Sri Utari Masyitah Sony Dewi Anggraini ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Agung Manggarai,

Metodologi Penelitian

Gambaran Kejadian Menggigil (Shivering) pada Pasien dengan Tindakan Operasi yang Menggunakan Anastesi Spinal di RSUD Karawang Periode Juni 2014

EFEKTIVITAS TRAMADOL SEBAGAI PENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI UMUM JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

PENGARUH PENGGUNAAN MAGNESIUM SULFAT UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI TERHADAP KADAR MAGNESIUM DARAH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Bagian Anestesi Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. M. Salamun Kota Bandung

Fentanyl Intratekal Mencegah Menggigil Pasca Anestesi Spinal pada Seksio Sesaria

JST Kesehatan, Januari 2012, Vol.2 No.1 : ISSN

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN CAIRAN INFUS HANGAT TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN SECTIO CAESARIA DI KAMAR OPERASI

Ade Nurkacan, Susilo Chandra, Alfan M. Nugroho. Departemen Anestesiologi dan Intensive Care, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2

MANFAAT IRIGASI HANGAT DURANTE OPERASI TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI PASCA BEDAH TUR PROSTAT

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROFIL NYERI DAN PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH SEKSIO SESAREA DENGAN ANALGETIK PETIDIN

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN HIPOTERMI DENGAN WAKTU PULIH SADAR PASCA GENERAL ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN RSUD WATES AMILA HANIFA NIM: P

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Bedah dan Anestesi Rumah Sakit Tk. III Brawijaya-Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Dalam

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA. di Ruang Melati RSUD Dr. Harjono Ponorogo

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KOMPLIKASI PASCA ANESTESI SPINAL PADA PASIEN SEKSIO SESARIA

Complications Associated with Regional Anesthesia in Cesarean Section Patient in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

ARTIKEL PENELITIAN. , petidin

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

PENGARUH INDUKSI SUKSINILKOLIN, PROPOFOL, DAN ATRAKURIUM TERHADAP TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA SECTIO CAESARIA

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

PENGARUH PEMBILASAN CAVUM ABDOMEN

BLADDER TRAINING PADA IBU-IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

EFEKTIVITAS PETIDIN 25 MG INTRAVENA UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PASCA ANESTESI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN LAMA PEMULIHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DENGAN ANESTESI UMUM DAN ANESTESI SPINAL DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU PADA TAHUN 2012

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN SELIMUT TEBAL DAN LAMPU PENGHANGAT PADA PASIEN PASCA BEDAH SECTIO CAESARIA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapat dari studi pendahuluan

RERATA WAKTU PASIEN PASCA OPERASI TINGGAL DI RUANG PEMULIHAN RSUP DR KARIADI SEMARANG PADA BULAN MARET MEI 2013 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

EFEKTIFITAS PEMBERIAN ELEMEN PENGHANGAT CAIRAN INTRAVENA DALAM MENURUNKAN GEJALA HIPOTERMI PASCA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN PASCA SECSIO SECAREA DI RUANG PEMULIHAN IBS RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN TERHADAP PEMBERIAN BUPIVACAINE DAN BUPIVACAINE-FENTANYL PADA ANESTESI SPINAL PASIEN SECTIO CAESARIA SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA LIDOKAIN 0,50 mg/kgbb DENGAN LIDOKAIN 0,70 mg/kgbb UNTUK MENGURANGI NYERI PENYUNTIKAN PROPOFOL SAAT INDUKSI ANESTESIA

LAPORAN PENELITIAN Keefektifan Pencegahan Post Anesthesia Shivering

Hipotermia dan Waktu Pemulihannya dalam Anestesi Gas Isofluran dengan Induksi Ketamin-Xylazin pada Anjing

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN PENAMBAHAN PETIDIN 0,1MG/KGBB DENGAN 0,2MG/KGBB KE DALAM BUPIVACAIN HIPERBARIK 20 MG UNTUK MENCEGAH MENGGIGIL PADA ANESTESI INTRATEKAL

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN, INDIKASI SERTA KOMPLIKASI TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB 1 PENDAHULUAN. PONV juga menjadi faktor yang menghambat pasien untuk dapat segera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs)

Profil penurunan tekanan darah (hipotensi) pada pasien sectio caesarea yang diberikan anestesi spinal dengan menggunakan bupivakain

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

RASIONALITAS PEMBERIAN ANALGESIK TRAMADOL PASCA OPERASI DI RS DR. KARIADI SEMARANG

ARTIKEL PENELITIAN. Penggunaan Anestesi Lokal dan Adjuvan pada Analgesi Epidural di Wilayah Jawa Barat Tahun 2015

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI JANTUNG PADA PENDERITA YANG MENDAPAT MEPERIDIN DAN KETAMIN PADA AKHIR ANESTESI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

Bagian Anestesesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

PENGARUH PEMBERIAN PARASETAMOL 1000 MG INTRAVENA PERIOPERATIF TERHADAP PENGGUNAAN FENTANYL PADA PASIEN KRANIOTOMI DI RSUP DR.

Lama Analgesia Lidokain 2% 80 mg Dibandingkan Kombinasi Lidokain 2% dan Epinefrin pada Blok Subarakhnoid

Transkripsi:

GAMBARAN EFEKTIFITAS PETIDIN 25 MG INTRAVENA UNTUK MENGURANGI REAKSI MENGGIGIL PADA PASIEN SEKSIO SESAREA PASCA ANESTESI SPINAL DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU Sri Utari Masyitah Sony Dewi Anggraini Sriutarim@gmail.com ABSTRACT Shivering is a common complication in patient who received general dan regional anesthesia. In caesarean section, anesthesia technique that usually used is spinal anesthesia. The Incidence of post spinal anesthesia shivering in caesarean section was 85%. This condition wasn't comfortable for patient and would affect the ECG, blood pressure and oxygen saturation. Increasing of oxygen saturation on shivering would make hypoxemia for both mother and fetus. This research is a descriptive prospective study with consecutive sampling methods to discover the effectiveness of pethidine 25 mg intravenouse to reduce post spinal anesthesia shivering in caesarean section in general hospital of Riau province. This study used 30 patients of caesarean section who had post spinal anesteshia shivering in operation room in general hospital of Riau province. The results of this research were petidhine 25 mg intravenous is effective in amongst 30 samples, 16 shivering has decrease in pethidine 10 mg and 14 patient with 25 mg pethidine intravenous. After the surgery, 2 samples had recurrent shivering. The Onset of pethidine amongst 30 patients were ceased in 5 minutes in 28 patients and 10 minutes in 2 patients. Keywords: shivering, effectiveness pethidine, caesarean section, spinal anesthesia PENDAHULUAN Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin melewati sayatan pada dinding perut dan dinding rahim ibu. Teknik anestesi yang umum digunakan pada persalinan secara seksio sesarea yaitu anestesi regional dan anestesi umum 1. Tetapi, kebanyakan seksio sesarea dilakukan dengan anestesi regional yaitu anestesi spinal maupun epidural. 2 Salah satu komplikasi yang sering dialami Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 1

setelah tindakan anestesi regional pada pasien seksio sesarea adalah menggigil. 3 Kejadian menggigil dialami 56% pasien dengan anestesi spinal maupun epidural. Pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal, kejadian menggigil dialami hingga 85%. 4,5 Selama kehamilan terjadi peningkatan metabolisme basal hingga 15%. 17 Selain karena kehamilan menjadi salah satu faktor resiko yang menyebabkan hipoterrmia, sayatan abdomen dan dinding rahim pada tindakan seksio sesarea menyebabkan peningkatan pajanan tubuh ke lingkungan yang dingin sehingga mempercepat peningkatan pengurangan panas ke lingkungan eksternal yang mempercepat penurunan suhu inti dan menyebabkan terjadi menggigil. 19 Kondisi ini tidak nyaman bagi pasien dan dapat mengganggu pemantauan elektrokardiogram, tekanan darah (BP) dan saturasi oksigen. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan konsumsi oksigen, asidosis laktat dan produksi karbon dioksida Peningkatan konsumsi oksigen saat terjadinya menggigil pada pasien seksio sesarea ditakutkan menyebabkan hipoksemia yang berdampak pada ibu dan janin Etiologi menggigil pada pasien dengan anestesi spinal kompleks dan sulit dipahami. 3 Obat analgetik perioperatif seperti morfin intratekal dilaporkan menyebabkan hipotermia, menggigil dan peningkatan produksi keringat. Hipotermia yang dialami pasien menggigil meningkatkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi resistensi vaskular. Pada pasien dengan arteriosklerosis yang mengalami keterbatasan suplai oksigen, menggigigil dapat memperburuk kerja otot jantung. Cara terbaik untuk mengatasi menggigil adalah dengan memperbaiki hemodinamik dan metabolisme tubuh serta menjaga suhu tubuh selama tindakan pembedahan. Selain itu, menggigil dapat juga diatasi dengan pemberian obat-obatan seperti petidin, klonidin atau ketanserin. 6-8 Petidin merupakan golongan opioid yang paling efektif dalam mengatasi menggigil karena efek anti menggigilnya dengan cara mengaktifkan reseptor mu (μ) di hipotalamus dan reseptor kappa (κ) di sumsum tulang yang menurunkan ambang menggigil. 9,10 Petidin dosis kecil 10-25 mg sering digunakan sebagai terapi menggigil pasca anestesi. Petidin 25 mg intravena efektif dan umum digunakan dalam mengatasi menggigil pasca anastesi spinal, tetapi injeksi petidin untuk mengatasi menggigil dilaporkan memiliki efek samping spesifik seperti sedasi, euphoria, depresi pernapasan, pruritus, mual, hipotensi, bronkospasme, bradikardia dan depresi pernapasan. 11-15 Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa meperidin intratekal 0,2 mg/kg efektif dalam menurunkan angka kejadian menggigil pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal Konrad membandingkan meperidin, klonidin dan urapidil untuk mengatasi menggigil dilaporkan bahwa meperidin 25 mg intravena dan Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 2

Orang klonidin lebih efektif daripada urapidil dalam mengatasi menggigil. Talakoub menyimpulkan jika tramadol (0,5 mg/kg) dan meperidin (0,5 mg/kg) sama efektifnya dalam mengatasi menggigil pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal. 12,13 Pemberian petidin 25 mg intravena pada pasien menggigil pasca anestesi spinal merupakan protap di RSUD Arifin Ahmad. Walaupun demikian, efektifitas petidin 25 mg intravena untuk mengatasi menggigil belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di RSUD Arifin Achmad, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui efektifitas pemberian petidin 25 mg dalam mengurangi reaksi menggigil pada spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif prospektif untuk mengetahui efektifitas pemberian petidin 25 mg dalam mengurangi reaksi menggigil pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal di RSUD Arifin Ahmad. Populasi pada penelitian ini adalah pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sebanyak 30 pasien yang menggigil. Variabel pada penelitian ini adalah umur, lama operasi, onset menggigil, efektifitas petidin dan onset petidin. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer berupa observasi pasien selama tindakan anestesi spinal hingga operasi berakhir. Pengolahan data dilakukan secara manual, kemudian data tersebut ditabulasikan untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Jumlah pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang menggigil di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau \ adalah sebanyak 30 pasien. Distribusi frekuensi usia pasien pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang menggigil pada gambar 4.1.1 berikut: 20 15 10 5 0 Usia pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang mengalami menggigil 15-20 21-30 31-40 41-50 Usia Gambar 4.1 Distribusi frekuensi usia spinal Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat frekuensi usia pasien seksio sesarea yang mengalami menggigil paling banyak adalah pada usia 31-40 tahun sebanyak 16 orang (57%), diikuti usia 21-30 tahun sebanyak 8 orang (29%) dan usia 15-20 tahun dan usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang (7%). Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 3

Orang Orang Distribusi frekuensi lama operasi spinal yang menggigil pada gambar 4.2 berikut: 15 10 5 0 Lama operasi pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 Menit Gambar 4.2 Distribusi frekuensi lama operasi pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat lama operasi seksio sesarea tertinggi pada pasien dengan kejadian menggigil adalah 51-60 menit sebanyak 11 orang (37%), dikuti lama operasi 31-40 menit sebanyak 7 orang (23%), kemudian lama operasi 61-70 menit sebanyak 4 orang (13%) dan di ikuti dengan lama operasi 81-90 menit sebanyak 2 orang (7%) serta lama operasi 71-80 menit sebanyak 1 orang (3%). Distribusi onset menggigil pada spinal pada gambar 4.3 berikut: Onset menggigil pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal 20 15 10 5 0 0-15 16-30 31-45 Menit Gambar 4.3 Distribusi onset kasus menggigil pasca anestesi spinal pada pasien seksio sesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat distribusi frekuensi onset mengigil pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad paling banyak adalah menggigil setelah 16-30 menit setelah tindakan anestesi spinal sebanyak 15 orang (50%), kemudian diikuti dengan menggigil setelah 31-45 menit setelah anestesi spinal sebanyak 10 orang (33%) dan 0-15 menit setelah anestesi spinal sebanyak 5 orang (17%). Distribusi frekuensi efektifitas petidin 25 mg intravena untuk mengurangi reaksi menggigil pada spinal pada tabel berikut: Tabel 4.4 intravena Efektifitas petidin 25 mg N % Petidin 10 mg 16 orang 47% Petidin 10+15 mg 14 orang 53% Efektifitas petidin 25 mg 30 orang 100% Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat distribusi frekuensi efektifitas pemberian petidin dalam mengurangi reaksi mengigil pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad adalah petidin 25 mg intravena efektif mengatasi mengigil pada 30 pasien (100%). Pada pemberian petidin 10 mg, 16 pasien (47%) sudah berhenti menggigil dan 14 pasien (53%) Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 4

menggigil berhenti setelah pemberian 25 mg intravena. Setelah operasi berakhir, 2 pasien mengalami menggigil berulang. Distribusi onset petidin 25 mg intravena dalam mengurangi menggigil pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Onset petidin 25 mg intravena Onset petidin N % 0-5 menit 28 orang 93% 6-10 menit 2 orang 7% Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi onset petidin 25 mg intravena dalam mengurangi menggigil pada spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah menggigil teratasi setelah 0-5 menit sebesar 93% kemudian diikuti menit 6-10 menit sebesar 7%. PEMBAHASAN Menggigil pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di bulan april-juni 2014 sebanyak 30 orang di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi usia pasien yang mengalami menggigil dewasa muda merupakan usia yang paling banyak tergambar pada kasus menggigil pada pasien seksio sesarea di beberapa penelitian. 10,12,13 Berdasarkan literatur, usia anak-anak maupun orang tua menjadi salah satu faktor pendukung terjadi nya hipotermia selama tindakan pembedahan. 11,19,22 Berdasarkan distribusi frekuensi lama operasi pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang menggigil, dapat dilihat lama operasi seksio sesarea pasca anestesi spinal pada 51-60 menit sebanyak 11 orang (37%), dikuti lama operasi 31-40 menit sebanyak 7 orang (23%), kemudian lama operasi 61-70 menit sebanyak 4 orang (13%) dan diikuti dengan lama operasi 81-90 menit sebanyak 2 orang (7%) serta lama operasi 71-80 menit sebanyak 1 orang (3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bhukal et al, durasi ratarata operasi berlangsung 50-60 menit dan menggigil dan frekuensi menggigil lebih besar pada operasi dengan durasi lebih dari 30 menit. 11 Lama operasi yang 60 menit atau lebih serta jenis operasi seksio sesarea merupakan resiko tinggi meningkatnya hipotermi pada pasien seksio sesarea. Hal ini terjadi karena durasi operasi yang lama dan jenis operasi yang melakukan sayatan pada dinding abdomen dan rahim menyebabkan peningkatan pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan eksternal yang meningkatkan resiko hipotermi. 22 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi onset menggigil pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad adalah adalah onset menggigil 16-30 menit setelah tindakan anestesi spinal sebanyak 15 orang (50%), kemudian diikuti 31-45 menit setelah anestesi spinal sebanyak 10 orang (33%) dan 0-15 menit setelah tindakan anestesi spinal sebanyak 5 orang (17%). Hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menunjukkan menggigil terjadi 45-60 menit setelah tindakan anestesi spinal. 10 Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya perbedaan suhu inti tubuh, Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 5

persepsi terhadap dingin, cairan infus dan suhu ruangan operasi. 16,19,20 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi efektifitas pemberian petidin dalam mengurangi reaksi mengigil pada spinal di RSUD Arifin Achmad dapat dilihat petidin 25 mg intravena efektif mengatasi mengigil pada 30 pasien (100%). Pada pemberian petidin 10 mg, 16 pasien (47%) sudah berhenti menggigil dan 14 pasien (53%) menggigil berhenti setelah pemberian 25 mg intravena. Setelah operasi berakhir, 2 pasien mengalami menggigil berulang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Parsa Tahereh et al, menggigil berhenti pada 18 dari 20 pasien yang diberikan petidin 25 mg intravena. 12 Beberapa kepustakaan menunjukkan petidin 25 mg intravena dianggap efektif sebagai pengobatan menggigil. 11,12,13 Menggigil berulang yang terjadi di ruang pemulihan dipengaruhi berbagai faktor diantaranya ruang pemulihan yang suhunya lebih dingin dibanding ruang operasi dan pembersihan pasien setelah operasi berakhir. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi onset petidin 25 mg intravena dalam mengurangi menggigil pada spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah menggigil teratasi setelah 0-5 menit sebesar 93% kemudian diikuti menit 6-10 menit sebesar 7%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan menggigil berhenti 5 menit setelah pemberian petidin 25 mg intravena. 12 Penelitian Kranke Peter et al menunjukkan onset petidin 25 mg intravena mengatasi menggigil pada rentang waktu 5-10 menit setelah pemberian petidin. 7 SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang mengalami menggigil di OK Instalasi Bedah Sentral dan OK instalasi Gawat Darurat RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada bulan April Juni 2014 didapatkan kesimpulan bahwa: Lama operasi pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal yang menggigil pada 51-60 menit sebanyak 11 orang (37%), dikuti lama operasi 31-40 menit sebanyak 7 orang (23%), kemudian lama operasi 61-70 menit sebanyak 4 orang (13%) dan diikuti dengan lama operasi 81-90 menit sebanyak 2 orang (7%) serta lama operasi 71-80 menit sebanyak 1 orang (3%). Onset menggigil pasien seksio sesarea pasca anestesi spinal di RSUD Arifin Achmad adalah adalah onset menggigil 16-30 menit setelah tindakan anestesi spinal sebanyak 15 orang (50%), kemudian diikuti 31-45 menit setelah anestesi spinal sebanyak 10 orang (33%) dan 0-15 menit setelah tindakan anestesi spinal sebanyak 5 orang (17%) Petidin 25 mg intravena efektif mengatasi mengigil pada 30 pasien (100%). Pada pemberian petidin 10 mg, 16 pasien (47%) sudah berhenti menggigil dan 14 pasien (53%) menggigil berhenti setelah pemberian 25 mg intravena. Onset petidin 25 mg intravena dalam mengurangi menggigil pada spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau adalah menggigil teratasi setelah 0- Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 6

5 menit sebesar 93% kemudian diikuti menit 6-10 menit sebesar 7%. SARAN Diharapkan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian tentang perbandingan gambaran kejadian menggigil selama operasi dan pasca operasi dan perbandingan efektifitas petidin 25 mg intravena dalam mengatasi menggigil pada keduanya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sony Sp.An dan dr. Dewi Anggraini Sp.MK selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, pikiran, nasehat serta motivasi kepada penulis demi kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan telah mendoakan suksesnya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Aunun Rofiq, Doso Sutiyono. Perbandingan Antara Anestesi Regional dan Umum Pada Operasi Caesar. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2009 : 1 (3) 2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010 3. G Lamacraft. Complications associated with regional anaesthesia for Caesarean section. Southern African Journal of Anaesthesia & Analgesia. 2004 : 15-20 4. Roy JD, Girard M, Drolet P. Intrathecal Meperidine Decrease Shivering During Cesarean Delivery Under Spinal Anesthesia. Anesth Analg. 2004; 98: 230-4 5. Chung SH, Lee BS, Yang HJ et al. Effect of preoperative warming during cesarean section under spinal anesthesia. Korean J Anesthesiol.2012; 62(5): 454-460 6. S Atashkhoyi, S Negargar. Effect of Tramadol for prevention of shivering after spinal anesthesia for cesarean section. Research Journal of Biological Science.2008; 3 (12): 1365-1369 7. Kranke Peter, Elberhart LH, Roewer Norbert et al. Pharmacological Treatment of Postoperative Shivering: A Quantitative Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Anesth Analg. 2002 ;94:453 60 8. Johan Arifin, Yosie Arif Sanjaya. Perbandingan Efektifitas Ondansteron dan Tramadol Intravena Dalam Mecegah Menggigil Pasca Anestesi Umum. Medica Hospitalia.2012;1(1):7-11 9. Bhattacharya PK, Bhattacharya L, Jain RK, Agarwal RC. Post Anaesthesia Shivering (PAS) : A Review. Indian J. Anaesth 2003; 47(2): 88-93. 10. Parsa Tahereh, Shideh Dhabir, Radpay Badiolzaman. Efficacy of Pethidine and Buprenorphine for Prevention and Treatment of Postanesthetic Shivering. Tannafos.2007; 6(3), 54-58 11. Bhukal Ishwar, Solanki SL, Kumar Shusil et al. Preinduction low dose pethidine does not decrease incidence of postoperative shivering in Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 7

laparoscopic gynecological surgeries. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology.2011;27(3):349-353 12. Konrad R, Schwarzkopf G, Hoff Hansjoerg et al. A Comparison Between Meperidine, Clonidine and Urapidil in the Treatment of Postanesthetic Shivering. Anesth Analg. 2001;92:257 60 13. Talakoub R, Noorimeshkati S. Tramadol HCl versus Meperidine in the Treatment of Shivering During Spinal Anesthesia in Cesarean Section. Journal of Research in Medical Science. 2006; 11(3): 151-155. 14. Sarim Budi Y, Budiyono Uripno. Ketamin dan Meperidin Untuk Pencegahan Menggigil Pasca Anestesi Umum. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 2011; 3(2): 95-107 15. El-Deeb Alaa, Barakat Rafik. Could ephedrine replace meperidine for prevention of shivering in women undergoing Cesarean Section under spinal anesthesia? A randomized study. Egyptian Journal of Anaesthesia. 2012;28: 237 241 16. Miller RD. Miller s anesthesia seventh edition. Volume 1. New York: Churchill Livingstone;2010. p.1533-1552 17. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta. EGC; 2006 18. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. 2nd ed. Jakarta. EGC; 2001 19. Nazma Diani. Perbandingan Tramadol 0,5 mg/kgbb dan 1 mg/kgbb IV dalam mencegah menggigil dengan efek samping yang minimal pada anestesi spinal. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2008 20. Sessler, Daniel. Temperature Monitoring and Perioperative Thermoregulation. Anesthesiology. 2008 August ; 109(2): 318 338 21. Whitte JD, Sessler DI. Perioperative shivering: Physiology and Pharmacology. Anaesthesiology 2002; 96(2): 467-84. 22. Buggy DJ, Crossley AWA. Thermoregulation, mid perioperative hypothermia and post-anesthetic shivering. British journal anaesthesia. 2000; 84: 615 28. 23. Roy JD. Postoperative shivering. Anesthesiology Rounds. 2004; 3(6) 24. Dhimar AA, Patel MG, Swadia VN. Tramadol HCl for control of shivering(comparison with pethidine). Indian J. Anaesth. 2007; 51(1): 28 31 25. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta. Balai Penerbit FK UI; 2007 26. Zahedi H. Comparison of Tramadol and Pethidine for Postanesthetic Shivering in Elective Cataract Surgery. Journal of Research in Medical Sciences 2004; 5: 235-239 27. Wrench I J, Singh P, Dennis AR, Mahajan RP,and Crossley AWA. The minimum effective doses of pethidine and doxapram in the treatment of post-anaesthetic Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 8

shivering. Anaesthesia, 1997; 52: 32 36 28. Parvin Sajedi, Gholamreza Khalili, Liela Kyhanifard. Minimum effective dose of Tramadol in the treatment of postanesthetic shivering. Journal of Research in Medical Sciences March & April 2008; Vol 13, No 2 29. Syamsuni, H. Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Edisi 1. Jakarta. EGC; 2006 30. Dahlan SM. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Ed/3. Salemba Medika: Jakarta; 2010. Jom FK Volume 1 No.2 Oktober 2014 9