Isesreni *, Aida Minropa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Isesreni *, Aida Minropa"

Transkripsi

1 PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI RW II, RW XIV, DAN RW XXI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG TAHUN 2011 Isesreni *, Aida Minropa ABSTRAK Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingginya kejadian hipertensi lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Penelitian ini menggunakan desain pretest posttest design yang dilakukan dari tanggal 3 September 1 Oktober Pengambilan sampel digunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel yang sudah memenuhi kriteria sampel dengan jumlah 30 responden. Analisis dilakukandengan menggunakan program komputer dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini tekanan darah lansia hipertensi sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmhg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmhg karena disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin meningkat pula termasuk penyakit hipertensi. Setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmhg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah 160 mmhg. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 (P<0,05) sehingga Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi setelah dilakukan senam lansia. Lansia yang mengalami hipertensi diharapkan melakukan latihan senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Dan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan produktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci : tekanan darah, lansia, hipertensi Alamat Korespondensi Isesreni, M.Kep Aida Minropa, SKM Dosen STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp

2 PENDAHULUAN Menua atau usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan mempertahankan fungsi normal tubuh sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Wahyudi, 2000:12). Menjadi tua adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita semua, namun tidak ada pengaruh terhadap penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan (Stenley & Beare, 2000:4). Pertumbuhan penduduk lanjut usia meningkat secara cepat pada tahun 2000 yaitu sekitar 14,4 juta orang. Pada tahun 2005 kondisi komposisi penduduk Indonesia telah berubah yang menjadikan penduduk lansia mencapai 7%. Sedangkan ramalan pihak badan kesehatan dunia WHO penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebabkan jumlah penduduk terbesar di dunia (Subagio, 2008). Menurut Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia orang (5,45%) maka pada tahun juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (6,22 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Depsos, 2007). Dengan meningkatnya usia harapan hidup ini maka berdampak terhadap penyakit degeneratif seperti hipertensi. Ini dapat dilihat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia, pada perubahan fisik terjadi perubahan kardiovaskular, akibat perubahan kardiovaskular ini mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi pada lansia (Maryam, 2008:55). Penyakit darah tinggi atau hipertensi pada lansia adalah penyakit dimana tekanan darah batas atas (systole) lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah bawah (diastole) lebih dari 90 mmhg (Maryam, 2008:192). Banyak orang beranggapan bahwa terdapat banyak keluhan dan tanda-tanda hipertensi, padahal tidak demikian. Hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda yang khas, karena itulah disebut sebagai silent killer. Bahkan fakta membuktikan bahwa satu dari empat penderita tidak mengetahui jika mereka menderita hipertensi. Karena itu penyakit ini cukup mengancam jiwa. (Dewi & Familia, 2010:31). Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Miruddin, 2006). Agar aliran darah menjadi lancar, perlu dilakukannya olahraga atau latihan fisik. Salah satu olahraga yang bisa dilakukan lansia adalah senam lansia. Senam lansia dibuat oleh Mentri Negara Pemuda dan Olahraga merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahya semakin bertambah, sehingga perlu kiranya diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan terukur (Menpora, 2000). Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya (Maryam, 2008:32).

3 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada januari-oktober 2010, puskesmas Kuranji berada pada urutan pertama jumlah lansia yang mengalami hipertensi yaitu sebanyak 1610 lansia, urutan kedua puskesmas Air Dingin sebanyak 1379 lansia, urutan ketiga puskesmas Belimbing sebanyak 1265 lansia, sedangkan puskesmas Nanggalo berada pada urutan keempat sebanyak 356 lansia, namun pada tiga bulan terakhir (Agustus, September, Oktober), puskesmas Nanggalo ini mengalami peningkatan dibandingkan puskesmas Kuranji, puskesmas Air Dingin, dan puskesmas Belimbing. Pada puskesmas Kuranji bulan agustus sebanyak 146 lansia, September 127 lansia, dan oktober 133 lansia. Pada puskesmas Air Dingin bulan agustus sebanyak 157 lansia, September 143 lansia, oktober 147 lansia. Di puskesmas Belimbing bulan agustus sebanyak 124 lansia, September 124 lansia, oktober 92 lansia. Sedangkan di puskesmas Nanggalo pada bulan agustus sebanyak 70 lansia, September 123 lansia, oktober 163 lansia. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di Puskesmas Nanggalo Padang pada tanggal 19 November 2010, diperoleh jumlah lansia yang mengalami hipertensi pada Januari Oktober 2010 yaitu wilayah Surau Gadang sebanyak 143 orang (14,3%), untuk wilayah Gurun Lawas sebanyak 80 orang (8%), sedangkan untuk wilyah Kurao Pagang sebanyak 133 orang (13,3%). Jumlah lansia yang mengalami hipertensi pada Januari Oktober 2010 banyak terjadi di RW II, RW XIV, dan RW XXI dengan jumlah 49 responden, dan sering dilakukan senam lansia yang dilakukan rutin 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu, sabtu, dan minggu. Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun METODE PENELITIAN Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 yang berjumlah 30 responden Sampel dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 sebanyak 49 responden namun hanya 30 responden yang telah memenuhi kriteria sebagai sampel, yaitu sebagai berikut : Kriteria inklusi adalah sampel yang layak untuk diteliti, yaitu : 1) Bersedia menjadi responden. 2) Responden berada di tempat pada saat dilakukan penelitian 3) Responden sedang mengalami peningkatan tekanan darah Teknik pengambilan sampel ini menggunakan Teknik total sampling, lansia hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia dan sesudah dilakukan senam lansia. Responden yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan sebagai kelompok responden penelitian setelah menyetujui lembar persetujuan (informed concent) yang diajukan peneliti dan dijelaskan maksud dan tujuan dilakukan penelitian tersebut kepada responden. a. Analisis univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia dengan menganalisis nilai-nilai tendensi kontrol (mean,

4 median) dan nilai-nilai varian (nilai minimum, maksimum, dan standar deviasi). b. Analisis bivariat Analisis yang dikumpulkan berupa nilai tes pertama dan kedua. Tujuan peneliti adalah membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan, Analisa ini digunakan untuk membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan dengan menggunakan uji t dependen. Sebelum dilakukan uji t dependen, terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas sebaran data. Setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan sebaran data yang tidak normal, hal ini disebabkan oleh terdapatnya data yang ekstrim sehingga sebaran data menjadi bervariasi. Ini terlihat dari nilai p untuk tekanan darah pretest sebesar 0,000 dan tekanan darah postest 0,011, sedangkan data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka sesuai dengan ketentuanya jika sebaran data tidak normal maka data harus menggunakan uji Wilcoxon melalui program komputerisasi. Uji A. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia. statistik ini melihat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi pada derajat kemaknaan p=0,05. Apabila p- valeu<0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna atau Ha diterima dan Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Sepember sampai dengan 1 Oktober 2012 pada lansia hipertensi yang berada di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jumlah sampel yaitu sebanyak 30 responden yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu dua orang teman yang telah disamakan persepsi tentang cara mengukur tekanan darah. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia dan sesudah dilakukan senam lansia. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi. komputerisasi maka didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan program

5 Tabel 1 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam lansia (mmhg) F % , ,3 Jumlah Dari analisa univariat pada tabel 1 dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 150 mmhg sebanyak 14 responden (46,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 170 mmhg sebelum dilakukan senam lansia. Setelah didapatkan hasil penelitian diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol dari tekanan darah sistolik sebelum dilakukan senam lansia atau tekanan darah pretest yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 2 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Sebelum Melakukan Senam Lansia Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum 147, ,885 7, Dari tabel di atas dapat dilihat nilai minimum yaitu 140 mmhg, nilai maximum 170 mmhg dengan nilai rata-rata 147,67 mmhg. 2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia

6 Tabel 3 Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam lansia (mmhg) f % , , , ,3 Jumlah Dari analisa univariat pada tabel 3 dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 140 mmhg sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 160 mmhg setelah dilakukan senam lansia. Setelah didapatkan hasil penelitian diatas maka ditemukan nilai tendensi kontrol dari tekanan darah sistolik setelah dilakukan senam lansia atau tekanan darah post test yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4 Nilai Tendensi Kontrol dan Nilai Varian Tekanan Darah Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Setelah Melakukan Senam Lansia Mean Median Variance Std.deviasi Maximum Minimum ,552 9, Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimum yaitu 120 mmhg, nilai maximum 160 mmhg dengan nilai rata-rata 140 mmhg B. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dikumpulkan berupa data nilai tes pertama dan kedua. Analisa ini digunakan untuk membandingkan dua nilai dengan melihat apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara signifikan dengan menggunakan uji t dependen. Sebelum dilakukan uji t dependen, terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas sebaran data. Setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan sebaran data yang tidak normal, hal ini disebabkan terdapat data ekstrim sehingga sebaran data menjadi bervariasi yang terlihat dari nilai p untuk tekanan darah sistolik pretest sebesar 0,000 dan tekanan darah sistolik postest 0,011. Data dikatakan normal apabila nilai p>0,05. Maka

7 sesuai dengan ketentuannya peneliti dalam menganalisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari tabel 5.3 yang tergambar dibawah ini : Tabel 5 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia di RW II, RW XIV, dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 Tekanan Darah Lansia Hipertensi Pretest Tekanan Darah Lansia Hipertensi Post test mmhg f % mmhg f % , , , , , ,3 Jumlah Jumlah Dari analisa bivariat pada tabel 5 dilihat bahwa dari uji Wilcoxon ini didapatkan hasil yaitu dari 30 responden terdapat 19 responden yang tekanan darahnya menurun setelah dilakukan senam lansia, 10 orang yang tidak mengalami perubahan tekanan darah atau tekanan darah setelah dilakukan senam lansia sama dengan tekanan darah sebelum dilakukan PEMBAHASAN Data yang telah ada diolah dan dilakukan analisis pada masing-masing variabel. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat dari hasil penelitian maka berikut ini akan dilakukan pembahasan terhadap beberapa variabel penelitian. Adapun hasil pembahasannya adalah sebagai berikut: senam lansia, dan terdapat 1 orang yang tekanan darahnya lebih tinggi atau meningkat dari pada sebelum melakukan senam lansia. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah lansia setelah melakukan senam lansia. A. Analisis Univariat 1. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Sebelum Melakukan Senam Lansia Hasil penelitian yang dilakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dapat dilihat bahwa dari 30 responden didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 150 mmhg sebanyak 14 responden (46,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 170 mmhg sebelum dilakukan senam lansia.

8 Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah pretest didapatkan nilai minimum yaitu 140 mmhg, nilai maximum 170 mmhg, dengan nilai rata-rata 147,67 mmhg, dalam hal ini maka ditemukan nilai tertinggi dari tekanan darah yaitu 170 mmhg. Dimana tekanan darah 170 mmhg termasuk hipertensi dengan golongan sedang. Menurut analisa peneliti tekanan darah 150 mmhg termasuk hipertensi ringan, dan tekanan darah 170 mmhg termasuk hipertensi sedang. Dan hipertensi ringan banyak terjadi karena hal ini disebabkan oleh faktor usia, memiliki riwayat hipertensi, keturunan, jenis kelamin, faktor lingkungan dan faktor kebudayaan. Hal ini disebabkan Semakin tua umur seseorang, maka pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah, akibatnya darah menjadi padat dan tekanan darahpun meningkat. Sedangkan yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi adalah tekanan darah sistolik karena tekanan darah sistolik merupakan penyebab kematian tertinggi dari pada tekanan darah diastolik. Selain itu pembuluh darah yang bermasalah pada lansia adalah pembuluh darah arteri, maka hanya tekanan darah sistolik yang meningkat tinggi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Dewi dan Familia yang menjelaskan bahwa tekanan darah sistolik mempunyai angka kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik. Dimana tekanan darah sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Jadi, apabila tekanan sistolik tinggi maka akan terjadi gangguan pada aliran darah dan organ-organ vital tubuh. Hal ini menjelaskan bahwa mengapa angka kematian akibat tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan akibat dari tingginya tekanan darah diastolik. Hipertensi selalu dikaitkan dengan tekanan darah. Agar tetap berfungsi, sel-sel tubuh memerlukan darah yang terdiri dari plasma darah (60%) dan sel-sel darah merah atau eritrosit (40%). Plasma darah berfungsi membawa semua nutrisi dan zat pembangun yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat ini seperti mineral, gula, lemak, vitamin, dan hormon. Semantara itu, sel-sel darah merah mengandung hemoglobin (Hb) yang dapat mengikat oksigen dan merupakan saluran untuk oksigen dan karbondioksida (Dewi, 2010:12). Setiap saat terjadi pertukaran antara sari makanan dan oksigen yang dibawa dari jantung oleh pembuluh darah arteri dengan karbondioksida dan sisa metabolisme yang dialirkan kembali menuju jantung oleh pembuluh darah vena. Sisa metabolism akan dibuang melalui ginjal saat darah melalui kedua organ ini. Karbondioksida di dalam sel-sel darah merah akan diteruskan ke paru-paru untuk dilepaskan. Pada saat bersamaan, paru-paru menghirup oksigen baru. Sel-sel darah merah yang kosong setelah melepaskan karbondioksida membawa oksien tersebut ke jantung untuk seterusnya bersama-sama dengan plasma darah disalurkan ke seluruh tubuh oleh pembuluh darah arteri. Tenaga yang ada pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan dinamakan takanan darah. Dengan tekanan darah inilah, darah yang dialirkan dapat berjalan dengan lancar (Dewi, 2010:12). Pembuluh darah arteri bekerja tanpa henti. Tugasnya adalah memompakan darah ke seluruh tubuh. Jika tak ada gangguan maka porsi tekanan yang dibutuhkan oleh tubuh dengan sendirinya akan sesuai dengan mekanisme tubuh. Namun perlu diingat, tekanan akan meningkat dengan sendirinya bila dirasa ada hambatan. Inilah yang menyebabkan takanan darah menjadi tinggi. Semakin besar hambatan, semakin tinggi tekanan darah (Dewi, 2010:12). Hipertensi dapat terjadi karena adanya perubahan pada katup mitra dan aorta, katupkatup tersebut mengalami sklerosis dan penebalan. Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi kaku dan lebih lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan

9 kepekaan, sehingga stres mendadak/lama dan takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam berespon terhadap stres berkurang dan peningkatan frekuensi jantung lebih lama untuk pengembalian pada kondisi dasar. Untuk mengkompensasi adanya masalah dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Seiring dengan terjadinya proses penuaan pada lansia maka terjadi kemunduran secara fisiologis pada lansia ini yang menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku, tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah disetiap denyut jantung dipaksa melewati pembuluh yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. 2. Tekanan Darah Lansia Hipertensi Setelah Melakukan Senam Lansia Hasil penelitian yang peneliti lakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2011 dilihat bahwa dari 30 responden, didapatkan responden yang paling banyak berada di tekanan darah 140 mmhg sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling sedikit atau hanya ada satu responden (3,3%) yang mengalami takanan darah 160 mmhg setelah dilakukan senam lansia. Dari nilai tendensi kontrol tekanan darah post test didapatkan nilai minimum yaitu 120 mmhg, nilai maximum 160 mmhg, dengan nilai rata-rata 140 mmhg, dalam hal ini maka ditemukan penurunan tekanan darah nilai minimum dari 140 mmhgmenjadi 120 mmhg, nilai maximum dari 170 menjadi 160 mmhg, dan nilai rata-rata dari147,67 mmhg menjadi 140 mmhg. Artinya setelah melakukan senam lansia terjadi penurunan tekanan darah dari nilai tendensi kontrol. Menurut analisa peneliti setelah melakukan senam lansia terjadi penurunan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga seperti senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Setelah melakukan senam akan terjadi penurunan tekanan darah pada lansia. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan katup mitra dan aorta, katup-katup tersebut akan mengalami penipisan dan menjadi kendor dan akan menuju kepada arah normal. Apabila otot jantung relaks setelah dilakukan senam lansia maka stress akan berkurang dan frekuensi jantung akan cepat mengalami pengembalian pada kondisi dasar serta akan didapatkan isi sekuncup tidak lagi meningkat sehingga penurunan curah jantung akan mengakibatkan tekanan darah akan menurun atau kembali normal. Peningkatan Hb saat olahraga akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi oksigen yang akan ditransportasi oleh darah keseluruh tubuh menjadi meningkat dan kembali adekuat. Perubahan-perubahan abnormal pada jantung, pembuluh darah, dan kemampuan memompa dari jantung akan kembali bekerja normal sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Bagi mereka yang berusia 60 tahun ke atas perlu melaksanakan olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan. Senam lansia merupakan salah satu aktivitas fisik yang dapat membakar kalori dan dengan mudah dilakukan oleh lansia. Menurut MENPORA senam lansia merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah, sehingga perlu kiranya diberdayakan dan diselenggarakan secara benar, teratur dan terukur.

10 Latihan-latihan fisik secara teratur akan cepat memperbaiki tekanan darah penderita hipertensi. Kebanyakan hasil itu akan tampak dalam beberapa minggu setelah latihan dimulai secara teratur. Penurunan tekanan darah akan berlanjut apabila latihan-latihan olahraga terus dilakukan secara teratur selama 3 bulan. Agar aliran darah menjadi lancar dan angka kesakitan hipertensi lansia juga menurun maka perlu kiranya dilakukan olahraga atau latihan fisik, salah satunya adalah senam lansia. Jika dilihat dari manfaat senam lansia yaitu melancarkan peredaran darah, memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah oleh karena itu perlu bagi lansia melakukan senam lansia. Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian epidemiologi terbukti bahwa ada keterkaitan antara gaya hidup kurang aktif dengan hipertensi. Oleh karena itu, WHO, ACSM, The National Heart Foundation Joint National Committen On Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sangat menganjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik salah satunya dengan senam pada lansia sebagai intervensi pertama dalam upaya pencegahan dan pengobatan hipertensi. Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahrahraga teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu, olahraga dinilai cukup murah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan. ACSM pada tahun 2004 menyatakan hubungan antara olahraga atau senam lansia antara lain individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi 30-50% lebih besar dari pada individu yang aktif bergerak, sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7mmHg. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah berolahraga. Pengaruh olahraga jangka panjang (4-6 bulan) menurunkan tekanan darah 7,4/5,8mmHg tanpa obat hipertensi (Dalimartha, 2008). B. Analisis Bivariat 1. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Dari analisa data dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan dari 30 responden terdapat 19 responden yang mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan senam lansia, 10 responden yang tidak mengalami perubahan tekanan darah dan terdapat 1 orang yang tekanan darahnya lebih tinggi dari pada sebelum melakukan senam Lansia. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terjadi perubahan dari tekanan darah lansia setelah dilakukan senam lansia. Dari hasil uji statistik didapatkan adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang, dimana didapatkan nilai p=0,000 (P<0,05). Menurut analisa peneliti adanya pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi disebabkan oleh karena senam lansia tersebut dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsi pada sistem organ. Bahkan senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, penyakit arteri koroner. Menurut peneliti terdapat satu responden yang mengalami peningkatan tekanan darah setelah melakukan senam lansia disebabkan oleh faktor stres yang dialami oleh responden yang menerima telepon dari keluarganya setelah melakukan senam lansia yang mengakibatkan responden menjadi cemas. Hal ini mengakibatkan peningkatan hormon adrenalin yang akan meningkatkan denyut

11 jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Analisa ini sesuai dengan teori Dewi dan Familia yang menjelaskan bahwa hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Peningkatan saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Jika stes terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Ini disebabkan oleh peningkatan hormon adrenalin akan meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada orang yang berada pada kondisi stres. Karena itulah orang yang berada pada kondisi stres, jantungnya berdebar-debar. Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah (Maryam, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Margiyati (2010) menunjukkan 91,67% responden mengalami penurunan rata-rata tekanan darah sistolik 10,69 mmhg dan diastolik 6,11 mmhg. Sebanyak 50% responden dengan hipertensi derajat 1 turun menjadi 41,67% sesudah perlakuan. Berdasarkan uji Paired Sampel T-test diperoleh hasil untuk nilai sistolik dan untuk nilai diastolik, keduanya lebih kecil dari p value 0.05 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang dapat ditarik kesimpulan : 1. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 sebelum dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa (46,7%) memiliki tekanan darah 150 mmhg, dan (3,3%) memiliki tekanan darah 170 mmhg karena disebabkan oleh faktor usia, semakin tua usia seseorang maka resiko terhadap penyakit semakin meningkat pula termasuk penyakit hipertensi. 2. Tekanan darah lansia hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 setelah dilakukan senam lansia dapat dilihat bahwa paling banyak (36,7%) berada pada tekanan darah 140 mmhg, dan paling sedikit (3,3%) memiliki tekanan darah 160 mmhg karena Hal ini disebabkan karena responden rutin 3 kali seminggu melakukan senam lansia, selain itu efek dari olahraga senam lansia yang dilakukan secara teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. 3. Ada Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2012 dengan nilai p=0,000, karena Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus maka katupkatup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan

12 tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah. Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bagi Lansia Diharapkan lansia yang mengalami hipertensi melakukan latihan senam lansia secara efektif dan teratur serta hal lain yang tercakup dalam penatalaksanaan senam lansia. Selain itu juga diharapkan tidak cepat berpuas diri, walaupun telah terjadi penurunan tekanan darah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan produktifitas dalam kehidupan seharihari. 2. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan kepada Kepala Puskesmas Nanggalo Padang untuk dapat berkoordinasi dengan pemegang program lansia untuk dapat meningkatkan penyuluhan secara merata dan menyeluruh tentang pencegahan dan penanggulangan hipertensi pada lansia dan mengaktifkan kembali pelaksanaan senam lansia di RW II, RW XIV dan RW XXI Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan masukan, bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagia pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penuh penghargaan penulis mengucapkan terima kasih banyak yang tak terhingga kepada: 1. DIPA DP2M Kemenrian Pendidikan dan KebudayaanTahun 2012 selaku pemberi dana dalam penelitian ini. 2. Drg. Darius selaku pimpinan Puskesmas Nanggalo Padang beserta staf. 3. Instruktur senam tempat peneliti melakukan Penelitian di Kelurahan Surau Gadang. 4. H. Muslim, SKM, selaku Ketua Yayasan STIKes MERCUBAKTI JAYA Padang. 5. Hj. Elmiyasna K,SKp.MM, selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 6. Ns.Nova Fidalni, S.Kep. M. Biomed selaku Ketua penelitian dan pengembangan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 7. Pihak pihak lain yang turut membantu terujudnya penelisan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan dan saran akan sangat berarti bagi penulis dan mencapai kesempurnaan skripsi ini. Dan dengan segala kerendahan hati, penulis harapkan semoga bermanfaat bagi semua pihak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Dalimartha, Setiawan dkk Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar plus. Dewi dan Familia, Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Jogjakarta : A + plus Books. Hidayat, aziz alimul. Uliyah,musrufatul Kebutuhan dasar manusia. Jakarta : EGC. Maryam, Siti R dkk Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nugroho, Wahyudi Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

13 Stanley dan Baere Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. Suroto Pengertian Senam, Manfaat Senam, dan Urutan Gerakan. Pedoman Penyusunan Skripsi Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. Depsos Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Jakarta : diakses 17 oktober Powel Latihan Fisik Lansia. Jakarta. Nursing.com/p=19.diakses 17 Oktober Sumsardjuno Aktivitas Olahraga Pada Lansia. Jakarta : nursing.com/p=19. diakses 17 Oktober Subagio Melangit di Langit Perempuan. Jakarta: perempuan.com/2008/09/ antisipasi_ledakan_penduduk_lansia_di Indonesia/ diakses 14 Oktober Margiyati Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, dusun kemloko, desa bergas kidul semarang: diakses 9 agustus 2011.R11.00

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

204 Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi

204 Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR JAMBI M. Dody Izhar 1 Abstract Hypertension is commonly found in the elderly. This is because increasing age, the body's

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan 1 BAB.I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial,

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO Abdul Muhith *) Abstrak Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dengan stabilitas tekanan darah. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan dan teknologi telah membawa perubahan perilaku aktivitas fisik olahraga. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal, dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR Liza Merianti, Krisna Wijaya Abstrak Hipertensi disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA

PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA PENGARUH SENAM HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDA DARMA BHAKTI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA Totok Hernawan 1, Fahrun Nur Rosyid 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP (The Effect of Walking in the Morning to Change of

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pernyataan ini diperkuat oleh data dari WHO (2014), yang menyebutkan bahwa tercatat satu milyar orang di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN

PENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN PENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN 2012 Lina Agustiana dan Hendrik Prabo S Korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakti yang mengakibatkan angka kesakian yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tidak normal dan frekuensi nadi tidak normal merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sering terdengar dialami orang. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Wely 1), Rita Yulifah 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi, dewasa, hingga menjadi tua. Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir setelah masa dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan akal dan fisik sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N., BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi cukup tinggi dan terus meningkat di berbagai negara. Hipertensi dapat menyebabkan serangan stroke,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia semakin meningkat. Hal ini berdampak terhadap adanya pergeseran pola penyakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn : HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sukoharjo dengan luas wilayah Ha yang merupakan 9,40% dari luas. dataran rendah dan sebagian merupakan dataran tinggi. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Bulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 4.106 Ha yang merupakan 9,40% dari luas Kabupaten Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan dari ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama dibidang kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu melenyapkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci