BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN. Kondisi ini perlu di jaga betul agar masyarakat Juminag semakin sejahtera.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V UPAYA PENDAMPINGAN PETANI RUMPUT LAUT

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PROBLEM. dari segi ekonomi, budaya, agama dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. luas laut lebih dari daratan. Hal ini berdampak bagi sistem perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

Laporan Program (Periode Juni 2012)

Mangrove Sei Nagalawan (Mangrove Kampoeng Nipah) Serdang Bedagai Sumatera Utara

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

BAB I. Dengan begitu para pemilik lahan dapat mengetahui batas-batas lahan

BISNIS CAMILAN JAGUNG, RENYAH DAN BANJIR UNTUNG

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB V AKSI MEWUJUDKAN KEMBALI HARAPAN MASYARAKAT NELAYAN

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art)

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan penduduk yang semakin pesat membuat semakin

BAB II IDENTIFIKASI DATA

PROPOSAL PENGAJUAN PRODUKSI KUE KERING. Dosen pengampu : Ni matuz Zuhroh, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB VI DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN DAN AKSI PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara maritim yang tidak bisa lepas dari

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

IbM Kelompok Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Di Desa Tedunan

Pelatihan Pembuatan Trek Suit Mas (Tepung Senerek Untuk Susu, Biskuit Dan Mie Basah) Guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB VI ANALISA DAN REFLEKSI. A. Kemandirian Nelayan Terbebas Dari Bayang-Bayang Mini Trawl

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH

Peluang Bisnis Modal Kecil, Keripik Jamur Aneka Rasa

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI DAN PENYULUHAN PERIKANAN. Pengolahan Hasil Tangkapan Pantai Kenjeran

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB VI JALAN ALTERNATIF MEMBANGUN KESEJAHTERAAN PETANI REMPAH-REMPAH. Rempah-rempah atau empon-empon yang dikenal oleh masyarakat Desa

RUMAH PRODUKTIF DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI KENJERAN SURABAYA

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN

MENUAI LABA DARI MAKANAN SEHAT ( NUGGET SAYUR )

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemanfaatan Kekayaan Laut Branta Pesisir, Pamekasan untuk Kesejahteraan Masyarakat Pesisir

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan tradisional yang sangat beragam. Makanan tradisional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu juta jiwa

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. familiar, selain familiar dodol juga terasa enak dan banyak macamnya. Di

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

The 7 th University Research Colloquium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

PENJUAL OBAT TRADISIONAL (JAMU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PENGANTAR BISNIS TENTANG MENJALANKAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Pada jaman sekarang ini perusahaan dituntut untuk melakukan sesuatu yang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENGUATAN USAHA OPAK SILI MELALUI PERANCANGAN ALAT PENGHALUS SINGKONG DAN PERBAIKAN PENGEMASAN

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PELUANG BISNIS MAKANAN TENTANG KRIPIK TEMPE

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

TUGAS PENGANTAR BISNIS Bussines Plan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

"PRO-FISHTA" UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA LELE DESA SETONO KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana

Untung Besar Modal Kecil. dari Bisnis. Jajanan Tradisional

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan

Transkripsi:

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Refleksi Umum Perekonomian masyarakat Juminag mengalami peningkatan sejak adanya budidaya rumput laut. Yaitu sejak 2001 atas inisiatif masyarakat. Kondisi ini perlu di jaga betul agar masyarakat Juminag semakin sejahtera. Kesejahteraan ini bisa tercapai jika hal-hal yang menyebabkan para petani rugi dapat di hindari. Yaitu menghindari harga jual yang tidak stabil bahkan anjlok. Jika harga anjlok maka dapat di pastikan para petani mengalami kerugiaan. Berangkat dari hal tersebut maka pendampingan perlu di lakukan, utamanya pendampingan dalam upaya antisipasi anjlok harga. Yaitu dengan mengurangi ketergantungan terhadap harga jual dengan jalan pengolahan. Pengolahan rumput laut di Dusun Juminag sebelumnya pernah di lakukan oleh devisi pengolahan KUB mitrabahari bersama masyarakat. Namun hanya ketika di adakan event atau pelatihan saja. Setelah event dan pelatihan berkhir, mereka berhenti dan hanya membudidayakannya. Pelatihan yang pernah mereka dapatkan seperti pelatihan pembuatan minuman, sampoo, cendol, dodol dan lainnya. Pelatihan tersebut keseluruhannya merupakan tahap pengolahan rumput laut. Namun semuanya di lupakan begitu saja. Hal ini di sebabkan beberapa faktor, seperti orang yang ikut pelatihan hanya beberapa orang yang sama, sehingga transfer skill tidak merata dan tidak 77

mengena. Selain masalah pelatihan juga ada masalah dalam minat, kesadaran, cara pengawetan, dan yang paling utama adalah pemasaran. Tampa minat dan kesadaran semuanya akan tidak berarti. Kesadaran perlu di bangun. Jika kesadaran telah terbentuk, dengan sendirinya masyarakat akan bergerak. Kesadaran yang muncul dari dalam lebih kuat dari kesadaran yang di timbulkan dari luar. Pendampingan di Dusun Juminag merupakan upaya membentuk kesadaran akan pentingnya kemandirian dalam pengolahan, agar terhindar dari dampak negatif yang di timbulkan saat harga jual anjlok. Ada beberapa faktor penyebab yang menjadi kendala yang mengurangi semangat masyarakat untuk mengolah rumput laut. Di antaranya adalah karena olahan mereka tidak mampu terjual, tidak tahan lama, dan belum menemukan jenis pengolahan yang di minati. Dari tiga permasalahan yang di temukan paska di lakukannya FGD di rumah Heros. Pendamping mencoba mencari jalan keluar bersama beberapa masyarakat. Masyarakat Juminag tidak akan percaya sebelum ada bukti keberhasilan, namun pendampingan ini bukan untuk membuktikan siapa yang lebih berhasil, namun berusaha menyadarkan bahwa kita bisa berhasil dengan usahan dan gagal. Pendamping dan beberapa warga yang rela membantu, melakukan experiment pengolahan baru, yang mampu menjawab 3 permasalahan utama yang telah di sebutkan. Adalah pengolahan rumput laut menjadi kerupuk. Kerupuk yang menjadi experiment kami merupakan hasil 78

modifikasi dari kerupuk yang biasa di buat oleh masyarakat Desa Tanjung, utamanya Dusun Juminag. Yaitu kerupuk Oli, kerupuk ini berbahan dasar tepung beras dan tepung terigu. Namun pada experiment kali ini di campurkan bahan baru yaitu rumput laut yang sudah di haluskan. Tidak banyak perubahan dari tampilan kerupuk Oli rasa rumput laut. Kerupuk masih berwarna kuning dan berbentuk bunadar bergelombang. Namun kerupuk modifikasi ini memiliki rasa yang berbeda yaitu muncul rasa asin khas rumput laut dan memberikan sensasi rasa rumput laut yang kuat. Kerupuk ini mempunyai kelebihan yang mampu menjawan 2 dari 3 permasalahan yang telah di sebutkan. Yaitu tahan lama dan di minati masyarakat. Kerupuk ini tahan lama karena bertekstur kering. Makanan kering pada umumnya lebih awet di banding makanan bertekstur basah. Selain itu kerupuk ini di minati masyarakat karena sudah biasa di konsumsi dan bisa di makan sebagi pelengkap lauk. Berkaca dari kebiasaan makan masyarakat yang lebih memilih makanan pelengkap makanan pokok, sehingga metode penggabungan rumput laut dengan kerupuk oli di harapkan dapat menjawab tantangan pemasaran kedepannya. Kerupuk oli rasa rumput laut Berbeda dari pengolahan-pengolahan lain yang pernah di coba. Seperti halnya cendol rumput laut, minuman berbahan dasar rumput laut, bubur dan dodol, yang relative lebih cepat rusak atau kadaluarsa, karena tekstur yang basah. Pendampingan di Dusun Juminag menuai banyak kelemahan, seperti kesulitan pendamping membaur, kurangnya minat masrakat, dana, waktu, dan 79

tenaga. Jika seandainya pendampingan di lakukan dengan waktu dan dana yang mencukupi, maka hasil yang di dapat akan lebih baik dari pencapaian pendampingan kali ini. Masalah waktu menjadi kendala karena timing yang tidak tepat. Karena pada bulan-bulan ini kelompok tani mengalami fakum karena terkendala dana dan berhenti beroprasi sejenak. Sehingga cukup sulit mendekati masyarakat jika tidak berangkat dari stakeholder yang berpengaruh. Pendampingan ini sangat menarik di lakukan, melihat manfaat yang sangat besar, dan menjadi proses belajar yang sangat sempurna bagi kalangan pengembang masyarakat. Dengan melakukan pendampingan di daerfah pesisir kita dapat lebih memahami kehidupan sosial masyarakat pesisir. Pendampingan ini menjadi lebih menarik karena kalangan muda juga tertarik untuk melakukan pengolahan. Salah satunya Eros pemuda asli Juminag yang sadar akan pentingnya pengolahan demi terciptanya ketahanan harga. Pendampingan ini masih membutuhkan keberlanjutan. Sehingga pendamping tidak berhenti sebatas experiment saja, namun masih akan maju ke langkah berikutnya. Perlu inovasi sosial agar tercipta masyarakat yang mandiri, dan terlepas dari belenggu apapun yang akan merugikan mereka. Tidak sedikit masyarakat yang berhenti membudidayakan rumput laut, akibat merasakan pahitnya rugi. Namun masih banyak peminat dan masyarakat yang tidak menyerah dan terus berusaha melestarikan budidaya rumput laut. Salah satu warga yang sudah berhenti membudidayakan rumput 80

laut adalah bapak Endi, seorang bapak dengan satu anak ini berhenti saat mengalami rugi pada tahun 2012, beliau pernah menanam rumput laut hingga 5 ancak. Dan keseluruhannya tidak balik modal. Namun tidak demikian dengan bapak lutfan hakim yang tetap membudidayakan meski hanya 1 ancak saja. Rumput laut Juminag pernah menjuarai tingkat nasional, pada tahun 2011. Dan rumput laut di Dusun Juminag lebih berkualitas dari pada rumput laut di daerah Madura lainnya. Terbukti dengan beberapa daerah menggunakan sampel rumput laut Juminag sebagai sampel yang akan di ajukan pada perusahaan. Kelebihan lain yang di miliki rumput laut adalah tidak adanya biaya perawatan. Hanya membutuhkan biaya penaman dan pemanenan. Sedangkan untuk pengawasan sehari-hari dapat di lakukan saat sedang kembali dari melaut atau saat waktu senggang. Berkah rumput laut tidak hanya di rasakan oleh parapembudidaya saja. Namun di rasakan oleh banyak kalangan. Diantaranya, buruh ikat rumput laut, penjaring rumput laut, ibu-ibu lansia, dan pengusa rumput laut. Buruh ikat biasanya di dominasi oleh kalangan ibu rumah tangga. Mereka mendapat upah Rp1.500 setiap mengikat bibit pada seutas tali sepanjang sekitar 15 meter. Biasanya dalam sehari mereka bisa mengikat bibit sepanjang 225 hingga 300 meter atau setara dengan upah Rp 22.500 hingga Rp 30.000/hari. Sedangkan untuk penjaring rumput laut adalah mereka yang mempunyai jarring yang sudah tidak productif di gunakan menjaring ikan. Mereka 81

meletakkan jaringnya di tengah laut di area sekitar pembudidayaan rumput laut sehingga rumput laut yang lepas dari ancak, terjaring dan bisa di manfaatkan kembali. Untuk ibu-ibu lansia mereka merasakan berkah saat air surut. Mereka membawa bak kosong dan berjalan di sepanjang pinggir pantai, sambil memungut rumput laut yang terbawa ombak ke darat. Budi daya rumput laut telah memberikan manfaat besar bagi perekonomian masyarakat Dusun Juminag. Manfaat ini dapat di tingkatkan lagi jika pengolahan paska panen berjalan dengan baik. Harapan kedepannya semoga masyrakat Juminag mampu dan sadar bahwa potensi mereka masih belum di manfaatkan dengan maksimal. Terimakasih untuk masyarakat Juminag yang telah welcome akan kedatangan pendamping yang ingin belajar bersama. B. Refleksi Keberlanjutan Industri Rumput Laut Dan Kendala Yang Terjadi Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan berbagai pihak, masyarakat, pemerintah (daerah beserta perangkat kerjanya), dan dunia usaha untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang telah dicapai. Singkronisasi berbagai pihak inilah yang akan melahirkan kemandirian, yang mampu menjawab kelemahan dan keberlanjutan proses pendampingan. Adapun Kelemahan dan kendala pendampingan yang telah di lakukan adalah: 82

1. Kurangnya minat dan partisipasi Kegiatan apapun akan hidup jika dan berlanjut jika peminan dan yang berpartisipasi ada atau cukup untuk menggerakkan langkah yang di rencanakan. hal ini bertolak belakang denngan kondisi saat di lakukan pendampingan. Masyarakat kurang berminat untuk ikut dalam hal pengolahan. Mereka lebih memilih yang lebih mudah dan praktis yaitu menjual rumput laut dalam bentuk mentah atau kering. 2. Bentuk produk yang belum sempurna Bentuk produk yang belum sempurna menjadikan produk hasil experiment ini belum layak di pasarkan. Masih butuh beberapa penyempurnaan sepertihalnya, bentuk kerupuk yang tidak sama, ada yang besar da nada yang kecil. Bentuk ini menyebabkan kurang enak di pandang dan kurang menarik. Namun kendala ini mudah untuk di selesaikan. Pada experiment yang akan di lakukan berikutnya telah mengevaluasi dari kekurangan yang telah terjadi, dan akan menghandari kesalahan yang sama. 3. Packing atau pengemasan Packing atau pengemasan menjadi syarat wajib bagi produk yang akan bersaing di pasaran. Karena kebanyakan konsumen lebih memilih tampilan menaring dari pada produk yang tampilannya biasa saja. Selai itu produk yang pengemasannya lebih menarik, memiliki 83

nilai ekonomis yang lebih tinggi. Peacking dan pengemasan masih menjadi masalah karena pendamping belum menemukan toko yang menyediakan plastic bungkus yang pas. Selain itu kendala dalam packing yang telah di coba adalah kurangnya voltase listrik pada saat di lakukan sealer(proses jilid plastik). 4. Marketing Marketing atau yang di kenal dengan penjualan, merupakan kendala yang paling utama. Karena percuma kita bisa melahir produk namun tidak menjualnnya. Kendala ini di sebabkan karena minimnya relasi dengan pihak yang mampu menjual produk. Namun hal ini bisa di atasi dengan pengenalan produk pada public dengan cara penjualan online. Penjualan online mudah di lakukan dan memiliki radius pasar yang luas. Selain itu promosi yang di lakukan dengan cara online relative murah, hanya membutuhkan internet saja. Dari semua kendala yang telah id sebutkan di atas, merupakan kendala bagi keberlanjutan proses pendampingan. Pendapingan ini masih akan berlanjut hingga masyarakat yang di damping mampu bergerak sendiri. Walaupun membutuhkan waktu yang tidak sedikit namun jika di lakukan dengan tekun akan menghasilkan apa yang telah yang di cita-citaka. 84