BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas wilayah 500 ha. Orbitasi, jarak dan waktu tempuh dari desa ke kecamatan, kabupaten dan propinsi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 : Orbitasi, Jarak, dan Waktu Tempuh Desa Cibaregbeg Waktu Tempuh No. Orbitasi Jarak (km) (Jam) 1 2 3 4 1. Ibukota Kecamatan 8,6 0,5 2 Ibukota Kabupaten 24 1,5 3 Ibukota Propinsi 130 3,5 Sumber data : Potensi Desa Cibaregbeg, Tahun 2006 Berdasarkan tabel diatas, jarak tempuh dari desa Cibaregbeg ke ibukota kecamatan selama 0,5 jam dengan jarak 8,6 km, dengan menggunakan ojeg. Jalan yang menghubungkan antara desa dengan ibukota kecamatan kondisinya 3 km aspal, 5,6 km sudah aspal namun sebagian besar dalam kondisi rusak atau berlubang. Lebar jalan 4 m, sehingga untuk lalu lintas kendaraan tidak ada masalah. Selain itu dengan adanya jalan tersebut memudahkan kegiatan komunikasi, arus informasi dan administratif pemerintah desa dengan pemerintah kecamatan. Demikian pula dari segi sosial ekonomi lancarnya lalu lintas secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara geografis desa Cibaregbeg berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Sindangsari 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Girimulya 3. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Karangnunggal
22 4. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sukamaju Desa Cibaregbeg terdiri dari 4 (empat) dusun, yaitu dusun Cibaregbeg, Paminggir, Tugu, dan Rawabuluh. Masing masing dusun mempunyai karakteristik tersendiri, misalnya dusun Tugu dan Rawabuluh sebagian besar masyarakatnya berprofesi petani dan buruh tani. Sedang dusun Paminggir dan Cibaregbeg lebih heterogen, sebagian PNS, TNI/Polri, petani, buruh tani, pedagang, usaha bengkel dan tukang ojeg. Sebagian besar lahan 300 ha atau 60 %, digunakan untuk sawah, 150 ha atau 30 % untuk ladang/tegalan, dan 50 ha atau 10 % untuk pemukiman dan kepemilikan lahan sawah rata-rata penduduk desa 300 m 2 (0.3 ha). Melihat kondisi tersebut, desa Cibaregbeg mempunyai potensial dan alam yang relatif subur untuk persawahan, karena didukung oleh tipologi desa dataran rendah. Selain itu sarana transportasi dan jalannya sudah memadai, ditambah dengan masuknya listrik didesa yang sangat bermanfaat untuk arus informasi dan penerangan dari media cetak maupun elektronik. 4.2. Kependudukan Penduduk Desa Cibaregbeg berdasarkan data potensi Desa Cibaregbeg 2006, berjumlah 6.782 jiwa dengan komposisi 49,93 % atau 3.386 jiwa adalah laki-laki, dan 50,07 % atau 3.396 jiwa perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan Umur dan Jenis kelamin dapat dilihat pada (tabel 3) Berdasarkan tabel komposisi penduduk menunjukan bahwa angka kelahiran baik laki laki maupun perempuan masih cukup tinggi. Namun angka kematian usia balita juga cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat tentang keluarga berencana masih rendah dan pelaksanaan pola hidup sehat yang masih kurang. Diantaranya adalah memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan atau Puskesmas, membawa anak balitanya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi atau apabila mengalami sakit. Dari tabel juga menunjukan bahwa usia non produktif (0 14 dan 55 tahun keatas) penduduk desa Cibaregbeg sebanyak 27,05% dan usia produktif (15 54 tahun) mencapai 72,95%. Penduduk desa Cibaregbeg tidak banyak melakukan migrasi, dan hanya sebagian penduduk terutama wanita dengan menjadi TKW.
23 Tabel 3 : Komposisi Penduduk Desa Cibaregbeg berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. No. Kelompok Jenis Kelamin Jumlah Prosentasi Jiwa Umur Laki - laki Perempuan (%) 1 2 3 4 5 6 1 0-4 320 373 693 10.22 2 5-9 194 213 407 6.00 3 10-14 212 245 457 6.74 4 15-19 357 310 667 9.83 5 20-24 421 396 817 12.04 6 25-29 392 325 717 10.58 7 30-34 315 289 604 8.90 8 35-39 242 277 519 7.65 9 40-44 288 240 528 7.79 10 45-49 270 287 557 8.21 11 50-54 253 286 539 7.94 12 55-keatas 122 155 277 4.09 Jumlah 3386 3396 6782 100 Sumberdata : Potensi desa Cibaregbeg, Tahun 2006 Selanjutnya disampaikan Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada (tabel 4). Tabel 4 : Komposisi Penduduk Desa Cibaregbeg berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Prosentase (%) 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 Belum sekolah Belum tamat SD Tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Sarjana Muda Sarjana 620 5262 235 468 112 60 20 5 9,14 77,59 3,46 6,90 1,65 0,89 0,29 0,08 Jumlah 6.782 100 Sumberdata : Potensi desa Cibaregbeg Tahun 2006
24 Berdasarkan data diatas, tingkat pendidikan penduduk desa Cibaregbeg termasuk dalam kategori sangat rendah yakni 77,59 % belum tamat SD atau 5.262 jiwa dan hanya 6,90% atau 468 jiwa yang tamat SD, sisanya yang tamat SLTP dan SLTA 2,34% atau 172 jiwa, Sarjana Muda dan Sarjana 0,37% atau 25 jiwa. Melihat tingkat pendidikan penduduk desa Cibaregbeg seperti diatas, kondisi tersebut dapat mempengaruhi gerak laju pembangunan dan perkembangan suatu daerah/desa. Hal ini sangat berkaitan Sumberdaya manusia yang merupakan salah faktor percepatan pembanguan khususnya desa Cibaregbeg. 4.3. Sistem Ekonomi 75, 2% 2, 0% 16, 0% 25, 1% 21, 0% 1035, 23% 158, 3% 8, 0% 400, 9% 2845, 62% Petani Buruh Tani TKI/TKW Buruh/swasta Pedagang Pengrajin PNS Sopir Ojeg TNI/Polri Gambar 2 : Persentase mata pencaharian penduduk desa Cibaregbeg Tahun 2006 Berdasarkan gambar diatas, jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani sangat besar, yakni mencapai 62%, atau 2.845 jiwa dan selanjutnya urutan kedua bermata pencaharian sebagai petani 23% atau 1.035 jiwa, TKI/TKW sebesar 9% atau 400 jiwa. Menurut data dan informasi yang diperoleh hasil pertanian di desa Cibaregbeg mengalami penurunan pada 2 tahun terakhir akibat musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga warga mengalami masa masa sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari hari. Dalam kondisi seperti ini kepedulian dan kesadaran dari organisasi lokal dan stakeholder baik formal maupun informal sangat penting untuk meningkatkan produktivitas petani.
25 Selain itu hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan upaya upaya pembinaan, bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pemberdayaan kepada masyarakat. Sasarannya bukan hanya petani tetapi juga pada pihak pihak yang terkait. Kesadaran dan Kepedulian dengan saling membantu dalam kesulitan ini akan berdampak pada usaha terutama petani untuk meningkatkan produktivitas kerja dan hasil pertanian. Hasil pertanian tersebut bukan hanya untuk kebutuhan desa tapi juga dapat dipasarkan keluar desa, sehingga mempunyai nilai tambah dan bernilai ekonomis. 4.4. Kepemimpinan dan sumbernya Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain tersebut bertindak sesuai dengan yang diinginkan. Kepemimpinan merupakan hasil interaksi sosial artinya munculnya seorang pemimpin adalah hasil dari proses masyarakat dalam suatu komunitas atau masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan kelompok. Kepemimpinan yang berpengaruh di Desa Cibaregbeg didasarkan pada posisi/kedudukan dalam masyarakat dan peran serta ketokohannya khususnya tokoh agama. Selain itu status pemimpin dipengaruhi oleh asset atau harta yang dimiliki, pendidikan formal, dan kemampuan yang dimiliki serta dukungan dari kalangan tertentu. Dari sumber sumber kepemimpinan tersebut, muncul pemimpin pemimpin dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda. 4.5. Organisasi Sosial Kemasyarakatan Organisasi sosial formal yang sudah ada adalah pemerintah, desa, LPM, BPD, PKK, MUI dan beberapa Karang Taruna. Selain itu terdapat pula organisasi sosial kemasyarakatan/non formal yang dibetuk berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat yakni kelompok-kelompok Majelis Ta lim/pengajian, koperasi,pasar dan kelompok swadaya masyarakat. Organisasi-organisasi formal dan informal tersebut ada yang sudah berperan sesuai fungsi dan tugasnya dengan baik dan ada yang belum. Peran, fungsi dan tugas organisasi sosial tersebut telah diatur oleh AD/ART dan sistem norma, nilai dan pola hubungan yang menjadi pedoman. Hasil dari FGD menunjukkan bahwa peran dari organisasi lokal masih perlu ditingkatkan dalam konteks pemeberdayaan perempuan untuk membantu bagi calon maupun mantan TKW dan keluarganya untuk memberikan bimbingan
26 dan penyuluhan dan apabila memungkinan membuat kegiatan/program yang mengarahkan pada upaya pemberdayaan khususnya dengan bekerja sama dengan pihak terkait 4.6. Sumber Daya Lokal Sumber daya lokal yang ada di Desa Cibaregbeg adalah berupa lahan atau tanah untuk pertanian yakni mencapai 90% atau 450 ha yang menjadi sumber pertama penghasilan penduduk 10% atau 50 ha untuk pemukiman. Namun sumberdaya manusia berupa tenaga kerja ada terutama yang terampil dan terdidik masih minim, yakni dari jumlah usia kerja baik laki-laki dan perempuan usia kerja (15-54 tahun) mencapai 63,31 % atau 4.633 orang. Dari segi pendidikan sebanyak 58,50% atau 3.968 orang tidak tamat SD dan 6,90% atau 468 orang tamat SD. Hanya 2,54% atau 172 orang tamat SLTP dan SLTA serta 0,37% 25 orang adalah lulusan Diploma/Sarjana. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jumlah angkatan/usia kerja di desa Cibaregbeg sangat tinggi, namun dilihat dari latar belakang pendidikan dan keterampilan sangat minim. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pemerintahan desa, sehingga diperlukan peran aktif dari organisasi/lembaga pendidikan yang ada. 4.7. Masalah Sosial Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan aparat desa serta buku potensi Desa Cibaregbeg, masalah kesejahteraan sosial yang menonjol adalah masalah kemiskinan. Tercatat jumlah warga miskin mencapai 11,05% atau 751 orang. Kemiskinan yang ada di Desa Cibaregbeg disebabkan oleh rendahnya latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh penduduk, sehingga berpengaruh pada jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Usaha yang telah dilakukan untuk membantu warga miskin oleh pemerintah di desa Cibaregbeg adalah melalui Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Asuransi kesehatan untuk keluarga miskin (JPKM Askes Gakin). Pada tahun 2006 Dinas Sosial Kabupaten Cianjur memberikan bantuan kepada keluarga yang berumah tidak layak huni dan penyandang cacat. Untuk berumah tidak layak huni mendapat bantuan permodalan untuk 4 (empat)
27 kelompok. Masing masing kelompok mendapat bantuan dana Rp. 500.000,-. Sedangkan untuk penyandang cacat mendapat bantuan usaha ternak bagi 4 (empat) dusun, masing masing dibantu 15 ekor bebek. Di sisi lain masalah kemiskinan telah ikut menjadi pendorong sebagian warga desa untuk menjadi TKI/TKW ke luar negeri. Bagi mereka menjadi TKW merupakan salah satu solusi yang dianggap mampu memecahkan masalah kemiskinan dalam keluarga. Mereka sudah banyak tahu tentang banyaknya kasus yang menimpa TKW, namun hal tersebut tidak mengurangi minat mereka untuk bekerja ke luar negeri.