HUBUNGAN FREKUENSI SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DAN NADI PADA LANSIA HIPERTENSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KALIJAMBE SRAGEN ARTIKEL. Oleh : DWI SULASTRI NIM: ST.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

PENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

MANFAAT SENAM TERA TERHADAP KEBUGARAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman sekarang ini tingkat pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA LEYANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

PENGARUH BERMAIN BANANA BOAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA REMAJA DI AREA WISATA PANTAI BANDENGAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN SENAM ANTI STROKE DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD Dr. TJITROWARDOJO. Disusun Oleh : AYU GITA SWARI, S.Kep

PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH ANTARA POSISI DUDUK DAN BERBARING PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak


BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI WREDA PENGAYOMAN PELKRIS DAN PANTI WREDA OMEGA SEMARANG

204 Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU di KABUPATEN DEMAK

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGI DENGAN TERAPI MUSIK

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

TOUCH THERAPY PADA KAKI DENGAN ESSENSIAL OIL LAVENDER DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA USIA TAHUN

Isesreni *, Aida Minropa

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

Transkripsi:

HUBUNGAN FREKUENSI SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DAN NADI PADA LANSIA HIPERTENSI I Wayan Agus Setiawan 1, Yunani 2, Eni Kusyati 3 STIKES Karya Husada Semarang agus_zetyawan@yahoo.com, yunani.sururi@yahoo.com, kusyatieni.@yahoo.co.id Abstrak Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang muncul oleh karena interaksi berbagai faktor. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Terapi dengan obat bisa dilakukan dengan pemberian obat anti hipertensi, sedangan untuk terapi tanpa obat bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, dari berbagi macam olah raga yang ada salah satu olah raga yang dapat dilakukan yaitu olah raga senam lansia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah dan nadi pada lansia hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading. Metode penelitian menggunakan penelitian kuatitatif dengan pendekatan analitik dan desain penelitian menggunakan pendekatan Case Control. Sampel penelitian adalah lansia hipertensi. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden. Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara mempertimbangkan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Instrumen Penelitian menggunakan Sfignomanometer, Stopwatch dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mengetahui ukuran tendency central dan Analisis Bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah dan nadi pada lansia hipertensi. Kata Kunci : Senam lansia, tekanan darah, nadi, lansia, hipertensi 229

PENDAHULUAN Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative missal, hipertensi, arteriosklerosis, diabetes mellitus, dan kanker (Nurrahmani, 2012). Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang muncul oleh karena interaksi berbagai faktor. Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45 55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsurangsur menyempit menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Anggaraini, 2009). Prevalensi kasus hipertensi esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Kebanyakan penderita hipertensi itu berada di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan dengan prevalensi 31% vs 23,7%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya kesadaran, pengetahuan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan prilaku hidup yang tidak sehat (Dinkesjatengprov, 2010). Tekanan darah tinggi dianggap mempertinggi faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK) karena tekanan darah yang meninggi akan merusak dinding pembuluh nadi dan mempercepat proses penebalan (aterosklerosis) serta mempersempit pembuluh-pembuuh nadi. Beberapa studi terakhir ini menunjukan bahwa kombinasi antara terapi tanpa obat (non-farmakoterapi) dengan obat (farmakoterapi) tidak hanya menurunkan tekanan darah, namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik. Terapi dengan obat bisa dilakukan dengan pemberian obat anti hipertensi, sedangan untuk terapi tanpa obat bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, dari berbagi macam olah raga yang ada salah satu olah raga yang dapat dilakukan yaitu olah raga senam lansia (Armilawati, 2007). Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olah raga senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karna melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh ( Suroto, 2004). Berdasarkan penelitian Dewi Oktavia (2012) didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan yoga. Menurut penelitian Istifa Hikmaharidha (2010) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna tekanan darah sistolik (p=0,02) dan diastolic (p=0,03) antara kedua kelompok... METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan penelitian kuatitatif dengan pendekatan analitik dan desain penelitian menggunakan pendekatan Case Control yang bertujuan untuk mencari hubungan frekuensi senam lansia dengan tekanan darah dan nadi. Penelitian dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading pada bulan Februari 2014. Sampel penelitian adalah lansia hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading, dengan kreteria inklusi sebagai berikut : 1). lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading; 2). lansia yang berjenis kelamin wanita; 3). lansia yang berumur 60-75 tahun; 4). bersedia menjadi Responden, 5). mengikuti senam lansia selama. Kriteria eksklusi sebagai berikut : 1). lansia yang sakit; 2). lansia yang memerlukan perawatan 230

total care; 3). lansia dengan hipertensi berat dan maligna. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden. Teknik sampling menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara mempertimbangkan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Instrumen Penelitian menggunakan Sfignomanometer untuk mengukur tekanan darah yang sudah dilakukan kalibrasi, Stopwatch digunakan untuk mengukur denyut nadi dan Lembar observasi digunakan untuk mengukur frekuensi senam lansia. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengukur frekuensi senam lansia dan melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali dan nadi kepada responden. Analisis data menggunakan analisis univariat untuk mengetahui ukuran tendency central dari variabel frekuensi senam, tekanan darah dan nadi dalam bentuk mean, median modus. Analisis Bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Frekuensi Senam Lansia Frekuensi senam lansia pada Lansia Hipertensi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Rerata Frekuensi Senam Lansia pada Lansia Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Bulan Februari 2014 Variabel N Me an Medi an SD Mi n M ax Frekuensi senam 32 3,38 3,0 1,497 1 5 Tabel 1 menunjukkan rata-rata frekuensi senam lansia sebesar 3,38 kali, median sebesar 3 kali dan standar deviasi sebesar 1,497. Frekuensi senam lansia terendah adalah 1 kali dan frekuensi senam lansia tertinggi adalah 5 kali. Frekuensi senam lansia rata-rata sebanyak 3x/minggu yang dilakukan oleh lansia sudah cukup baik. Latihan fisik seperti senam yang teratur dapat membantu mencegah keadaan atau penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once, 2011). Senam sangat dianjurkan untuk dilakukan bagi mereka yang memasuki usia pra lansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Senam yang dilakukan sangat bermanfaat dalam menghambat proses penuaan (degeneratif). Lansia yang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness, dan neuromuscular fitness. Apabila lansia melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Senam lansia juga dapat meningkatkan fungsi organ tubuh yang berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh (Suroto, 2004). b. Tekanan Darah Hasil pengukuran tekanan darah dengan pada lansia diperoleh data sebagai berikut: 231

Tabel 2 Rerata Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Bulan Februari 2014 Tekanan Darah N Me an Med ian SD Min Ma x Sistolik 32 158 149 20,0 135 199 Diastolik 32 87 85 8,63 74 112 Tabel 2 menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi 158 mmhg, median sebesar 149 mmhg dan standar deviasi sebesar 20,00. Tekanan darah sistolik terendah 135 mmhg dan tekanan darah sistolik tertinggi 199 mmhg. Hasil pengukuran rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi sebesar 87 mmhg, median sebesar 85 mmhg dan standar deviasi sebesar 8,63. Tekanan darah diastolik terendah 74 mmhg dan tekanan darah diastolik tertinggi 112 mmhg. Hasil pengukuran tekanan darah pada lansia menggambarkan bahwa rata-rata dari tekanan darah sistolik sebesar 158 mmhg yang merupakan hipertensi sedang (stadium 1). Hasil pengukuran tekanan darah diastolik pada lansia menggambarkan bahwa rata-rata dari tekanan darah diastolik sebesar 87 mmhg yang merupakan hipertensi perbatasan. Hipertensi yang dialami responden dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas olahraga, mengkonsumsi garam dapur, obesitas dan stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin dan keturunan (genetik) (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). Lansia dapat terkena hipertensi akibat penurunan fungsi organ pada sistem kardiovaskuler, katub jantung menebal dan menjadi kaku, serta megalami penuruanan elastisitas dari aorta dan arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004). selain itu, terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat (Gunawan, 2009). Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuuh perifer mengakibatkan perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah (Gunawan,2009). Salah satu faktor yang bisa mengakibatkan terjadinya tekanan darah meningkat pada lansia yaitu karana faktor kurangnya melakukan aktifitas fisik seperti berolah raga secara teratur. (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). Kurangnya latihan aktivitas fisik seperti senam, juga bisa mengakibatkan hipertensi dikarenakan terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih berkurang. Kurangnya latihan aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi (Giriwijoyo, 2007). c. Nadi Pengukuran nadi pada lansia hipertensi diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Rerata Nadi pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Bulan Februari 2014 Variab N Mea Medi SD Mi Ma el n an Nadi 32 84 84 5,1 6 n x 70 95 232

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nadi pada lansia hipertensi sebanyak 84 x/menit, median 84 x/menit dan standar deviasi sebesar 5,16. Nadi terendah adalah 70 x/menit dan nadi tertinggi adalah 95 x/menit. Hasil pengukuran nadi pada lansia didaptkan rata-rata dari nadi sebesar 84 x/menit, hasil pengukuran ini menggambarkan bahwa rata-rata denyut nadi para lansia termasuk normal (waktu istirahat). Denyut nadi merupakan irama dari detak jantung yang dapat diraba pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada penelitian ini pengukuran denyut nadi dilakukan pada nadi radialis. Pada jantung manusia normal, tiaptiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila seseorang telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Frekuensi denyut pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Frekuensi Senam Lansia dengan Tekanan Darah Hubungan frekuensi senam lansia dengan tekanan darah pada lansia hipertensi menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4. Analisis korelasi Frekuensi Senam Lansia dengan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Bulan Februari 2014. Tekanan Darah r p Value Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik -0,687 0,000-0,626 0,000 Hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah sistolik menunjukan hubungan yang kuat (r = -0.687) dan berpola negative artinya semakin tinggi frekuensi senam lansia, maka semakin rendah tekanan darah sistoliknya. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah sistolik (P= 0.000) Hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah diastolik menunjukan hubungan yang kuat (r =.625) dan berpola negative artinya semakin tinggi frekuensi senam lansia, maka semakin rendah tekanan darah diastoliknya. Hasil uji statistic didapatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah diastolik (p value= 0.000). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic (p= 0,000). 233

Menurut Veronique dan Robert (2005) menyimpulkan bahwa olah raga dapat diterapkan sebagai manajemen hipertensi bukan hanya untuk pencegahan tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012) yang menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara senam lansia dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi. Senam lansia yang dilakukan berulang-ulang (frekuensi tinggi), maka lama-kelamaan penurunan tekanan darah akan berlangsung lama. Itulah sebabnya latihan aktivitas fisik senam yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah senam lansia dengan intensitas sedang. Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan (Rigaud,2006). Olah raga memberikan pengaruh pada sistem kardiovaskuler (peredaran darah) untuk memperbaiki kemampuannya. Lebih banyak pembuluh darah (saluran darah kecil) dibentuk dalam jaringan yang aktif untuk memperbaiki penyediaan makanan dan oksigen, dan gerak badan membakar habis lemak berlebihan dalam system dan menghambat kandungan lemak di pembuluh, sehingga mengurangi resiko thrombosis (Hardjana, 2000). Latihan juga telah diketahui dapat meningkatkan HDL, yang pada gilirannya membantu proses metabolisme dan menurunkan kadar LDL (Brunner dan Suddarth, 2001). Senam lansia yang terdiri dari latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan yang mana gerakan-gerakan didalamnya juga bertujuan untuk menurunkan kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem syaraf perifer (autonom nervous system) terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. ( Hardjana, 2008). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia. b. Hubungan Frekuensi Senam Lansia dengan Nadi Hubungan frekuensi senam lansia dengan nadi pada lansia hipertensi menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5. Analisis Korealsi Frekuensi Senam Lansia dengan Nadi pada Lansia Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Bulan Februhari 2014. Variabel r p Value Nadi -0.394 0.026 Hubungan frekuensi senam lansia terhadap nadi menunjukan hubungan yang sedang (r = -0.394) dan berpola negativ yang berarti semakan tinggi frekuensi senam lansia, maka semakin rendah denyut nadi. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi senam lansia terhadap nadi (p value = 0.026). Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara frekuensi senam lansia dengan nadi pada lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan 234

penelitian yang dilakukan oleh Tintin (2006) yang menyebutkan ada pengaruh latihan senam tera terhadap peningkatan kebugaran yang ditunjukkan dengan penurunan nadi istirahat. Kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen, menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk dapat memompa darah dalam jumlah tertentu seperti sewaktu sebelum berolahraga teratur (Sherwood, 2006). Terdapat hubungan langsung antara peningkatan pemasukan oksigen saat mengerahkan tenaga dengan peningkatan denyut jantung. Denyut jantung meningkat pada saat tubuh meakukan aktivitas lebih dan pemafasan juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada metabolisme tubuh. Pada prinsipnya semakin rendah kecepatan denyut jantung waktu istirahat, maka semakin baik bentuk jantung. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung waktu istirahat harus menurun (Powell, 2004). Peningkatan denyut jantung selama aktivitas fisik dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik dimulai dari pusat pengatur kardiovaskuler di medulla yang kemudian dijalarkan melalui SNS dan parasimpatetik nerves system pada ANS. Ketika cardioaccelerator nerves distimulus, katekolamin (epinefrin dan non epinefrin) dilepaskan. Hormon ini memacu depolarisasi sinus node, yang menyebabkan denyut jantung lebih kencang (Bullok et al, 2004). Rangsangan pada sistem saraf simpatis meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung dan menaikkan kekuatan pemompaan (Guyton & Hall, 2005). Hasil penelitian ini didapatkan, frekuensi senam lansia turut berpengaruh terhadap penurunan denyut nadi waktu istirahat. Semakin rutin frekuensi senam dilakukan, maka denyut nadi akan mencapai kestabilan pada waktu istirahat. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan frekuensi senam lansia terhadap tekanan darah dan nadi pada lansia hipertensi. Frekuensi senam lansia yang dilakukan secara rutin dapat menurunkan tekanan darah dan nadi pada lansia hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka. Armilawati, Amalia H. Amiruddin. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kejadian Epidemiologi. Ujung Pandang: FKM UNHAS. Adif. M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Megatasi Hipertensi, Jantung, dan Strok. Yogyakarta: D loka grafika. Darmojo. B dan Martono H. 1999. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : FKUI. Dalimartha, Setiawan. (2008). Care Yourself, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus. Haynens, B.R. (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia. Kusyati Eni, Dkk. (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EDC Hikmaharidha, Istifa. (2010). Pengaruh Senam Thai Chi Terhadap Tekanan Darah Wanita Berusia 50 Tahun Ke Atas. Liana merry. 2012. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. http://merrycreations.blogspot.com/2012/02/pengu kuran-denyut-nadi.html. diakses pada tanggal 8 November 2013. Muffichatum, 2006. Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan Produktivitas Kerja pada pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji 235

Dororejo Batang. http://digilib.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013. Masjoer, Arif. (20001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Ausculopius. Nurrahmani, Ulfah. (2012). Stop Hipertensi. Yogyakarta: Familia. Nugroho Wahyudi. 2012. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Oktaviani, Devi. (2012). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Panti Wreda Pengayon Pelkris dan Panti Wreda Omega Semarang Purwo, Rizquni. 2010. Mengidentifikasi pola nadi. http://smartnurse.blogspot.com/2010/01/mengide ntifikasi-pola-nadi.html. diakses pada tangal 15 november 2013. Padmawinata.(2006). Cara Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Nuha Medika Sheps, S. G. (2005). Mayor Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama. Smeltzer, S & G. Bare (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3. Jakarta: EDC Suroto. (2004). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika. Siti Partini Suardiman. DIY: Propinsi Lansia.. http://www.depkes.go.id Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EDC. Tapan, Erik. (2004). Penyakit Ginjal dan Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputino. 236