BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Pulau Penyu oleh

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara dan daerah tersebut. Pengembangan pariwisata mulai di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DINAS PARIWISATA, SENI DAN BUDAYA

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan

DATA POTENSI PARIWISATA GUNUNG BERUK DAYA TARIK WISATA ADA/ TIDAK ADA KETERANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

KARAKTERISTIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL DALAM KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAWA JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

Lampiran Meningkatnya cakupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT. Pelaksanaan Survai Pelaksanaan survai dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan. Dalam hal penyebaran kuesioner, cara pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a. Dilakukan perancangan responden yang akan ditanyai dan dimintai keterangan tentang persepsi untuk konsep CBT di kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno. yang masuk dalam daftar pengisian kuesioner adalah perwakilan dari Desa sekitar danau. Lohia dan Desa Lakarinta (2 orang), Tokoh Desa Lohia dan Desa Lakarinta (2 orang), Organisasi Desa Lohia dan Desa Lakarinta (2 orang), Desa Lohia dan Desa Lakarinta (2 orang). Jumlah keseluruhan responden mencapai 8 orang.. b. Pengambilan data dari responden dilakukan melalui kuesioner yang diberikan ke responden disesuaikan dengan kondisi responden dan kemudahan pengambilan data. c. Rancangan isi pertanyaan ke responden meliputi 3 pertanyaan yang mewakili penilaian sebagai ukuran yang mempengaruhi terhadap kesediaan dan kesiapan untuk konsep CBT. Kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman responden (Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran)..2 Analisis Deskriptif.2. Pemilihan Variabel Penelitian Langkah penting dalam suatu penelitian adalah menentukan variabel penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Dalam penelitian ini digunakan 6 variabel terhadap konsep CBT (Suansri, 23 dan Sumber Lainnya) yaitu : Dimensi ekonomi 57

58 Dimensi sosial Dimensi budaya Dimensi lingkungan Dimensi politik Fasilitas Pendukung Berikut ini tabel variabel persepsi berdasakan konsep CBT : Tabel. Variabel Persepsi Berdasarkan Konsep CBT No Variabel Indikator Kriteria. Ekonomi nya dana untuk penggembangan wisata berbasis. Tidak tersedianya sumber dana untuk pembangunan berbasis 2. Tersedianya sumber dana untuk pembangunan berbasis Terciptanya lapangan pekerjaan Timbulnya pendapatan 2. Sosial Peningkatan kualitas hidup Peningkatan kebangaan komunitas Kesediaan dan kesiapan. Tidak mampu menciptakan / membuka peluang lapangan pekerjaan 2. Mampu menciptakan / membuka peluang lapangan pekerjaan. Tidak mampu mendatangkan pendapatan bagi 2. Mampu mendatangkan pendapatan bagi. Tidak mampu memberikan peningkatan kualitas hidup 2. Mampu memberikan peningkatan kualitas hidup. Tidak mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas 2. Mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas. tidak bersedia & tidak siap dalam mengembangkan pariwisata berbasis

59 No Variabel Indikator Kriteria 2. bersedia & tidak siap dalam mengembangkan pariwisata berbasis 3. Budaya Membantu berkembangnya pertukaran budaya. Tidak mampu dalam membantu berkembangnya pertukaran budaya 2. Mampu dalam membantu berkembangnya pertukaran Mendorong untuk menghormati budaya yang berbeda Mengenalkan budaya. Lingkungan Kepedulian akan perlunya konservasi Mengatur pembuangan sampah dan limbah Ketersediaan air bersih 5. Politik Meningkatkan partisipsi dari penduduk 6. Fasilatas Pendukung Peningkatan kekuasaan komonitas yang lebih luas Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA Mampu dikembangkan Sarana dan prasarana pendukung Sumber : Suansri (23) dan hasil modifikasi (22) budaya. Tidak mampu dalam mendorong untuk menerima dan menghormati budaya lain 2. Mampu dalam mendorong untuk menerima dan menghormati budaya lain. Tidak mampu mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas 2. Mampu mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas. tidak perduli akan perlunya konservasi lingkungan 2. perduli akan perlunya konservasi lingkungan. Tidak adanya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai amdal 2. nya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai amdal. Tidak tersedianya air bersih untuk 2. Tersedianya air bersih untuk. Tingkat partisipasi rendah 2. Tingkat partisipasi tinggi. Pengelolahan lahan tidak sepenuhnya 2. Pengelolahan lahan sepenuhnya. Hak dalam pengelolaan SDA tidak terjamin 2. Hak dalam pengelolaan SDA terjamin. Tidak dapat di kembangkan fasilitas pendukung 2. Dapat di kembangkan fasilitas pendukung

6 Berdasarkan tabel diatas maka nilai yang akan dilakukan terhadap jawaban dari setiap responden adalah dan tergantung dari kriteria-kriteria yang ada atau tidak ada di setiap variabelnya. -nilai tersebut yang kemudian di deskriptifkan per dimensi dari jawaban responden sesuai dengan variabel dan indikatornya. Arti dari nilai-nilai tersebut dijelaskan sebagai berikut: Untuk nilai artinya jawaban responden tidak sesuai dengan konsep pengembangan CBT berdasarkan 6 variabel diatas. Untuk nilai artinya jawaban responden sesuai dengan konsep pengembangan CBT berdasarkan 6 variabel diatas..2.2 Persepsi Di Kawasan Wisata Danau Napabale Dan Danau Motonuno Hasil jawaban dari responden terhadap setiap konsep CBT akan diberikan nilai selanjutnya akan deskriptifkan..2.2. Danau Napabale Penyebaran kuesioner untuk di Danau Napabale ini diberikan kepada orang responden yang dianggap dapat mewakili seluruh di sekitar Danau Napabale. orang responden tersebut adalah:. (La Umin. SE) umur ± tahun 2. Tokoh (Laode Abidin) umur ± 6 tahun 3. Ketua Organisasi Khakuta Lohia (La Harlin Kaau) umur ± 3. (La Desiala) umur ± 6 Dari Ke responden diatas yang pertama kali di sebarkan kuesioner adalah dan untuk tokoh, ketua organisasi, dan pemilik lahan. Peneliti di arahkan oleh untuk menyebarkan kuesioner kepada ke 3 orang ini. Menurut ke 3 orang ini di anggap mengetahui dan memahami keadaan Desa Lohia dengan baik. Dengan menyebarkan Kuesioner kepada ke orng tersebut, dimana orang tersebut memiliki karateristik dan pemahaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini di harapkan dapat mewakili pendapat dari seluruh

6 Desa Lohia sehingga jawaban responden ada kesamaan ataupun perbedaan. Pilihan jawaban responden di dasarkan tabel..2.2.2 Danau Motonuno Penyebaran kuesioner untuk di Danau Motonuno ini diberikan kepada orang responden yang dianggap dapat mewakili seluruh di sekitar Danau Motonuno.. (La Badi A.md) umur ± tahun 2. Tokoh (La Kadu) umur ± 7 tahun 3. Ketua Organisasi Khakuta Lohia (Laode Kantai Gombilo Bitu. SE) umur ± 3. (La Dirman) umur ± 7 Dari Ke responden diatas yang pertama kali di sebarkan kuesioner adalah dan untuk tokoh, ketua organisasi, dan pemilik lahan. Peneliti di arahkan oleh untuk menyebarkan kuesioner kepada ke 3 orang ini. Menurut ke 3 orang ini di anggap mengetahui dan memahami keadaan Desa Lakarinta dengan baik. Dengan menyebarkan Kuesioner kepada ke orang tersebut, dimana orang tersebut memiliki karateristik dan pemahaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini di harapkan dapat mewakili pendapat dari seluruh Desa Lohia sehingga jawaban responden ada kesamaan ataupun perbedaan. Pilihan jawaban responden didasarkan tabel. Hasil dari pemberian nila untuk setiap responden per variabel di Danau Napabale dan Danau Motonuno dapat dilihat dalam tabel.2 sampai tabel.7:

62 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Napabale nya dana Tidak untuk tersedianya pengembangan sumber dana wisata berbasis untuk pembanguna n berbasis Tersedianya sumber dana untuk pembanguna n berbasis Apakah ada Sumber dana dalam mengembangkan wisata danau berbasis? Tabel..2 Persepsi Tentang Dimensi Ekonomi Tidak ada (Tidak adanya dana untuk pengembangan) Tokoh Ormas Tidak ada (Tidak adanya dana untuk pengembangan) Tidak ada (Tidak adanya dana untuk pengembangan) Tidak ada (Tidak adanya dana untuk pengembangan ) Terciptanya lapangan pekerjaan Tidak mampu menciptakan / membuka peluang lapangan pekerjaan Mampu menciptakan Kerajinan/ keterampilan apa saja dari yang bisa ditawarkan? (pembuatan kasur kapuk, layang-layang tradisional, kain tenun) (membuat kain, layang-layang dari daun kolope, kasur dari kapuk) (pembuatan kain muna, pembuatan gambus, dan lain-lain) (membuat layang-yang dari daun kolope, tenunan sarun muna)

63 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Timbulnya pendapatan / membuka peluang lapangan pekerjaan Tidak mampu mendatangk an pendapatan bagi Mampu mendatangk an pendapatan bagi kah Sumber daya manusia (Ketrampilan dan keahlian ) dalam mengembangkan wisata danau berbasis? (pengetahuan tentang budaya dan danau napabale) Tokoh Ormas (pengetahuan akan danau dan budaya setempat) (kerajinan tangan pembuatan kain tenun yang dapat dijadikan sarun dan pakain adat ) (ketrampilan akan seni dan budaya) Jumlah 8 Danau Motonuno nya dana untuk pengembangan wisata berbasis Tidak tersedianya sumber dana untuk pembanguna n berbasis Apakah ada Sumber dana dalam mengembangkan wisata danau berbasis Tidak (PEMDA belum mengalokasikan dana jadi pada saat ini belum Tidak (belum ada) Tidak (belum ada, tergantung dari PEMDA) Tidak (belum ada)

6 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Tersedianya sumber dana untuk pembanguna n berbasis? ada) Tokoh Ormas Terciptanya lapangan pekerjaan Timbulnya pendapatan Tidak mampu menciptakan / membuka peluang lapangan pekerjaan Mampu menciptakan / membuka peluang lapangan pekerjaan Tidak mampu mendatangk an pendapatan bagi Kerajinan/ keterampilan apa saja dari yang bisa ditawarkan? kah Sumber daya manusia (Ketrampilan dan keahlian ) dalam mengembangkan (layang-layang tradisional, kain tenun dan beberapa makanan khas) (mengenal betul akan danau dan beberapa kerajinan setempat) (sarung, layanglayang, kasur kapuk) (pengetahuan akan danau) (sarung muna, layang-layng kolope) (pengetahuan akan danau) (membuat layang-layang dari daun kolope, kain tenun, makanan khas daerah) (kerajinan tangan )

65 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Mampu mendatangk an pendapatan bagi local wisata danau berbasis? Tokoh Ormas Jumlah 8 Jumlah Keseluruhan 6 8 Sumber : Hasil Analisis 22 Tabel..3 Persepsi Tentang Dimensi Sosial Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Napabale Peningkatan kualitas hidup Tidak mampu memberikan peningkatan kualitas hidup Mata pencarian apa saja yang ada di komunitas ini? (petani, nelayan, berkebun) Tokoh Ormas (petani, nelayan dan berkebun) (petani dan nelayan) (petani, nelayan dan berkebun)

66 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Mampu memberikan peningkatan kualitas hidup Peningkatan kebangaan komunitas Kesediaan dan kesiapan Tidak mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas Mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas tidak bersedia & tidak siap dalam mengembangk an pariwisata berbasis Budaya komunitas itu sendiri seperti apa (Kegiatan budaya, aktifitas )? Bagaimana respon dalam pengembangan wisata danau berbasis masayarakat? (Tarian molulo, kalego, pertunjukan gambus) (sangat setuju, karena bisa mendapat penghasilan tambahan bagi ) Tokoh Ormas (pertunjukan musik tradisional, tarian lulo, dan permainan tradisional) (sangat setuju karena dapat bisa memperkenalkan budaya kepada wisatawan) (permainan tradisional kalego, musik tradisional gambus) ( mendukung asal terlibat dalam sistem pengelolaan dan pengembangan) (musik tradisional, tarian lulo, dan permainan tradisional) (masayarakat mendukung karena dapat meperkenalkan budaya mereka kepada wisatawan)

67 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Ormas Tokoh bersedia & siap dalam mengembangk an pariwisata berbasis Jumlah 2 Danau Motonuno Peningkatan kualitas hidup Tidak mampu memberikan peningkatan kualitas hidup Mampu memberikan peningkatan kualitas hidup Mata pencarian apa saja yang ada di komunitas ini? (petani, nelayan, berkebun) (petani, nelayan dan berkebun) (petani, berkebun dan nelayan) (petani, nelayan dan berkebun)

68 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Peningkatan kebangaan komunitas Tidak mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas Mampu memberikan nilai tambah bagi kebangaan komunitas Budaya komunitas itu sendiri seperti apa (Kegiatan budaya, aktifitas )? (Tarian lulo, ritual keagamaan, dan beberapa ritual adat) Tokoh Ormas (tarian lulo, (tarian lulo, ritual-ritual karia, ritual keagamaan keagamaan) lainnya) (pertunjukan tarian, ritual adat, dan ritual keagamaan) Kesediaan dan kesiapan tidak bersedia & tidak siap dalam mengembangk an pariwisata berbasis bersedia & tidak siap dalam mengembangk an pariwisata berbasis Bagaimana respon dalam pengembangan wisata danau berbasis masayarakat? (sangat setuju, dapat meningkatkan pendapatan setempat) ( sanagat setuju, bisa menambah penghasilan bagi ) ( sanagat setuju, bisa menambah penghasilan bagi ) (setuju, disamping itu juga dapat menjadi penghasilan tambahan bagi )

69 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Ormas Tokoh Jumlah 2 Jumlah Keseluruhan 2 Sumber : Hasil Analisis 22 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Napabale Membantu Tidak mampu berkembangnya dalam pertukaran membantu budaya berkembangn ya pertukaran budaya Mampu dalam membantu berkembangn ya pertukaran budaya Tabel.. Persepsi Tentang Dimensi Budaya Tokoh Ormas

7 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke local Mendorong untuk menghormati Tidak mampu dalam mendorong budaya yang untuk berbeda menerima dan menghormati budaya lain Mampu dalam mendorong untuk menerima dan menghormati budaya lain Mengenalkan Tidak mampu budaya mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas Mampu mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas Apakah siap membuka diri terhadap wisatawan? (siap) Tokoh Ormas (iya) (siap) (siap dengan senang hati) Jumlah

7 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Motonuno Membantu Tidak mampu berkembangnya dalam pertukaran membantu budaya berkembangn ya pertukaran budaya Mampu dalam membantu berkembangn ya pertukaran budaya Mendorong untuk menghormati budaya yang berbeda Tidak mampu dalam mendorong untuk menerima dan menghormati budaya lain Mampu dalam mendorong Apakah siap membuka diri terhadap wisatawan? ( siap membuka diri bagi wisatawan) Tokoh Ormas ( selalu membuka diri bagi siapapun yang masuk desa mereka) (selalu membuka diri bagi siapapun yang masuk di desa) ( selalu membuka diri)

72 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Mengenalkan budaya untuk menerima dan menghormati budaya lain Tidak mampu mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas Mampu mengenalkan budaya ke dalam diri komonitas Tokoh Ormas Jumlah Jumlah Keseluruhan 8 Sumber : Hasil Analisis 22

73 Tabel..5 Persepsi Tentang Dimensi Lingkungan Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Tokoh Ormas Danau Napabale Kepedulian akan perlunya konservasi tidak perduli akan perlunya konservasi lingkungan perduli akan perlunya konservasi lingkungan Bagaimana kondisi lingkungan sekitar danau? Kondisi kebersihan Permukiman? Kondisi bangunan permukiman? Tidak (belum terawat) (cukup bersih) (masih banyak mengunakan rumah adat) Tidak (banyak sisi sampah pengunjung) (cukup bersih) (masih mengunakan rumah adat) Tidak (belum terawat) (cukup bersih) (masih banyak mengunakan rumah adat) Tidak (tidak terawat) (cukup bersih) Tidak (kelihatan kumuh) 3 Mengatur pembuangan sampah dan limbah Tidak adanya sistem pengaturan sampah & Kondisi MCK? o Toilet? o Bangunan khusus toilet? o kah ternak berkeliaran? kah tumpukan sampah? Tidak (kurang bersih) Tidak (samapah dibuang dibelakang Tidak (kurang bersih) Tidak (samapah dibuang dibelakang Tidak (kurang bersih) Tidak (samapah dibuang dibelakang Tidak (kurang bersih) Tidak (samapah dibuang dibelakang

7 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Ketersediaan air bersih limbah sesuai amdal nya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai amdal Tidak tersedianya air bersih untuk Tersedianya air bersih untuk kah tempat pembuangan sampah? kah air bersih? rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Tokoh Ormas rumah) rumah) Tidak Tidak (sampakh (sampakh langsung di langsung di bakar) bakar) (mata air) (mata air) rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Jumlah 9 7 Danau Motonuno Kepedulian akan perlunya konservasi TIdak (kurang memerhatikan) Tidak (kurang terawat) Tidak (kurang terawat) Tidak (kurang terawat) tidak perduli akan perlunya konservasi lingkungan perduli akan perlunya konservasi lingkungan Bagaimana kondisi lingkungan sekitar danau? Kondisi kebersihan lingkungan? Kondisi bangunan permukiman? (cukup bersih) (Baik, rumah tradisional) (Cukup bersih) (rumah tradisional) (cukup bersih) (rumah tradisional) (cukup bersih) (rumah Tradisional)

75 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Mengatur pembuangan sampah dan limbah Ketersediaan air bersih Tidak adanya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai amdal nya sistem pengaturan sampah & limbah sesuai amdal Tidak tersedianya air bersih untuk Tersedianya air bersih untuk Kondisi MCK? o Toilet? o Bangunan khusus toilet o kah ternak berkeliaran? kah tumpukan sampah? kah tempat pembuangan sampah? kah air bersih? Tidak (samapah dibuang dibelakang rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Tokoh Ormas Tidak (samapah dibuang dibelakang rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Tidak (samapah dibuang dibelakang rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Tidak (samapah dibuang dibelakang rumah) Tidak (sampakh langsung di bakar) (mata air) Jumlah 2 2 Jumlah Keseluruhan 3 29 Sumber : Hasil Analisis 22

76 Tabel..6 Persepsi Tentang Dimensi Politik Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Tokoh Ormas Danau Napabale Meningkatkan partisipsi dari penduduk Peningkatan kekuasaan komonitas yang lebih luas Menjamin hakhak dalam pengelolaan SDA Tingkat partisipasi rendah Tingkat partisipasi tinggi Pengelolahan lahan tidak sepenuhnya Pengelolahan lahan sepenuhnya Hak dalam pengelolaan SDA tidak terjamin Hak dalam pengelolaan SDA terjamin Bagaimana sistem pengelolaan yang tepat? Siapa yang cocok dalam pengelolaan pariwisata? Bagaimana sistem kerja sama antara komonitas dengan pemilik lahan? (kerja sama antara dengan pemerintah desa) (Pemerintah Desa dengan Dinas Pariwisata) (pemilik lahan mengizinkan dengan catatan kebun kacang mete jagan dirusak) ( yang di koordinir oleh kepala desa) () (pemilik lahan mengizinkan dengan catatan kebun kacang mete jagan dirusak) ( setempat) (pejabat desa) (tidak merusak tanaman pertanian yang ada di sekitar danau) (dikelola oleh pemerintah desa) () (tanaman kacang mete jangan dirusak) Jumlah 2

77 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Motonuno Meningkatkan Tingkat partisipsi dari partisipasi penduduk rendah Tingkat partisipasi Peningkatan kekuasaan komonitas yang lebih luas Menjamin hakhak dalam pengelolaan SDA tinggi Pengelolahan lahan tidak sepenuhnya Pengelolahan lahan sepenuhnya Hak dalam pengelolaan SDA tidak terjamin Hak dalam pengelolaan SDA terjamin Bagaimana sistem pengelolaan yang tepat? Siapa yang cocok dalam pengelolaan pariwisata? Bagaimana sistem kerja sama antara komonitas dengan pemilik lahan? Tidak (untuk saat ini belum ada) ( yang didukung dengan setempat) (tidak merusak tanaman pertanian di sekitar danau) Tokoh Ormas Tidak (untuk saat ini belum ada) ( sekitar yang ditunjuk pemerintah desa) (tidak merusak tanaman pertanian) Tidak (untuk saat ini belum ada) ( sekitar yang ditunjuk pemerintah desa) (tidak merusak tanaman pertanian di sekitar danau) Tidak (untuk saat ini belum ada) ( bersama ) (tidak merusak tanaman pertanian) Jumlah 8 Jumlah Keseluruhan 2 Sumber : Hasil Analisis 22

78 Indikator Kriteria Pertanyaan Ke Danau Napabale Mampu dikembangkan Sarana dan prasarana pendukung Tidak dapat di kembangkan fasilitas pendukung Dapat di kembangkan fasilitas pendukung Sarana dan prasarana apa saja yang bisa dikembangkan sebagai pendukung dari budaya komonitas? Tabel..7 Persepsi Tentang Fasilitas Pendukung (toilet umum, gazebo, penginapan) Tokoh Ormas (penginapan, gazebo, jalan setapak, toilet umum) (penginapan, gazebo) (penginapan, toilet umum, jalan setapak) Jumlah Danau Motonuno Mampu dikembangkan Sarana dan prasarana pendukung (penginapan, Toilet umum, Gazebo) (penginapan, gazebo, jalan setapak, toilet umum) (penginapan, gazebo, jalan setapak, toilet) (Toilet Umum, gazebo) Tidak dapat di kembangkan fasilitas pendukung Dapat di kembangkan fasilitas pendukung Sarana dan prasarana apa saja yang bisa dikembangkan sebagai pendukung dari budaya komonitas? Jumlah Jumlah Keseluruhan 8 Sumber : Hasil Analisis 22

79 Berdasarkan nilai dari setiap dimensi terhadap ke 8 responden tentang persepsi terhadap konsep CBT di atas adalah sebagai berikut: Tabel..8 Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Ekonomi Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. nya dana untuk 8 pengembangan wisata berbasis 2. Terciptanya lapangan 8 pekerjaan 3. Timbulnya pendapatan 8 Hasil : Analisis Tahun 22 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel ekonomi di Kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk indikator nya dana untuk pengembangan wisata berbasis belum masuk dalam konsep CBT. Karena belum ada dan belum mampu dikembangkan dalam komunitas, sedangkan untuk indikator Terciptanya lapangan pekerjaan dan Timbulnya pendapatan sudah masuk dalam konsep CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram.. Gabungan Persepsi Dimensi Ekonomi Terhadap Konsep CBT 9 8 7 6 5 3 2. nya dana untuk pengembangan wisata berbasis 2. Terciptanya lapangan pekerjaan 3. Timbulnya pendapatan Jawaban Tidak Jawaban

8 Tabel..9 Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Sosial Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. Peningkatan kualitas 8 hidup 2. Peningkatan kebangaan 8 komunitas 3. Kesediaan dan kesiapan 8 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel Sosial di Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk semua indikator, Peningkatan kualitas hidup, Peningkatan kebangaan komunitas, Kesediaan dan kesiapan masuk dalam konsep CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram..2 Gabungan Persepsi Dimensi Sosial Terhadap Konsep CBT 9 8 7 6 5 3 2. Peningkatan kualitas hidup 2. Peningkatan kebangaan komunitas 3. Kesediaan dan kesiapan Jawaban Tidak Jawaban

8 Tabel.. Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Budaya Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. Membantu pertukaran budaya 2. Mendorong 8 untuk menghormati budaya yang berbeda 3. Mengenalkan budaya Sumber : Hasil Analisis Tahun 22 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel Budaya di Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk indikator, Mendorong untuk menghormati budaya yang berbeda sudah masuk dalam konsep CBT, sedangkan untuk indikator Mengenalkan budaya, dan Membantu berkembangnya pertukaran budaya sudah masuk dalam indikator sosial. Secara keseluruhan variabel budaya sudah masuk dalam konsep CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram..3 Gabungan Persepsi Dimensi Budaya Terhadap Konsep CBT 9 8 7 6 5 3 2. Membantu pertukaran budaya 2. Mendorong untuk menghormati budaya yang berbeda 3. Mengenalkan budaya Jawaban Tidak Jawaban

82 Tabel.. Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Lingkungan Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. Kepedulian akan 35 3 konservasi lingkungan 2. Mengatur pembuangan 6 sampah dan limbah 3. Ketersediaan air bersih 8 Sumber : Hasil Analisis Tahun 22 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel Lingkungan di Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk indikator, Kepedulian akan perlunya konservasi di Danau Napabale (untuk kondisi lingkungan yang mengatakan TIDAK ) (Kondisi bangunan permukiman yang mengatakan TIDAK yaitu pemilik lahan), (kondisi kebersihan toilet yang mengatakan TIDAK ), dan di Danau Motonuno (untuk kondisi lingkungan yang mengatakan TIDAK ). Indikator 2 Mengatur pembuangan sampah dan limbah belum masuk dalam konsep CBT. Indikator 3 Ketersediaan air bersih sudah masuk dalam konsep CBT. Dilihat dari nilai jumlah responden (ADA 3 dan TIDAK ADA 29), dapat disimpulkan untuk variabel lingkungan masuk dalam katagori CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram.. Gabungan Persepsi Dimensi Lingkungan Terhadap Konsep CBT 6 5 3 2 Jawaban Tidak Jawaban. Kepedulian akan konservasi lingkungan 2. Mengatur pembuangan sampah dan limbah 3. Ketersediaan air bersih

83 Tabel..2 Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Politik Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. Meningkatkan partisipasi dari penduduk 2. Peningkatan kekuasaan 8 komunitas yang lebih luas 3. Menjamin hak-hak dalam pengelolaan SDA 8 Sumber : Hasil Analisis 22 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel politikdi Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk indikator, Meningkatkan partisipsi dari penduduk di Danau Motonuno yang mengatakan TIDAK ADA, sedangkan untuk indikator lain sudah masuk dalam konsep CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram..5 Gabungan Persepsi Dimensi Politik Terhadap Konsep CBT 9 8 7 6 5 3 2. Meningkatkan partisipasi dari penduduk 2. Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas 3. Menjamin hakhak dalam pengelolaan SDA Jawaban Tidak Jawaban

8 Tabel..3 Gabungan Persepsi Untuk Dimensi Fasilitas Pendukung Dari 8 Indikator Jawaban Jawaban Tidak. Mampu dikembangkan 8 sarana dan prasarana Sumber : Hasil Analisis 22 Berdasarkan tabel diatas untuk variabel ekonomi di Danau Napabale dan Danau Motonuno untuk indikator mampu dikembangkan Sarana dan prasarana pendukung sudah masuk dalam konsep CBT, karena sudah ada dan mampu dikembangkan dalam komunitas. Diagram..6 Gabungan Persepsi Dimensi Fasilitas Pendukung Terhadap Konsep CBT 9 8 7 6 5 3 2 Jawaban Jawaban Tidak. Mampu dikembangkan sarana dan prasarana

85 Berdasarkan dengan konsep CBT, CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek berkelanjutan lingkungan, sosial dan budaya. Selain itu, dilihat dari persepsi yang yang telah ditampilkan di atas banyak menawarkan kerajianan, ketarampilan, sosial dan budaya yang tidak memerlukan dana yang besar dalam pengembangannya dan dimulai dari peran serta dalam pengembangan pariwisata berbasis di kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno. Pengembangan pariwisata berbasis di kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno bukan murni CBT yang dikelola oleh dimana berdasarkan 6 konsep pengembangan pariwisata berbasis dibutuhkan juga peran pemerintah dalam variabel sebagai berikut :. Ekonomi, untuk dana dalam pengembangan komunitas. 2. Sosial, untuk memberikan pelatihan kepada dalam mengembangkan kerajinan atau ketrampilan untuk ditawarkan kepada wisatawan. 3. Budaya, mempromosikan kegiatan budaya yang ada di komunitas sebagai daya tarik wisata.. Lingkungan, memberikan penyuluhan kepada komunitas akan perlunya konsevasi lingkungan. 5. Politik, membentuk sistem pengelolaan dan pembagian hasil antara pengelolah, pemilik lahan dan Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa. 6. Fasilitas pendukung, Pemerintah Daerah mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pariwisata..3 Konsep Pengembangan Pariwisata Berbasis (CBT) Di Kawasan Danau Napabale Dan Danau Motonuno Dalam merumuskan konsep untuk mengembangkan pariwisata berbasis Di kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno terdapat kesamaan cara pandang dalam melihat keterlibatan dalam pariwisata. Dari kedua lokasi tersebut mempunyai kesamaan yang tidak jauh berbeda, terutama terkait dengan karakter ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, politik, fasilitas pendukung, tingkat partisipasi dan kesediaan dan kesiapan sehingga dalam

86 perumusan konsep pengembangan CBT hampir sama. Sehingga dalam pengembangan konsep pariwisata berbasis tidak saja di tekankan pada Danaunya saja akan tetapi di sertakan juga dengan wisata budaya agar dapat terlibat secara langsung dalam pariwisata. Berdasarkan diatas, maka perumusan konsep pengembangan untuk mengembangkan pariwisata berbasis Danau Napabale dan Danau Motonuno. Peran aktif sangat dibutuhkan dalam pengembangan wisata kampung budaya sekitar Danau Napabale dan Danau Motonuno yang didukung dengan menonjolkan yang mampu menciptakan produk seperti kain tenun daerah, layang-layang yang terbuat dari daun kolope, dan lain lain dan kesenian daerah seperti musik gambus, tarian lulo dan upacara-upacara adat lainnya. Namun kepedulian terhadap lingkungan harus ada penyuluhan dan pelatihan kepada dalam menjaga lingkungan. Agar tercipta budaya bersih untuk perkembangan kampung budaya kedepan. Secara politik, sebagian kawasan wisata masih tergantung terhadap pemerintah desa atau pemerintah daerah. Perlu adanya komitmen kerja sama antara pemerintah desa, dan pemilik lahan dalam pengembangan wisata kampung budaya. Terjaminnya hak dalam pengelolaan sebagai modal utama untuk mengembangkan potensi SDA yang ada. Sarana prasarana yang kurang harus segera di buat untuk mendukung pengembangan wisata kampung budaya sekitar Danau Napabale dan Danau Motonuno Berdasarkan hasil Kuesioner, wawancara, dan observasi, maka dapat dirumuskan konsep pengembangan pariwisata berbasis yang efektif untuk dikembangkan di kawasan Danau Napabale dan Danau Motonuno. Berdasarkan potensi dan karateristik penduduk yang ada akan dikembangkan konsep kampung budaya. Dimana, stakeholder (, Tokoh, Oramas, ) yang terlibat dalam sektor pariwisata harus mempunyai komitmen dalam memperkuat dan menjadikan potensi budaya dan ekonomi yang ada untuk dikelola secara lebih menarik dan menjual, sehingga potensi yang ada dapat diterima dan dinikmati secara baik dan nyaman oleh wisatawan.

87 Untuk memperkuat dan menjaga potensi budaya dan ekonomi tersebut, diperlukan usaha bersama dari penggiat seni dan budaya dan ekonomi untuk mengemas produk tersebut agar memiliki kualitas dan kuantitas baik. Dengan menjaga kualitas dan kuantitas dari produk ini maka dapat memberikan nilai tambah bagi secara ekonomi. Untuk menjaga kualitas produk tersebut, maka pemerintah sebagai fasilitator dengan kewenangan yang mempunyai tanggung jawab untuk tidak saja memberikan perhatian khusus terhadap pelaku budaya, melainkan juga melakukan penguatan kapasitas (capacity building) dari pengrajin budaya melalui pelatihan baik mengenai perkembangan dan bentuk desain, model yang terbaru dan perlu diberikan kemampuan kepada penggiat budaya, institusi kemasyaratan untuk dibekali kemampuan berbahasa Inggris. Untuk mempromosikan potensi yang ada, maka perlu dilaksanakan eveneven budaya berskala besar di Desa itu. Sebenarnya even budaya untuk Danau Napabale dan Danau Motonuno sudah ada dan dilakukan hanya satu tahun satu kali yang dikenal dengan nama Festival Napabale. Namun, dari hasil dari Festival tersebut belum memberikan pengaruh yang begitu besar dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun, potensi yang ada belum terorganisir secara institusional. Untuk itu, peran stakeholder (, Tokoh, Oramas, ) harus bersepakat untuk membentuk forum stakeholder yang terdiri dari unsur (, Tokoh, Oramas, ). Forum tersebut nantinya memberikan masukan bagi untuk mengembangkan dan memperkuat institusi agar dapat berjalan dan berdaya, melakukan promosi, membentuk pusat informasi dan membuat aturan main bagi pelaku pariwisata dengan setempat. Misalnya, guide dan agensi hanya mendampingi wisatawan dan saja yang boleh menjelaskan mengenai sejarah selukbeluk mengenai budaya sekitar. Begitu juga dengan artshopartshop yang menawarkan souvenir, harus bersepakat untuk menentukan standar harga yang sama, supaya tidak terjadi pasar yang tidak sempurna dan nantinya akan merugikan pengrajin.

88 Gambar.. Konsep Pengembangan Kampung Budaya Desa Lohia (Danau Napabale) Dan Desa Lakarinta (Danau Motonuno) Dalam hal ini, penguatan kapasitas (capacity building) setempat perlu dilakukan secara intensif oleh pemerintah atau dinas terkait. Mengingat di sekitar kedua desa tersebut memiliki potensi dan modal budaya (cultural capital) yang beragam seperti pembuatan kain tenun daerah, pembuatan kasur kapuk, layang-layang yang terbuat dari daun kolope, dan kesenian daerah seperti music gambus, tarian lulo dan upacara-upacara adat lainnya, maka ada beberapa metode yang perlu dilakukan, yakni :. Menyadarkan bahwa seluruh kegiatan pariwisata yang ada di kedua desa tersebut adalah wisata budaya (cultural tourism) dan membangun agenda bersama (common agenda). 2. Mengidentifikasi batasan-batasan kegiatan pariwisata tradisional guna menyediakan pengalaman dan interaksi budaya yang lebih beragam. 3. Mengkaitkan pengembangan wisata dengan potensi setempat.. Menciptakan suatu produk sesuai dengan kebutuhan pariwisata. 5. Menciptakan produk-produk wisata lain berbekal modal budaya untuk memperoleh kemandirian dan kesejahteraan ekonomi sendiri.