BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN INTERNATIONAL CIVIL AVIATION ORGANIZATION ATAS

PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA PASAL I PENGERTIAN-PENGERTIAN

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

PERAN INTERNATIONAL CIVIL AVIATION ORGANIZATION ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah udara di atas teritorialnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM INTERNASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

BAB I PENDAHULUAN. A.! Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 8 HUKUM KEWILAYAHAN NEGARA (BAGIAN 2)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB II PENGATURAN HUKUM WILAYAH UDARA NEGARA INDONESIA. A. Sejarah dan Perkembangan Hukum Udara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU) JURNAL HUKUM OLEH: NAMA: PUSPITASARI DAMANIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Pertanggungjawaban Pengangkutan Udara Komersial dalam Perspektif Hukum Penerbangan di Indonesia

BAB II TINJAUN UMUM TENTANG PEMBAJAKAN UDARA. aircraft) dengan pesawat udara negara (state aircraft). Perbedaan antara pesawat

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

PERSETUJUAN MULTILATERAL ASEAN TENTANG JASA ANGKUTAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HUKUM LAUT BAB VII LAUT LEPAS BAB IX LAUT TERTUTUP ATAU SETENGAH TERTUTUP.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II OPEN SKY POLICY SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM UDARA. 1. Sifat dan Tujuan / Jenis Hukum Udara Internasional

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan Cape Town Convention 2001,

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

NCB Interpol Indonesia - Perjanjian Ekstradisi Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Philipina Selasa, 27 Juli :59

NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya berita penembakan pada Airbus A-300 milik Iran Air yang telah diakui oleh Amerika Serikat menelan korban 290 orang tewas di teluk parsi hari minggu sore tanggal 3 juli 1988 peristiwa tersebut dinilai tidak berperikemanusiaan dan sangat keji, atas dasar pertimbangan pertahanan dan keamanan dan kepentingan umum pada prinsipnya setiap negara berhak menetapkan zona udara terlarang dan melarang segala bentuk penerbangan pada zona udara tersebut.penetapan zona udara terlarang ini dianggap penting karena untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1 Berbagai bentuk peristiwa mengenai penerbangan sipil internasional bermunculan silih berganti, sebelumnya penembakan pesawat penerbangan sipil pernah dialami oleh Korean Airlanes (KAL) september tahun 1983 Ditembak oleh Amerika serikat (AS) namun demikian ICAO yang melakukan sidang tanggal 14 juli 1988 ternyata tidak mengutuk Amerika serikat (AS) 2. Dan paling terbaru penembakan pesawat juga menimpa Maskapai milik Malaysia Airlanes MH17 dengan jenis pesawat Boeing 777-200 ER 3 dengan penerbangan dari Bandar Udara internasional Schipol menuju Bandar Udara internasional Kuala Lumpur pada tanggal 17 juli 2014 di Ukraina membawa 283 penumpang dan 15 awak 1 Martono K., 1995, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Hukum Laut internasional.buku kedua, Penerbit Manda Maju, Bandung. 2 Ibid, Hlm 20 3 Idan Gunanjar, 2014, Pesawat Malaysiar Airlanes Mh17 ditemabak di Ukraina, Diakses dari http://liputanislam.com/berita/pesawat-malaysia-airlines-jatuh-di-donetsk-ukraina/ 11 September 2014 xi

pesawat termasuk Pilot dan CoPilot, pesawat Malaysia Airlanes ini ditembak menggunakan rudal didaerah Konflik antara perbatasan Rusia dan Ukraina tepatnya daerah tersebut dikuasai oleh milisi pro Rusia. Hingga sekarang atas penembakan pesawat tersebut terus dalam investigasi pihak berwenang maupun dari ICAO (International civil aviation organization) Atas tragedi penembakan pesawat Malaysia Airlanes MH17 di Ukraina Timur banyak kejanggalan yang belum dapat terungkap kebenarannya, kenapa pesawat itu ditembak, siapa pelaku penembakan pesawat itu sebenarnya dan apa tujuan penembakan rudal terhadap pesawat sipil tersebut. Sebelum terjadi penembakan di daerah perbatasan tersebut memang telah terjadi konflik perebutan wiliayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina walau sebelumnya sudah ada pemberitahuan bahwa daerah perbatasan tersebut untuk sementara tidak diperbolehkan pesawat udara sipil untuk melintasinya, namun pihak Malaysia Airlanes membantah jika wilayah tersebut sebelumnya aman dan mentaati prosedur yang berlaku 4. Sebanyak 283 warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban atas penembakan rudal tersebut. Tragedi penembakan pesawat Malaysia Airlanes ini bukan permasalahan biasa PBB melalui ICAO bertindak tegas menginvestigasi untuk mengungkap kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi atas penembakan rudal tersebut 5. 4 http://www.merdeka.com/peristiwa/malaysia-airlines-pastikan-mereka-lintasi-rute-penerbanganaman.html 11 September 2014 5 Rizki Gunawan, 2014, PM Najib Kaget Malaysia Airlines Ditembak Rudal di Ukraina, Diakses dari http://news.liputan6.com/read/2079563/pm-najib-kaget-malaysia-airlines-ditembak-rudal-diukraina 11 September 2014 xii

Hingga saat ini Investigasi terus dilakukan oleh PBB melalu ICAO dalam pengungkapan dan kejelasan mengenai kecelakaan pesawat Malaysia airlanes MH17 ditembak menggunakan rudal di Ukraina timur.hal ini menjadi tugas berat bagi PBB melalui ICAO untuk menyelesaikan permasalahan ini. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan. Bagaimana Peran ICAO (International Civil aviation organization) atas Tragedi penembakan Pesawat Malaysia airlanes MH17 di daerah konflik Ukraina timur? C. Tujuan Penelitian Terdapat beberapa hal yang urgen mengenai penelitian tentang peran dan tanggung jawab ICAO (International civil aviation organization) terhadap peristiwa penembakan pesawat Malaysia Airlanes MH17 di Ukraina tahun 2014 yang menewaskan ratusan warga sipil dari berbagai negara. a. Untuk menjelaskan peran ICAO (International civil aviation organization) sebagai badan yang berwenang atas keamanan tentang penerbangan internasional khususnya penerbangan sipil dalam peristiwa penembakan pesawat Malaysia Airlanes. b. Untuk menjelaskan kekuatan ICAO (International civil aviation organization) dalam menjaga keamanan penerbangan sipil. c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta. xiii

D. Manfaat Penelitian Dengan dilakukan penelitiab bab penulisan hukum ini, diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna : 1. Segi Teoritis Melakukan kajian tentang bagaimana peran dan tanggung jawab ICAO (International civil aviation organization) atas peristiwa penembakan pesawat Malaysia Airlanes MH17 di Ukraina 2014 serta kredibelitas ICAO dalam menangani peristiwa penembakan pesawat Malaysia airlanes MH17. 2. Segi Praktis Penelitian Penulisan Hukum ini diharapkan dapat memberikan Pengetahuan dan menambah keilmuan bagi wacana wacana seputar organisasi internasional, khusunya ICAO (International civil aviation organization) yang berkaitan dengan peristiwa penembakan pesawat Malaysia Airlanes di Ukraina, baik untuk pribadi maupun untuk perkembangan keilmuan. E. Batasan Konsep 1. Internasional Civil Aviation adalah (ICAO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lembaga ini mengembangkan teknik dan prinsip-prinsip navigasi udara internasional serta membantu perkembangan perencanaan dan pengembangan angkutan udara internasional untuk memastikan pertumbuhannya terncana dan aman. 6 6 http://id.wikipedia.org/wiki/organisasi_penerbangan_sipil_internasional 11 September 2014 xiv

2. Penerbangan komersial adalah bagian dari penerbangan sipil (penerbangan umum dan jasa maskapai penerbangan terjadwal) yang melibatkan pengoperasian pesawat untuk disewa. Di banyak negara, sebuah penerbangan dapat dioperasikan hanya untuk mencari untung apabila memenuhi tiga syarat berikut: a. Pilot harus memiliki lisensi pilot komersial yang sah b. Pesawat terbang harus memiliki registrasi komersial yang sah c. Operator harus memiliki sertifikat atau sejenis otorisasi lain untuk operasi komersial 7 3.Wilayah adalah, sama dengan Daerah, (Kekuasaan, Pemerintahan, pengawasan), lingkungan daerah (Provinsi, kabupaten, kecamatan) 8 4. Konflik adalah, sama dengan percekcokan; perselisihan; pertentangan, ketegangan atau pertentangan drama, pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan di diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dsb. 9 5. Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak yurisdiksi. Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara merupakan satu kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita menganut pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan lengkap dan eksklusif terhadap ruang udara di atas wilayahnya, 7 http://id.wikipedia.org/wiki/penerbangan_komersial 11 September 2014 8 http://kamusbahasaindonesia.org/wilayah 11 September 2014 9 http://kamusbahasaindonesia.org/konflik 11 September 2014 xv

dan tidak dikenal adanya hak lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan melalui ruang udara nasional suatu negara tanpa izin negara yang bersangkutan. 10 6. Kedaulatan secara umum diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Kedaulatan dalam beberapa bahasa asing: sovereignity (inggris), souvereinieit (Belanda), dan souvereinete (Prancis). Beberapa tokoh yang berperan mengembangkan teori kedaulatan adalah Aristoteles dan Jean Bodin.Makna kedaulatan itu sendiri bergantung sesuai dengan penggunaannya. 11 7. Pesawat penumpang sipil adalah Pesawat penumpang sipil (Inggris: airliner) adalah pesawat terbang atau pesawat udara yang digunakan untuk mengangkut penumpang sipil beserta bagasi dan kargo (dengan kapasitas tertentu). Syarat-syarat mengenai pengangkutan sipil diatur dalam undangundang, baik pemerintah maupun internasional melalui lembaga PBB bernama ICAO (International Civil Aviation organization) 12. F. Metode Penelitian Penelitian ini Metode penelitian Deskripsi Normatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan peran dan tanggung jawab ICAO (International Civil Aviation Organization) atas peristiwa penembakan pesawat Malaysiar Airlans MH17 di 10 http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/98 6 September 2014 11 Angga krisman, 2011, Pengertian Kedaulatan dan Sifat Kedaulatan, diakase dari http://krsmwn.blogspot.com/2013/05/pengertian-kedaulatan-dan-sifat.html 11 September 2014 12 http://id.wikipedia.org/wiki/pesawat_penumpang_sipil 6 September 2014 xvi

Ukraina 2014. Dengan menggunakan analisis kualintatif untuk mendapatkan jawaban dari persoalan diatas, berikut beberapa aspek metodologis yang penyusun gunakan : 1. Sumber Data a. Bahan Hukum Primer : Konvensi Chicago 1944, Konvensi Paris 1919, Konvensi Warsawa 1929 b. Bahan Hukum skunder : Fakta Hukum melalui internet, dokumen, surat kabar, dan berita melalui media televisi yang berkaitan dengan tragedi Malaysia Airlanes di Ukraina. 2. Cara pengumpulan data Jenis penelitian dalam skirpsi ini digunakan penelitian kepustakaan (Library research), yaitu suatu penelitian yang sumber datanya diperoleh dari bukubuku, majalah dokumen, catatan atau karya karya yang relevan. 3. Analisis data Metode yang dipakai untuk menganalisa agar diperoleh data yang dapat memadai, dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan penalaran yang diperoleh dari Konvensi atau Artikel yang terkait dengan penulisan Hukum tersebut. Deduktif merupakan langkah analisis data dengan cara menerangkan data yang bersifat umum untuk membentuk suatu pandangan agar bersifat khusus. Sementara induktif adalah penalaran data bersifat khusus dan memiliki unsur kesamaan sehingga dapat digeneralisasikan menjaid kesimpulan. 4. Proses berpikir xvii

Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu menggambarkan dan menguraikan pokok permasalahan untuk diteliti secara proporsional, dengan melalui proses analisis. 5. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendekripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi sekarang ini terjadi atau ada. Bertujuan untuk memperoleh informasi- informasi mengenai keadaan saat ini, dengan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti. G.Sistematika Skripsi Sebagai upaya untuk membahas pokok permasalahan dalam skripsi ini, penulis memaparkan pembahasan dalam tiga bab, dengan masing-masing bab terdiri dari sub-sub, berisikan. Bab I : PENDAHULUAN Pendahuluan, berisikan tentang. A. Latar belakang masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Manfaat penelitian E. Keaslian penelitian xviii

F. Batasan konsep G. Metode penelitian H. Sistematika penulisan Bab II : PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum International Civil Aviation Organization (ICAO), yang berisi Sejarah Berdirinya International Civil Aviation Tentang Tugas dan Fungsi International Civil Aviation. B. Gambaran Umum Tentang Penerbangan Sipil Komersial Yang Berisikan Tentang Perkembangan dan Sejarah Penerbangan Sipil, Serta Peraturan tentang Penerbangan Sipil. C. Tinjauan Umum Tentang Zona Udara Terlarang. D. Penembakan Pesawat Malaysia Airlanes MH 17 Di Atas Ruang Udara Ukraina Pada Tahun 2014, Yang Berisikan Tentang 1. Gambaran umum tentang pesawat udara milik perusahaan penerbangan Malaysia Airlanes. 2. Peristiwa Penembakan Pesawat Malaysia Airlanes MH17 di Ruang Udara Ukraina Pada Tahun 2014. 3. Peran dan Tanggung Jawab International Civil Aviation Organization Atas Peristiwa Penembakan Pesawat Malaysia Airlanes MH 17 Di Ruang Udara Ukraina. E. Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Udara Malaysia Airlanes Atas Peristiwa Penembakan Pesawat Malaysia Airlanes MH 17 Di Ruang Udara Ukraina xix

Bab III : PENUTUP Sebagai Bab Terakhir yang Membahas Tentang Kesimpulan Dan Saran Mengenai Hasil Dari Skripsi Ini. xx