PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I B M) PADA KELOMPOK TANI SEKAR ARUM DAN UKM KITA. ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisis data tentang pemberdayaan industri kecil gitar di desa Mancasan

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

IbM PENGUSAHA ABON PINDANG TONGKOL DESA KADEMANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

JOURNAL OF BUSINESS STUDIES

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

IbM INDUSTRI PAVING BLOCK MASYARAKAT PINGGIRAN PERKOTAAN

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA SEI KEPAYANG TENGAH MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

IbM Kelompok Tani Buah Naga

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

IbM Kelompok Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Di Desa Tedunan

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PETANI JAMBU METE

The 7 th University Research Colloquium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

PENGABDIAN MASYARAKAT PADA UMKM BAKSO SAPI


IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

Jurnal INFORMA Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 1 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK USAHA MAKANAN KECIL. Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN: Volume 1 Nomor 6 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai

IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

GUBERNUR SUMATERA BARAT

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

PENINGKATAN KETRAMPILAN AKUNTANSI DAN PEMASARAN KELOMPOK OLAHAN KERIPIK KABUPATEN SEMARANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal ISSN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

IbM PENGRAJIN ROTAN DI KELURAHAN LEMBO

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

GUBERNUR SUMATERA BARAT

TERM OF REFERENCE KEGIATAN DISEMINASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK PENINGKATAN MUTU PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

PENERAPAN IPTEKS. Pemberdayaan Uppks Kelompok Melati Kelurahan Sei Raja Kota Tanjung Balai. Izwar Lubis

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PENETAPAN KINERJA DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAHUN 2015

BAB VI DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN DAN AKSI PERUBAHAN

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

LAPORAN AKHIR PKM-PENGABDIAN MASYARAKAT

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

BAB II DINAS PERINDUSTRIAN PEMERINTAH KOTA MEDAN. pemerintahan kota/kewenangan kota medan, baik di bidang Industri Agro,

PEMBANGUNAN DAN PELATIHAN PENGELOLAAN WEBSITE UNTUK MENDUKUNG PROMOSI KAMPUNG WIRAUSAHA (E-LUN) KELURAHAN SISIR KOTA BATU

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Setia Wardani 1), Ratna Purnama Sari 2), Wibawa 3) 1), 2), 3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

ALAMAT RUMAH: Jalan Taman Kini Balu 3 No. 12 RT 07 RW 02 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang

Atip Nurwahyunani 1), Siti Lestari 2) FPMIPA, Universitas PGRI Semarang FPBS, Universitas PGRI Semarang

PENERAPAN IPTEKS. Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok UPPKS Manalagi Kecamatan Bilah Hulu Labuhan Batu Dengan Menggunakan Oven Serbaguna.

Transkripsi:

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I B M) PADA KELOMPOK TANI SEKAR ARUM DAN UKM KITA Eksa Rusdiyana 1, Rina Febrinova 2, Sri Yunawati 3 1, 2 Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Univ. Pasir Pengaraian 3 Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Univ. Pasir Pengaraian eksarusdiyana@gmail.com Alamat kampus: Jl.Tuanku Tambusai Km 10, Kumu, Rambah, Rambah Hilir, Rokan Hulu, Riau ABSTRACT Kelompok petani karet Sekar Arum di Kecamatan Bangun Purba membudidayakan tanaman karet hanya untuk diambil getahnya saja. Padahal selain menghasilkan getah, tanaman karet juga menghasilkan biji karet. Anggota kelompok tani Sekar Arum belum mengetahui cara memanfaatkan biji karet sebagai bahan pangan maupun kerajinan sehingga biji karet selama ini hanya dibiarkan terbuang di alam. Sementara itu, UKM Kita di Pasir Putih Kabupaten Rokan Hulu telah mampu memanfaatkan biji karet sebagai stik biji karet bika oleh-oleh khas Rokan Hulu. Biji karet cukup sulit diperoleh oleh UKM Kita karena dilakukan dengan cara mengumpulkan sendiri dari kebun-kebun karet petani terdekat. Selain itu UKM Kita dalam mengolah biji karet masih dilakukan secara manual sehingga kapasitas produksinya masih sangat terbatas (5 kg/produksi). Melalui program I b M diharapkan adanya luaran peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani karet Sekar Arum dalam mengolah biji karet sebagai bahan baku stik Bika (untuk UKM Kita) maupun kerajinan yang bernilai ekonomis. Sedangkan luaran pada UKM Kita adalah adanya peningkatan kapasistas produksi (25 kg/produksi), pengemasan yang marketable serta legalitas usaha. Keterkaitan kedua mitra I b M tersebut adalah kelompok tani Sekar Arum berperan sebagai penyedia bahan baku biji karet bagi UKM Kita. Metode pelaksanaan program dilakukan dengan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan serta pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan mitra, serta introduksi teknologi untuk peningkatan kapasitas usaha kedua mitra. Evaluasi program IbM pada mitra kelompok tani Sekar Arum maupun UKM Kita berjalan dengan baik dan disambut peserta dengan antusias, bahkan peserta mampu mengembangkan kreatifitas dari apa yang diberikan oleh tim IbM. Berdasarkan evaluasi dari kegiatan penyuluhan maupun pelatihan IbM, terdapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam memanfaatkan biji karet sebagai bahan pangan dan kerajinan serta peningkatan kapasitas produksi dan legalitas usaha. Kata kunci : Biji Karet, Kelompok Tani Sekar Arum, Stik Bika, UKM Kita 56

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Rokan Hulu memiliki lahan perkebunan karet seluas 56.039 hektar dengan produksi karet mencapai 54.394 ton (BPS Rokan Hulu, 2014). Selain menghasilkan produk utama berupa getah, tanaman karet juga menghasilkan biji buah karet. Menurut Jatiningsih (2012) tanaman karet akan menghasilkan sekitar 5.000 butir biji per hektar per tahun. Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diperkirakan Kabupaten Rokan Hulu dengan luas lahan karet 56.039hektarmenghasilkan biji karet sebanyak 280.000.000 butir biji karet per tahun. Kelompok petani karet Sekar Arum di Bangun Purba merupakan kelompok tani yang usaha utamanya adalah budidaya tanaman karet. Petani selama ini memanfaatkan tanaman karet hanya untuk diambil getahnya saja, sedangkan biji karetnya dibiarkan saja terbuang di alam. Aktifitas nderes (penyadapan) karet umumnya dilakukan setiap 6 hari dalam seminggu, satu hari sisanya digunakan untuk istirahat. Petani mulai beraktifitas nderes karet mulai dari pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Selepas pukul 12.00 WIB kebanyakan petani akan menganggur di rumah. Alasan utama petani enggan memanfaatkan biji karet dikarenakan petani tidak tahu bagaimana memanfaatkan atau mengolah biji karet tersebut, terutama karena biji karet mengandung asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Padahal biji karet bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi yang bisa meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kondisi riil tersebut, permasalahan pokok kelompok tani Sekar Arum belum memanfaatkan biji karet dikarenakan minimnya pengetahuan terkait pengolahan biji karet. Berdasarkan hasil penelitian dari Rusdiyana dan Febrinova (2014) perlakuan dalam pencucian atau perendaman biji karet dengan perlakuan tertentu bisa menghilangkan kandungan asam sianida tersebut. Hal ini bahkan telah diperkuat oleh hasil uji di Laboratorium Teknologi Pangan UGM. Salah satu UKM yang telah memanfaatkan biji karet sebagai bahan 57

Program Ipteks Bagi Masyarakat pangan adalah UKM Kita yang berada di Pasir Putih. UKM Kita memanfaatkan biji karet menjadi produk stik biji karet (stik Bika) yang menjadi brand oleh-oleh khas Kabupaten Rokan Hulu. Setiap minggu, UKM Kita memanfaatkan biji karet sebanyak 5 kg untuk diolah menjadi stik bika dan dipasarkan di toko-toko oleh-oleh maupun warung sekitar. Jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan potensi biji karet yang ada di Rokan Hulu yang belum termanfaatkan. Kendala utama yang dihadapi oleh UKM Kita dalam pengolahan biji karet adalah sistem pengolahan yang dilakukan secara manual. Proses penggilingan untuk melembutkan biji karet dilakukan dengan menggunakan ulekan tangan sehingga proses produksinya berlangsung lama dan hasilnya terbatas. Berdasarkan analisis tersebut, pokok permasalahan yang dihadapi oleh UKM Kita adalah ketiadaan teknologi untuk meningkatkan produktifitas usahanya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi tersebut, maka permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra 1 (kelompok tani Sekar Arum) adalah : (a) Petani belum mengetahui cara memanfaatkan biji karet untuk diolah menjadi produk pangan maupun kerajinan, dan (b) Petani belum memiliki ketrampilan untuk mengolah biji karet menjadi produk pangan maupun kerajinan. Sedangkan permasalahan pada mitra 2 (UKM Kita) adalah : (a) Proses produksi stik biji karet Stik Bika dilakukan dengan cara manual sehingga kapasitas produksinya sangat terbatas. Selain itu UKM Kita kesulitan memperoleh supply biji karet sebagai bahan baku produksi, (b) UKM Kita belum memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dan terdaftar sebagai UKM di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu, (c) Desain kemasan yang masih memerlukan perbaikan guna memenuhi standar kemasan yang direkomendasikan dinas terkait. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan 58

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 kelompok tani Sekar Arum agar mampu memanfaatkan biji karet menjadi bahan makanan (Stik Bika) maupun kerajinan? 2. Upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi Stik Bika dan legalitas usaha UKM Kita? (a) (b) Gambar 1. Identifikasi Permasalahan UKM Kita; (a) Produksi Manual, (b) Desain Kemasan 1.3. Solusi yang Ditawarkan Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa kebutuhan prioritas kelompok tani Sekar Arum adalah pengetahuan dan ketrampilan untuk mengolah biji karet menjadi bahan baku Stik Bika maupun kerajinan. Sedangkan kebutuhan prioritas UKM Kita adalah aspek produksi khususnya di bidang teknologi, desain kemasan produk, serta legalitas usaha. Dari kebutuhan yang berhasil diindetifikasi tersebut selanjutnya dirancang solusi yang akan diterapkan dalam beberapa program berikut: a Penyuluhan untuk memberikan pengetahuan pengolahan biji karet menjadi bahan baku Stik Bika dan kerajinan (handycraft) kepada kelompok tani karet Sekar Arum sehingga biji karet yang melimpah bisa bernilai ekonomis b Pelatihan ketrampilan mengolah biji karet sebagai bahan baku Stik Bika dan kerajinan pada kelompok tani Sekar Arum agar bisa menghasilkan produk yang 59

Program Ipteks Bagi Masyarakat memiliki nilai jual untuk menambah penghasilan petani c Pentingnya memberikan introduksi teknologi khususnya mesin penepung biji karet pada UKM Kita agar mampu meningkatkan produksi stik biji karet d Perlunya pendampingan pada UKM dalam mengurus legalitas UKM agar terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Rokan Hulu e Penyuluhan dan pendampingan dalam perbaikan sistem packaging (kemasan) serta manajemen pemasaran. Dalam kegiatan I b M ini, kelompok tani karet Sekar Arum berpartisipasi aktif sebagai petani produsen biji karet dan pengrajin handycraft berbahan baku biji karet, sedangkan UKM Kita berpartisipasi aktif sebagai pengusaha kuliner yang memanfaatkan biji karet tersebut sebagai bahan baku usahanya. Keterkaitan kedua mitra I b M tersebut adalah kelompok tani Sekar Arum berperan sebagai penyedia bahan baku biji karet bagi UKM Kita. 2. TARGET DAN LUARAN Target luaran nyata yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah: 1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kelompok tani Sekar Arum tentang cara pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku Stik Bika maupun kerajinanyang memiliki nilai jual 2. Terjalinnya kemitraan usaha antara kelompok petani karet Sekar Arum dengan UKM Kita, dimana kelompok tani Sekar Arum menjadi supplier biji karet bagi UKM Kita 3. Stik Bika yang dihasilkan oleh UKM Kita memiliki kemasan yang menarik dan marketable 4. UKM Kita terdaftar di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rokan Hulu 3. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan program IPTEK bagi masyarakat (IbM) Kelompok Tani Sekar Arum dan UKM Kita dilaksanakan mulai bulan Maret Agustus 2016, dan selanjutnya program diteruskan melalui 60

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 pendampingan pasca kegiatan. Tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan di DK 2 SKPC, Kecamatan Bagun Purba (Kelompok Tani Sekar Arum), serta di Fakultas Pertanian UPP dan rumah Ibu Irma Cahyani untuk UKM Kita. Untuk meningkatkan pengetahuan peserta, digunakan metode penyuluhan dengan memberikan materi dan diskusi terbuka antara tim IbM dengan peserta IbM. Materi ditampilkan dengan power point disertai dengan hand out materi dalam bentuk tulisan ringkas yang mudah dipahami oleh peserta. Sedangkan untuk meningkatkan ketrampilan peserta dilakukan dengan memberikan pelatihan dengan cara mempraktekkan materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Peserta pelatihan pada kelompok tani Sekar Arum yang ditetapkan adalah kelompok wanita taninya. Alasan pemilihan wanita tani dikarenakan waktu wanita tani untuk mengikuti kegiatan lebih fleksibel, fokus, dan memiliki waktu luang yang bisa diisi dengan kegiatan pelatihan. Waktu luang inilah yang menjadi salah satu jaminan bahwa kegiatan pengabdian yang diberikan bisa berlanjut. Detail penyuluhan dan pelatihan yang diberikan menyesuaikan dengan kebutuhan dari peserta IbM.Permasalahan prioritas pada mitra kelompok tani Sekar Arum adalah pada aspek pengetahuan dan ketrampilan dalam mengolah biji karet. Sedangkan permasalahan prioritas pada mitra UKM Kita adalah aspek produksi khususnya pada sisi teknologi, kemasan dan manajemen pasar. Untuk menyelesaikan permasalahan prioritas pada mitra pertama tersebut, rancangan metode pelaksanaan program I b M pada kelompok tani Sekar Arum antara lain dilakukan dengan metode berikut: 1. Koordinasi tim I b M dengan kelompok tani Sekar Arum guna mempersiapkan pelaksanaan program. 2. Penyuluhan tentang pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku Stik Bika dan kerajinan.output dari kegiatan penyuluhan ini antara lain untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang manfaat biji karet dan potensi biji karet sebagai bahan baku Stik Bika maupun kerajinan. 61

Program Ipteks Bagi Masyarakat 3. Pelatihan dan praktek pengolahan biji karet menjadi bahan baku Stik Bika 4. Pelatihan dan praktek pemanfaatan biji karet menjadi kerajinan. Dalam pelatihan ini sekaligus diintroduksikan peralatan untuk pembuatan kerajinan 5. Pengenalan dan manajemen jaringan pasar. Pasar untuk biji karet kelompok tani Sekar Arum adalah sebagai bahan baku Stik Bika UKM Kita, sedangkan pasar produk kerajinan biji karet adalah toko-toko penjual souvenir di Kabupaten Rokan Hulu maupun di Pekanbaru. Selain itu pemasaran juga akan dilakukan secara online untuk meningkatkan volume penjualan produk hasil. Alur metode pelaksanaan program I b M pada kelompok tani Sekar Arum tampak dalam Gambar 2. berikut. 1.Koordinasi 2. Penyuluhan manfaat biji karet 3. Pelatihan &Praktek Pengolahan Biji Karet sebagai bahan baku Stik Bika Bahan baku Stik Bika (untuk UKM Kita) Bahan baku yang marketable 4. Pelatihan &Praktek Pengolahan Biji Karet sebagai kerajinan Introduksi peralatan kerajinan kerajinan yang marketable 5.Pemasaran Introduksi jaringan pasar & pasar online Keberlanjutan pasar 6.Pendampingan pasca kegiatan Gambar 2. Alur Metode Pelaksanaan Progam I b M pada Mitra 1 (Kelompok Tani Sekar Arum) 62

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 Sedangkanntuk menyelesaikan permasalahan prioritas pada mitra kedua (UKM Kita), antara lain dilakukan dengan metode berikut: 1. Koordinasi tim I b M dengan UKM Kita guna mempersiapkan pelaksanaan program. 2. Penyuluhan Produksi dan Introduksi mesin penepung untuk meningkatkan produksi Stik Bika. Berdasarkan survei awal, introduksi mesin yang akan dikenalkan ke UKM Kita adalah mesin penepungyang berfungsi menjadikan biji karet mentah menjadi tepung yang siap digunakan untuk membuat Stik Bika. 3. Pendampingan perizinan. Perijinan ke Dinas Kesehatan biasanya akan satu paket dengan kegiatan pembinaan berkaitan dengan pelatihan keamanan pangan, cara produksi pangan yang baik, bahan tambahan pangan, pelabelan dan iklan pangan, label halal, serta standar pelayanan minimal bidang perindustrian. Output dari perijinan ke Dinas Kesehatan adalah diperolehnya sertifikat P.IRT. Sedangkan out put perijinan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah diperolehnya sertifikat TDI (Tanda Daftar Industri) serta sertifikat halal dari MUI. 4. Introduksi manajemen pemasaran Introduksi manajemen pemasaran akan lebih berkaitan dengan bagaimana jaringan UKM Kita dikembangkan guna mendukung perluasan pemasaran produk Stik Bika (termasuk pasar online). Alur metode pelaksanaan program pada UKM Kita tampak dalam gambar 3. berikut. Program Ipteks Bagi Masyarakat 63

1.Koordinasi 2. Penyuluhan aspek Produksi Introduksi mesin penepung Peningkatan Produksi 3.Legalitas UKM Perijinan ke Dinas Kesehatan Rokan Hulu, Halal MUI: Pelatihan keamanan pangan Perijinan ke Dinas Perindusrtian dan Perdagangan Rokan Hulu PIRT, TDI & Halal MUI 4.Kemasan Produk Introduksi teknik pengemasan dan mesin pengemas Kemasan yang marketable 5.Pemasaran Introduksi jaringan pasar (langsung &online) Perluasan pasar Gambar 3. Alur Metode Pelaksanaan Progam pada Mitra 2 (UKM Kita) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Capaian Kegiatan Pengabdian Pada Mitra 1 (Kelompok Tani Sekar Arum) 4.1.1. Penyuluhan Pemanfaatan Biji Karet sebagai Bahan Kerajinan dan Bahan Baku Stik Bika Kegiatan penyuluhan pemanfaatan biji karet menjadi kerajinan dan bahan baku stik bika dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Agustus 2016 mulai pukul 16.00-18.00 WIB bertempat di Rumah Ibu Yulianto (anggota kelompok tani Sekar Arum). Dalam penyuluhan ini dibagi menjadi 3 64

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 sesi yang terdiri atas penyuluhan manfaat biji karet sebagai bahan kerajinan, penyuluhan manfaat biji karet sebagai bahan baku stik bika, serta pemanfaatan biji karet menjadi aneka olahan produk pangan lainnya. Materi disampaikan dalam bentuk power point oleh tim IbM dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh peserta. Antusiasme anggota kelompok tani untuk hadir pada pertemuan pertama ini sangat baik dimana jumlah peserta yang hadir pada penyuluhan ini sebanyak 25 orang ibu-ibu kelompok tani Sekar Arum. Antusiasme peserta dalam penyuluhan juga sangat baik yang ditandai dengan ; (1) keseriusan peserta dalam memperhatikan materi yang diberikan, (2) banyaknya pertanyaan yang diberikan oleh peserta kepada tim IbM, (3) ramainya diskusi antar peserta terkait materi yang disampaikan oleh tim IbM, serta keinginan peserta untuk segera mencoba mempraktekkan materi yang disampaikan. Gambar 4. Penyuluhan Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Bahan Baku Stik Bika dan Kerajinan 4.1.2. Praktek Pemanfaatan Biji Karet sebagai Bahan Kerajinan dan Bahan Baku Stik Bika Berdasarkan pelatihan pertama, agenda pada hari kedua adalah mempraktekkan materi pada pelatihan hari sebelumnya yaitu praktek membuat olahan dan kerajinan dari biji karet. Peserta sangat antusias dimana masing-masing peserta datang dengan membawa biji karet. Dari sosialisasi materi yang diberikan, peserta mengalami perbaikan pengetahuan sehingga sejak saat itu biji karet yang ada di lahan tidak dibiarkan begitu saja, namun dikumpulkan untuk dimanfaatkan. Pada sesi praktek ini, jumlah peserta yang hadir menjadi 30 65

Program Ipteks Bagi Masyarakat orang, bertambah 5 orang dari hari sebelumnya yang tidak bisa hadir. Setelah mempraktekkan pengolahan biji karet menjadi bahan baku stik bika, peserta dikelompokkan menjadi 5 kelompok sesuai dengan jenis kerajinan yang akan dibuat oleh peserta. Kelompok tersebut antara lain: bros biji karet, aneka kerajinan bunga, hiasan dinding, gantungan kunci, serta pensil kreatif. Untuk meningkatkan antusiasme peserta, kegiatan tersebut dilombakan. Dikarenakan keterbatasan waktu praktek, peserta mengusulkan agar masing-masing tim diberikan waktu satu pekan untuk berkresasi sesuai dengan jenis kerajinan yang telah ditentukan. Pada pertemuan selanjutnya, masing-masing tim sudah harus membawa hasil kreasinya. Selain mempresentasiakan hasil kreasinya, pertemuan selanjutnya diagendakan untuk pemberian materi tentang pemasaran produk. Gambar 5. Praktek Pemanfaatan Biji Karet Untuk Bahan Baku Kerajinan 4.1.3. Penyuluhan Tentang Pemasaran Produk Berdasarkan kesepakatan dengan peserta pelatihan, sesi ketiga masing-masing tim membawa hasil praktek membuat kerajinan yang ternyata sangat menarik, hal ini bisa dilihat dari bermacam-macamnya kreasi yang dihasilkan oleh para peserta. Justru pada akhirnya para peserta mampu mengembangkan ide pokok kreasi-kreasi yang telah diberikan oleh tim IbM. Beberapa peserta justru bisa ikut memanfaatkan potensi limbah rumah tangga dan limbah alam untuk mendukung kreasi kerajinan berbasis biji karet tersebut. Pada pelatihan pemasaran dan jaringan, kegiatan ini bermitra dengan pemerintah desa, bahkan secara khusus 66

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 BPD juga menjalurkan kreatifitas kelompok tani ini untuk bermitra dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Rokan Hulu. Salah satu bentuk pemasaran produk kerajinan yang telah dihasilkan dilakukan melalui showroom Dekranasda yang berada di kios Pasar Modern Pasir Pengaraian. Bahkan kelompok tani telah memiliki rumah produksi yaitu di rumah Yulianto, yang sekaligus sebagai sekretariat pusat kerajinan karet SKPC. Saat ini secara online, kelompok tani sudah berusaha mempromosikan hasil kerajinannya meskipun masih sebatas menggunakan media Whatts App dan facebook. (a) (b) Gambar 6. (a) Penyampaian Materi Pemasaran dan (b) Pemanfaatan Media Untuk Pemasaran Produk Kerajinan Gambar 7. Hasil Kreasi Kerajinan Berbasis Biji Karet Kelompok Tani Sekar Arum 67

Program Ipteks Bagi Masyarakat 4.1.4. Pendampingan dan Keberlanjutan Kegiatan Meskipun kegiatan inti telah selesai dilaksanakan, keberlanjutan usaha ini diharapkan masih terus berjalan dengan pendampingan dari tim IbM. Bahkan secara khusus kegiatan ini telah difasilitasi oleh Bapak Muhammad (Ketua BPD) untuk bermitra dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Rokan Hulu dalam pengembangan kegiatan lebih lanjut. Selain itu, keberlanjutan dari usaha kelompok tani Sekar Arum juga didukung oleh pemerintah desa setempat yang pada tahun ini menganggarkan dan memasukkan unit kerajinan biji karet kelompok tani Sekar Arum sebagai salah satu dari tiga usaha kreatif masyarakat. Support dana pemerintah desa sebesar Rp 10.000.000,00 digunakan sebagai tambahan modal bagi kelompok tani Sekar Arum untuk meningkatkan skala usaha kerajinan berbasis biji karet. Struktur unit usaha kerajinan berbasis biji karet saat ini diketuai oleh Ibu Dian dan Ibu Sunarni (Ibu Kepala Desa) serta didampingi oleh Bapak Muhammad (Unsur BP D). Sembari terus melanjutkan unit usaha yang telah terbentuk, saat ini sekretariat dan show room kelompok tani Sekar Arum menempati rumah Bapak Yulianto. Gambar 8. Diskusi Pengembangan Unit Usaha Kerajinan Biji Karet Kelompok Tani Sekar Arum Bersama MUSPIKA Bangun Purba 68

Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 4.2 Capaian Kegiatan Pengabdian Pada Mitra 2 4.2.1. Eksplorasi Permasalahan Pokok UKM Diskusi lanjutan dengan Ibu Irma Cahyani selaku pemilik UKM Kita yang dilaksanakan pada Senin, 8 Juni 2016 mengplorasi beberapa permasalahan pokok UKM antara lain: 1 Dinamika kegiatan UKM Dinamika UKM antara lain adalah adanya perubahan struktur UKM yang awalnya dilakukan oleh 3 orang menjadi mandiri yaitu Ibu Irma Cahyani. Sedangkan 2 orang lainnya fokus pada kegiatan snack / jajanan pasar. Hal ini sebagaimana yang sering dialami oleh UKM pada umumnya yaitu karena permasalahan fluktuasi pendapatan (produksi) maupun fokus dari masing-masing pengelola UKM untuk mengelola UKM itu sendiri. Pada akhirnya Ibu Irma Cahyani yang tetap fokus untuk tetap mengembangkan stik bika 2 Kapasitas produksi Teknologi pengolahan biji karet yang masih menggunakan tenaga manual direncanakan ditingkatkan dengan menggunakan (introduksi) mesin penepung sederhana yaitu blender kering. Namun dalam uji coba introduksi alat tersebut, ternyata proses penepungan biji karet mengubah tekstur biji karet yang diinginkan. Secara tekstur, biji karet dalam bentuk tepung sangat berbeda dengan biji karet yang dihaluskan secara manual. Hal ini sangat berpengaruh pada tekstur adonan maupun rasa stik bika yang dihasilkan. Selain itu Ibu Irma Cahyani masih menghendaki adanya tekstur kulit ari biji karet sebagai ciri khas stik bika tersebut (mempertahankan ciri khas produk yang selama ini sudah ada). Kondisi riil di lapangan ini pula yang menjadi sebuah PR agar introduksi mesin penepung yang direncanakan cenderung diubah ke introduksi mesin penggilas biji karet sehingga tetap mempertahankan keberadaan kulit ari maupun kemurnian rasa biji karetnya. 3 Desain kemasan 69

Program Ipteks Bagi Masyarakat Evaluasi dari kemasan yang selama ini sudah dimiliki oleh UKM Kita antara lain meliputi: a. Secara umum kemasan stik bika sudah informatif untuk menjelaskan identitas produk stik bika secara umum. b. Izin Dinas Kesehatan dan PIRT belum dicantumkan karena UKM belum terdaftar atau belum teregistrasi di Badan Perizinan dan Pelayanan Terpadu Rokan Hulu c. Gambar Gerbang Kompleks Bina Praja akan diganti dengan Tugu Ratieh Togak sebagai identitas khas Rokan Hulu. Jurnal Sungkai Vol.4 No.2, Edisi Agustus 2016 Hal :56-72 Gambar 8. Kemasan Stik Bika Saat Ini d. Kemasan selama ini masih berupa stiker atau kertas print yang ditempelkan di dalam plastik kemasan. Pasca kegiatan pengabdian tulisan dan identitas produk akan disatukan dalam plastik cetak. 4.2.2. Pendampingan Pengurusan Izin Dan Legalitas UKM Salah satu permasalahan UKM dalam mengurus izin usaha antara lain kurangnya informasi terkait mekanisme pengurusan legalitas. Informasi yang tidak lengkap dan tepat seringkali menjadikan UKM salah dalam memperoleh informasi. Hal ini pula yang dialami oleh UKM Kita dimana untuk pengurusan izin legalitas usaha dibanderol dengan biaya Rp 2.000.000,00 (dua juta 70

rupiah). Melalui pendampingan legalitas usaha, program pengabdian ini mendampingi untuk pengurusan izin ke Badan Perizinan dan Pelayanan Terpadu dan ternyata hanya dibanderol dengan biaya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Adapun formulir pendaftaran legalitas usaha telah diajukan dan masih menunggu proses kunjungan dinas. Pasca turunnya surat legalitas usaha, harapannya UKM Kita bisa melanjutkan ke legalitas produknya sebagai oleh-oleh khas Riau ala Rokan Hulu. 5. Penyuluhan tentang manajemen pemasaran Setelah perizinan selesai, tim pengabdian beserta UKM Kita telah mendiskusikan beberapa hal yang menjadi strategi untuk proses pengakuan maupun legalitas stik bika sebagai oleh-oleh khas Riau antara lain dilakukan dengan kegiatan: relaunching produk dengan kemitraan media massa, peningkatan kapasitas produksi agar semakin luas pendistribusiannya, penyempurnaan kemasan serta penguatan kapasitas manajemen pengelolaan UKM. (a) (b) Gambar 8. (a) Pendampingan Legalitas Usaha dan (b) Introduksi Mesin Penepung 71

Program Ipteks Bagi Masyarakat 5. Evaluasi Program IbM Evaluasi dalam pelaksanaan program IbM yang telah dilaksanakan ini antara lain: a Pentingnya peningkatan koordinasi dari awal dengan Dekranasda, Pemerintah Desa serta Kecamatan agar kegiatan yang dilaksanakan bisa berjalan sinergis dengan program pemerintah. Dalam kegiatan IbM ini sinergisitas dengan pejabat terkait sudah dilaksanakan namun masih perlu ditingkatkan sampai dengan pelaku teknis di lapangan. b Apresiasi dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah khususnya pemerintah desa perlu pembinaan yang lebih intens dari tim IbM, dan tidak menutup kemungkinan pengembangan program akan menjadikan DK2 SKPC sebagai sentra kerajinan berbasis olahan biji karet. c Perlunya menitikberatkan kelanjutan pendampingan terutama pada aspek: (1) pada mitra 1 (kelompok tani) adalah pembentukan struktur unit usaha yang akan menaungi kelompok wanita tani Sekar Arum dan ini akan dilanjutkan dengan pembentukan UKM Kareta Craft agar bisa terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Rokan Hulu. Selain itu, penguatan pada aspek jaringan pemasaran agar produksi yang dilakukan oleh peserta bisa terus berkelanjutan. MoU dengan Dekranasda agar produk kelompok tani bisa diikutkan dalam pameran-pameran menjadi hal strategis yang diharapkan bisa tercapai. Sedangkan pada mitra 2 (UKM Kita) masih akan terus melanjutkan proses perijinan UKM Ke Dinas Koperasi dan UKM, DINKES, Halal, yang jika sudah beres akan dilanjutkan pada aspek perbaikan kemasan. Selain itu introduksi mesin penepung/penggilas akan menjadi program lanjutan dari kegiatan pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA BPS Rokan Hulu. 2014. Rokan Hulu dalam Angka. BPS Rokan Hulu. Rokan Hulu Jatiningsih, Ida. 2012. Buku Panduan Cerdas Mengolah Biji Karet. UGM. Tidak dipublikasikan Rusdiyana, Eksa dan Febrinova, Rina. 2014. Uji Karakteristik Biskuit dari Biji Karet. Laporan Hasil Penelitian Mandiri tidak dipublikasikan. 72