi dalam kegiatan yang lebih mengedepankan hubung kait antar pelaku pembangunan. Kabupaten Banyuasin memiliki potensi ekonomi yang sangat beragam yang berbeda dengan kabupaten/kota lain khususnya di Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi daya saing daerah tersebut harus ditingkatkan terus dari waktu ke waktu, sehingga pada akhirnya Kabupaten Banyuasin akan memiliki daya saing yang tinggi. Sedangkan potensi ekonomi yang ada harus dimanfaakan sebaik-baiknya dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Upaya meningkatkan daya saing dan pemanfaatan potensi ekonomi tersebut, pada wujud nyatanya adalah masuk dan meningkatnya investasi di Kabupaten Banyuasin. Pemetaan daya saing daerah akan memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditi/produk/jenis usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Setiap desa atau kecamatan di Kabupaten Banyuasin diharapkan memiliki komoditi/produk/jenis usaha unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Strategi semacam itu mengadopsi dari kesuksesan Thailand melalui program One Tambon One Product (OTOP), yaitu program pengembangan komoditas unggulan di suatu daerah (Tambon) yang sukses dalam membantu pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Untuk Indonesia, secara nasional sebenarnya Pemerintah juga sudah mengembangkan konsep One Village One Product (OVOP). Berdasarkan kebijakan OVOP tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat lebih fokus untuk memprioritaskan kebijakan melalui pengembangan untuk melakukan investasi pada komoditas unggulan tertentu di suatu desa atau kecamatan sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 8

daerah. Pada akhirnya, hal itu pun diharapkan akan meningkatkan nilai investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. 1.2 Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud dilaksanakannya kegiatan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah untuk membuat perencanaan yang akan menjadi alas kebijakan dalam program-program dan upayaupaya meningkatkan investasi dan daya saing daerah di Kabupaten Banyuasin. b. Tujuan Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah : 1) Menganalisis kebijakan investasi di Kabupaten Banyuasin. 2) Menganalisis daya saing daerah yang ada di Kabupaten Banyuasin. 3) Mengidentifikasi komoditi dan jenis produk yang dapat diandalkan menjadi unggulan investasi. 4) Menganalisis potensi ekonomi yang ada yang dapat dikembangkan menjadi peluang-peluang untuk investasi di Kabupaten Banyuasin. 5) Membuat desain kebijakan umum tentang peningkatan investasi dan daya saing di Kabupaten Banyuasin. 1.3 Manfaat/Hasil (Outcome) Adapun manfaat atau hasil yang diharapkan dari dilaksanakannya Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah : 1) Tersosialisasinya program-program peningkatan investasi dan daya saing di Kabupaten Banyuasin. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 9

2) Terjadinya peningkatan daya saing berdasarkan potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuasin. 3) Terjadinya peningkatan investasi berdasarkan potensi ekonomi dan daya saing yang ada di Kabupaten Banyuasin. 4) Munculnya keterpaduan dalam melaksanakan program meningkatkan investasi dan daya saing daerah di Kabupaten Banyuasin. 1.4 Keluaran Pekerjaan Keluaran kegiatan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah sebuah buku laporan kegiatan yang berisi antara lain : 1) Hasil analisis mengenai kebijakan investasi di Kabupaten Banyuasin. 2) Hasil analisis tentang daya saing daerah yang ada di Kabupaten Banyuasin. 3) Hasil identifikasi komoditi dan jenis produk yang diandalkan menjadi unggulan investasi. 4) Hasil analisis mengenai potensi ekonomi yang ada yang dapat dikembangkan menjadi peluang-peluang untuk investasi di Kabupaten Banyuasin. 5) Desain kebijakan umum tentang peningkatan investasi dan daya saing di Kabupaten Banyuasin. 1.5 Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah pelaku usaha UMKM dan besar, para investor, tenaga kerja dan sumber daya alam (potensi ekonomi) yang ada di Kabupaten Banyuasin. 1.6 Kedudukan Master Plan Kedudukan Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin terhadap produk perencanaan lainnya adalah : Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 10

a. Merupakan penjabaran visi dan misi Kabupaten Banyuasin dalam konteks penanaman modal dengan dukungan rencana tersendiri. b. Penjabaran RTRW yang berlaku dalam konteks penanaman modal yang menjadi arahan lokasi pengembangan investasi. c. Penjabaran dari RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Kabupaten Banyuasin dalam konteks penanaman modal. d. Penjabaran rencana sektor yang terkait dengan penanaman modal. 1.7 Lingkup Master Plan Ruang lingkup Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah : a. Merupakan rencana yang memadukan penanaman modal dengan aspek pendukungnya terkait pembangunan infrastruktur, pembangunan sektor produktif, pembangunan lingkungan, perwilayahan, tata ruang dan aspek regulasi pendukungnya. b. Merupakan rencana yang tidak terpisahkan dengan RTRW Kabupaten Banyuasin, rencana sektor pembangunan dalam lingkup rencana penanaman modal pendukung visi misi pembangunan Kabupaten Banyuasin. c. Merupakan implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang. d. Menjadi perangkat agen pembangunan mewujudkan arah pembangunan penanaman modal yang produktif namun berdasarkan ketentuan dan arahan tata ruang. e. Menjadi perangkat agen pembangunan penanaman modal (dalam hal ini Bappeda dan PM Kabupaten Banyuasin) untuk menjembatani kepentingan dunia usaha dan pemerintah melalui pembangunan penanaman modal. f. Rencana dengan durasi 10 tahun. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 11

1.8 Kerangka Pendekatan Master Plan Kerangka Pendekatan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Investasi dikategorikan dalam 4 (empat) aspek yakni; investasi dalam konteks sektor produktif, konteks tata ruang, konteks infrastruktur dan konteks regulasi/kelembagaan. b. Investasi ditinjau dari arah kebijakan umum terkait visi dan misi, RTRW, RPJP dan rencana sektoral yang menjadi arah dan kerangka dalam pengembangan investasi masa depan dan menjadi dasar dalam penetapan visi misi dan tujuan investasi. 1.9 Substansi Master Plan Untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dari Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin ini maka substansinya adalah sebagai berikut : a. Merupakan rencana yang mempertemukan aspek tata ruang/lingkungan, sektor kegiatan ekonomi potensial/unggulan, dukungan fasilitas/infrastruktur dan dukungan aturan main (regulasi, kelembagaan) sesuai tujuan ideal pembangunan penanaman modal Kabupaten Banyuasin. b. Berupa arahan pengembangan penanaman modal sektor produktif dengan dukungan kebijakan energi. c. Berupa arahan pengembangan lokasi penanaman modal berdasarkan kesesuaian tata ruang. d. Berupa arahan pengembangan penanaman modal dengan dukungan infrastruktur. e. Berupa arahan dukungan kelembagaan dan regulasi pendukung penanaman modal. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 12

1.10 Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup dari kegiatan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan data primer dan sekunder berkaitan dengan kebijakan investasi di Kabupaten Banyuasin. b. Pengumpulan data primer dan sekunder tentang daya saing daerah di Kabupaten Banyuasin. c. Pengumpulan data primer dan sekunder tentang objek, bentuk dan bidang usaha, komoditi dan jenis produk yang dapat menjadi unggulan investasi. d. Pengumpulan data tentang potensi ekonomi yang dapat dikembangkan menjadi peluang investasi di Kabupaten Banyuasin. e. Penyusunan kebijakan umum tentang peningkatan investasi dan daya saing di Kabupaten Banyuasin. 1.11 Wilayah Perencanaan Lokasi pekerjaan Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal di Kabupaten Banyuasin adalah 17 ( tujuh belas ) kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuasin. 1.12 Pendefinisian Penanaman Modal dan Investasi Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal I yang dimaksud dengan : a. Penanaman modal adalah segala bentuk menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 13

b. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. c. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. d. Dalam penyusunan laporan kegiatan ini penggunaan kata penanaman modal dan investasi akan digunakan secara bersamaan tergantung kebutuhan dengan makna sebanding. Sebutan investasi lebih bersifat umum dan bisa dikonotasikan pada investasi oleh swasta dan investasi oleh pemerintah. Sedangkan penanaman modal lebih berkonotasi pada investasi yang dilakukan swasta yang bertujuan mencari nilai tambah. Sehingga dengan demikian dalam laporan, kedua istilah tersebut persoalannya. akan digunakan sesuai dengan konteks Master Plan Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 14