Molekul, Vol. 5. No. 2. Nov, 2010 : PEMANFAATAN KATALIS NI/ZEOLIT PADA HIDROGENASI KATALITIK METIL PALMITAT MENJADI SETIL ALKOHOL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Pengaruh Logam Aktif Mo Terhadap Karakteristik Dan Aktivitas Katalis Bimetal Mo-Ni/ZAAH Dalam Perengkahan Metil Ester Minyak Sawit

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

Hidrogenasi Katalitik Metil Oleat Menggunakan Katalis Ni/Zeolit dan Reaktor Sistem Fixed Bed. Dewi Yuanita Lestari 1, Triyono 2 INTISARI

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

AKTIVITAS KATALIS CR/ZEOLIT ALAM PADA REAKSI KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BAHAN BAKAR CAIR

Bab III Metodologi Penelitian

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

HUBUNGAN ANTARA SIFAT KEASAMAN, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK, VOLUME PORI DAN RERATA JEJARI PORI KATALIS TERHADAP AKTIVITASNYA PADA REAKSI HIDROGENASI CIS

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2 SO 4, metil ester dari minyak sawit

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

HIDRODESULFURISASI TIOFEN MENGGUNAKAN KATALIS CoMo/H-ZEOLIT Y

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

HIDRORENGKAH FRAKSI BERAT MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KATALIS LEMPUNG TERPILAR ALUMINIUM BERPENGEMBAN NIKEL

4 Pembahasan Degumming

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

STUDI PENDAHULUAN HIDRORENGKAH KATALITIK POME MENJADI FRAKSI BAHAN BAKAR DENGAN KATALIS NI/ZEOLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Hidrorengkah metil ester asam lemak (MEPO)... (Lina Mahardiani, dkk) HIDRORENGKAH METIL ESTER ASAM LEMAK (MEPO) MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

SINTESIS GLISEROL STEARAT DARI ASAM STEARAT DENGAN GLISEROL HASIL SAMPING PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK JELANTAH

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

Optimasi Jumlah Katalis KOH dan NaOH (Abdullah dkk)

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Studi Konversi Pelepah Nipah menjadi Bio-Oil dengan Katalis Natural Zeolite dealuminated (NZA) pada Proses Pyrolysis

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

PERENGKAHAN PRODUK CAIR BATUBARA DENGAN KATALIS Ni/ZEOLIT

Perengkahan Katalitik Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Menghasilkan Biofuel Menggunakan Katalis FeMo/Zeolit ABSTRACT

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

HIDRORENGKAH FRAKSI ASPALTEN DARI ASPAL BUTON MENJADI FRAKSI BENSIN DAN DIESEL MENGGUNAKAN KATALIS NI-MO/ZEOLIT ALAM AKTIF

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

METANOLISIS MINYAK SAWIT DENGAN KATALIS ENZIM LIPASE PSEUDOMONAS CEPACIA YANG DIIMOBILISASI

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

Potensi Produk Transesterifikasi Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) sebagai Bahan Baku Pembuatan Base Oil Epoksi Metil Ester

Oleh : Niar Kurnia Julianti Tantri Kusuma Wardani Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, MT

SINTESIS METIL ESTER DARI LIPID Bacillus stearothermophilus DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN BF 3. Dessy Dian Carolina NRP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB IV METODE PENELITIAN

THE ACTIVITY AND SELECTIVITY OF CATALYST Ni/H 5 NZA FOR HYDROCRACKING OF PALMITIC ACID INTO HYDROCARBON COMPOUNDS OF SHORT FRACTION SCIENTIFIC ARTICLE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Perengkahan Katalitik Palm Fatty Acid Distillate Menjadi Biofuel

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lisa Purnama A1C112014

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2SO 4, etil ester dari minyak sawit.

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2SO 4, etil ester dari minyak jarak pagar.

Hidrocracking Tir Batubara Menggunakan Katalis Ni-Mo-S/ZAA untuk Menghasilkan Fraksi bensin dan Fraksi Kerosin

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

KAJIAN TENTANG DEAKTIVASI KATALIS. Dewi Yuanita Lestari. Jurusan Pendidikan Kimia UNY

SINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK DAN METANOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

4 Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

Molekul, Vol. 5. No. 2. Nov, 2010 : 83-88 PEMANFAATAN KATALIS NI/ZEOLIT PADA HIDROGENASI KATALITIK METIL PALMITAT MENJADI SETIL ALKOHOL Dwi Kartika 1, Triyono 2, Karna Wijaya 2, Dewi Yuanita L 3, D. Setyawan PH 4 1 Program Studi Kimia, Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED 2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada 3 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 4 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jember ABSTRACT The catalytic hydrogenation of methyl palmitate to cetyl alcohol using Ni supported on activated natural zeolite catalysts (Ni/Zeolite) has been carried out. In this work, the effect of catalyst amounts and H 2 flow rate on methyl palmitate conversion and yield of cetyl alcohol were studied. Catalytic hydrogenation was performed in stainless steel fixed bed reactor. The methyl palmitate (10 g) was loaded into the reactor vessel at 400 C for 30 minutes. In order to study the effects of catalyst amount at constant H 2 flow rate, the catalyst were varied i.e. 5, 10, and 15 g. To investigate the effects of H 2 flow rate were varied from 20, 40, and 60 ml.min -1 at constant catalyst amount. The composition of the products was analyzed by GC and GC-MS. The results showed that methyl palmitate conversion increase with the increasing of catalyst amount. The highest methyl palmitate conversion (45.62 %) and yield of cetyl alcohol (36.44 %) were obtained for 15 g catalyst and 40 ml. min -1 H 2 flow rate. Keywords : hydrogenation, methyl palmitate, cetyl alcohol PENDAHULUAN Setil alkohol (cetyl alcohol) merupakan salah satu alkohol lemak (fatty alcohol), suatu bahan yang cukup terkenal di dunia farmasi dan kosmetik. Pemanfaatannya dalam industri kosmetik digunakan sebagai surfaktan shampo, atau sebagai emollient (pelembut), emulsifier atau agen pengental dalam produk cream dan lotion kulit. Setil alkohol dapat dibuat dengan bahan dasar lemak dan minyak yang mengandung asam palmitat. Komposisi asam palmitat selalu ada dalam berbagai minyak dan lemak, namun besar kecilnya berbeda antara satu sumber dengan lainnya, misalnya; minyak sawit 43,1 %, minyak kelapa 9,8 %, minyak bunga matahari 6,08 %, minyak biji kapas 20-25 %, mentega 24-26 %, lemak babi 28-30 %, lemak unggas 24-32 %, pelumas 23-24 %, minyak zaitun 9,10 %, minyak jagung 8-12%, minyak kedelai 6-10 %, dan minyak kacang tanah 8-9 % serta minyak canola 4-5 % (Knothe et al., 1997; Kurata et al., 2005). Produksi setil alkohol skala industri melalui proses esterifikasi asam palmitat dari lemak dan minyak kemudian direduksi dengan metode hidrogenasi. Metode ini tidak dapat untuk mereduksi asam karboksilat secara langsung, tetapi dapat mereduksi ester dengan syarat digunakan katalis yang sesuai, temperatur dan tekanan tinggi. Reaksi hidrogenasi ditunjukkan Gambar 1. 83

Pemanfaatan Katalis Ni/Zeolit (Dwi Kartika, dkk) O CH 3 (CH 2 ) 14 C - OCH 3 + 2 H 2 Katalis CH 3 (CH 2 ) 14 CH 2 -OH + CH 3 OH metil palmitat hidrogen setil alkohol metanol Gmbar 1. Reaksi hidrogenasi metil palmitat Reaksi hidrogenasi umumnya menggunakan katalis heterogen berupa logam dari golongan transisi seperti Pd, Pt, Ni, Cu, dan Mo. Katalis Cu-Cr, Ni digunakan dalam proses hidrogenasi ester pada temperatur 200 o C, dan tekanan tinggi menghasilkan suatu alkohol (Carey dan Sunberg, 2001). Sementara Rieke et al (1997) melakukan hidrogenasi fatty acid methyl ester (FAME) dalam reaktor sistem batch autoclave (fasa slurry) dengan katalis CuCrO 4 pada temperatur 250-300 o C dan tekanan hidrogen 2000-3000 Psi menghasilkan alkohol lemak. Namba et al (2007) melaporkan bahwa hidrogenasi metil ester dari minyak curah untuk memproduksi alkohol lemak telah berhasil dilakukan dalam reaktor fixed bed. Kondisi operasinya yaitu 200 g metil ester minyak curah dimasukkan dalam reaktor selama 3 jam pada 285 C dan 24.5 MPa dengan sirkulasi hidrogen 5 L/menit dan katalis Cu-Cr sebanyak 3 gram. Dewasa ini mulai dilakukan hidrogenasi dengan katalis berbasis logam non kromium karena sifatnya yang toksik, baik dalam bentuk logamnya maupun sistem logam pengemban. Katalis logam dalam bentuk serbuk tidak stabil pada temperatur tinggi karena mudah mengalami proses sintering, sehingga banyak digunakan katalis dalam bentuk sistem logam-pengemban. Katalis logam-pengemban memberikan keuntungan seperti luas permukaan yang besar dan stabil terhadap pemanasan serta bernilai ekonomi tinggi. Salah satu pengemban yang banyak digunakan adalah zeolit. Zeolit sebagai katalis hidrogenasi mempunyai keasaman yang tinggi, yang mana keasaman dapat ditingkatkan dengan pengembanan logam-logam transisi yang memiliki orbital d terisi sebagian. Logam yang banyak diembankan karena efektif, mudah diperoleh, dan harganya relatif murah yaitu nikel. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi reaksi hidrogenasi katalitik metil palmitat menjadi setil alkohol menggunakan katalis Ni/Zeolit dengan variasi laju alir gas hidrogen dan jumlah katalis, sehingga dapat diperoleh aktivitas katalitik yang maksimal. Laju alir gas hidrogen yang digunakan yaitu 20, 40, 60 ml/menit dan variasi jumlah katalis 5, 10, 15 gram. Komposisi produk yang diperoleh dianalisis menggunakan Gas Chromatography (GC) dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan kimia dari E. Merck terdiri atas: asam palmitat p.a., metanol p.a., dan asam sulfat p.a. Bahan lain seperti: gas oksigen, gas nitrogen, dan gas hidrogen, katalis Ni/Zeolit, setil alkohol dan glass wool. Seperangkat alat gelas, seperangkat alat refluks, satu set reaktor sistem alir (flow fixed bed reactor) bahan stainless steel untuk proses hidrogenasi katalitik, furnace, thermocouple (pyrometer), sistem pemanas, regulator listrik, flowmeter, cawan porcelain, termometer, kertas saring Whatman 41, timbangan analit, hot plate stirrer, Gas Chromatography dan GC-MS (Shimadzu QP2010S). 84

Molekul, Vol. 5. No. 2. Nov, 2010 : 83-88 Prosedur Penelitian Preparasi umpan (metil palmitat) Sebanyak 250 gram asam palmitat dimasukkan dalam labu leher tiga, dipanaskan pada suhu 61-63 o C dan diaduk hingga leleh/mencair semua. Kemudian ditambahkan 80 ml metanol dan 10 ml asam sulfat pekat sambil dilakukan pengadukan. Proses refluks dilakukan pada 60 o C selama 4 jam, dan selanjutnya didiamkan semalam. Lapisan air dipisahkan dan lapisan organik (padatan berwarna putih) dicuci dengan aquades hangat sampai netral, dipanaskan 110-120 o C. Uji aktivitas katalis Uji aktivitas katalis dilakukan pada tekanan atmosfer dalam reaktor sistem alir (Flow Fixed-Bed Reactor). Sampel katalis Ni/Zeolit dengan variasi sebanyak 5, 10, dan 15 gram (dalam bentuk granular) ditempatkan dalam kolom reaktor I (reaktor konversi) yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran panjang 165 mm, dan diameter dalam 22 mm, sedangkan 10 ml umpan ditempatkan pada kolom reaktor II (reaktor umpan) yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran panjang 85 mm, dan diameter dalam 22 mm. Selain dengan menggunakan katalis, reaksi hidrogenasi juga dilakukan tanpa menggunakan katalis. Kolom reaktor I dan II dimasukkan ke dalam furnace tube. Kedua kolom reaktor saling berhubungan dan furnace tube terhubung langsung dengan regulator voltase dan termocouple. Bagian bawah reaktor II dihubungkan dengan sistem pemanas untuk menjaga produk tetap cair, sedangkan reaktor umpan dihubungkan dengan tabung gas H 2 melalui sebuah flowmeter. Kolom reaktor I dipanaskan terlebih dahulu hingga temperatur 400 o C, setelah itu kolom reaktor II baru mulai dipanaskan sampai suhu 350 o C. Selanjutnya gas hidrogen dialirkan sehingga meniup umpan (metil palmitat) dan aliran tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga melewati katalis dengan variasi laju alir gas hidrogen 20, 40, dan 60 ml/menit. Proses dilakukan selama 30 menit dengan dihasilkan produk cair yang apabila dibiarkan lama-kelamaan menjadi padat. Analisis produk hidrogenasi Penentuan terbentuknya produk setil alkohol dilakukan spiking terhadap produk dengan menambahkan setil alkohol standar, sehingga dapat digunakan sebagai acuan terjadinya konversi dari metil palmitat menjadi setil alkohol berdasarkan kromatogram GC dari masing-masing produk hidrogenasi katalitik. Beberapa produk yang diperoleh dianalisis kembali dengan menggunakan GC-MS. HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi umpan (metil palmitat) Metil palmitat dibuat dengan mereaksikan asam palmitat dan methanol dengan bantuan katalis asam sulfat pada suhu 61-63 o C. Produk yang terbentuk dianalis dengan GC-MS, hasil analisis menunjukkan bahwa konversi metil palmitat yang terbentuk adalah 100 %. Puncak dengan waktu retensi 16,615 menit adalah puncak dari senyawa metil palmitat. Dalam identifikasi senyawa metil palmitat dengan menggunakan MS terdapat fragmentasi yang khas ditandai dengan munculnya pecahan pada m/z = 270. Dugaan metil palmitat pada waktu retensi 16,615 menit ini diperkuat dengan unit massa pada m/z = 74 dan m/z = 239. Unit massa m/z = 74 merupakan fragmen dari ion Mc Lafferty yang mengandung gugus karbonil, sedangkan unit massa m/z = 239 merupakan ion yang telah kehilangan CH 3 O -. 85

Pemanfaatan Katalis Ni/Zeolit (Dwi Kartika, dkk) Analisis produk konversi dengan GC dan GC-MS Kromatogram produk hidrogenasi katalitik mempunyai tiga puncak dominan yaitu dengan waktu retensi 12,851; 13,460 dan 13,813 yang mendekati waktu retensi dari kromatogram standar setil alkohol, metil palmitat dan asam palmitat yaitu 12,914; 13,381 dan 13,753. Analisis dengan kromatografi gas dapat digunakan untuk memperkirakan apakah produk setil alkohol telah terbentuk, dimana produk yang telah ditambahkan setil alkohol standar terdapat puncak dengan peningkatan luas area atau konsentrasi jika dibandingkan produk yang tidak ditambahkan setil alkohol. Puncak tersebut merupakan puncak dari setil alkohol, sedangkan untuk memastikannya dan untuk mengetahui komposisi keseluruhan dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan GC-MS. Dari analisis GC-MS didapatkan tiga puncak dominan dengan spektra massa setil alkohol, metil palmitat, dan asam palmitat. Gambar 2 disajikan kromatogram konversi metil palmitat menjadi setil alkohol pada suhu 400 o C dengan laju alir gas hidrogen 20 ml/menit, 5 gram katalis Ni/Zeolit dan tekanan 1 atm. Gambar 2. Kromatogram konversi metil palmitat menjadi setil alkohol, CA (setil alkohol dengan waktu retensi 12,851); dan MP (metil palmitat yang tidak terkonversi dengan waktu retensi 13,460); AP (asam palmitat dengan waktu retensi 13,813; (a) produk hidrogenasi dan (b) spiking antara setil alkohol standar dengan produk hidrogenasi. Produk yang diharapkan melimpah adalah setil alkohol, namun terdapat produk samping berupa asam palmitat. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat proses reaksi hidrogenasi di dalam reaktor berlangsung cukup lama sehingga produk setil alkohol yang telah terbentuk langsung terkonversi menjadi heksadekana dan air, namun heksadekana tidak terdeteksi dalam GC-MS dimungkinkan karena limit deteksi dari alat yang terbatas. Air juga bisa muncul karena gas hidrogen yang digunakan mengandung uap air. Air tersebut menghidrolisis metil palmitat sisa (yang tidak terkonversi) menjadi bentuk asamnya yaitu asam palmitat, sehingga kelimpahan setil alkohol menjadi berkurang. Pengaruh variasi jumlah katalis dan laju alir H 2 Pengaruh antara variabel jumlah katalis maupun laju alir H 2 terhadap konversi metil palmitat menjadi setil alkohol dilakukan dengan membuat konstan 86

Molekul, Vol. 5. No. 2. Nov, 2010 : 83-88 temperatur (400 o C), jumlah umpan metil palmitat (10 g), dan tekanan (1 atm). Data pengaruh jumlah katalis dan laju alir H 2 terhadap konversi produk hidrogenasi katalitik dengan katalis Ni/Zeolit ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh kondisi proses terhadap konversi metil palmitat menjadi setil alkohol Jumlah katalis (g) Laju alir H 2 (ml/menit) MP *) tersisa (%) Konversi MP *) (%) Hasil (%) CA *) AP *) 0 40 100 0 0 0 5 20 79,81 20,19 6,33 10,87 10 20 70,45 29,55 18,01 9,06 15 20 63,24 36,76 23,48 10,11 5 40 72,95 27,05 15,52 9,63 10 40 65,16 34,84 23,81 8,21 15 40 54,38 45,62 36,44 6,35 5 60 79,02 20,98 6,20 10,64 10 60 78,45 21,55 10,84 9,37 15 60 71,57 28,43 16,51 10,78 Keterangan : *) MP (metil palmitat); CA (setil alkohol); dan AP (asam palmitat) Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah katalis yang digunakan akan memberikan konversi metil palmitat menjadi setil alkohol yang semakin besar dengan korelasi linier. Kenyataan ini terjadi karena semakin banyak katalis akan meningkatkan peluang kontak antara molekul-molekul reaktan dengan padatan katalis. Bertambahnya konversi metil palmitat seiring bertambahnya jumlah katalis dimungkinkan pula karena bertambahnya jumlah situs asam. Selain itu peningkatan konversi metil palmitat menjadi setil alkohol pada hidrogenasi secara katalitik dibandingkan tanpa katalis menunjukkan bahwa reaksi terkatalisis memiliki laju pembentukan produk yang jauh lebih cepat. Hasil penelitian memperlihatkan tidak terjadinya produk pada proses tanpa katalis. Fenomena ini terjadi bukan berarti reaksi tanpa katalis tidak dapat berlangsung, namun berlangsung dengan sangat lambat sehingga dimungkinkan akan terdeteksi apabila waktu reaksi diperlama. Tabel 1 mengindikasikan besar laju alir gas H 2 yang digunakan akan berpengaruh terhadap % konversi produk. Hal ini dikarenakan pada laju alir yang berbeda mengakibatkan waktu kontak antara reaktan dengan katalis menjadi berbeda, dimana waktu kontak antara reaktan dan katalis menentukan interaksi yang ada. Menurut Mashkina et al. (2008) waktu kontak didefinisikan sebagai rasio antara volume katalis terhadap laju alir gas hidrogen pada suhu kamar dan tekanan atmosfer. Sedangkan Moore (1960) menerangkan bahwa waktu kontak adalah waktu rata-rata suatu molekul untuk bereaksi melewati reaktor sistem alir. Dengan batasan tersebut maka dapat diketahui bahwa pada jumlah katalis konstan maka laju alir H 2 berbanding terbalik dengan waktu kontaknya, dimana laju alir besar akan berakibat pada sedikitnya waktu kontak. Secara umum konversi metil palmitat dan hasil setil alkohol mencapai optimum pada laju alir 40 ml/menit. Reaksi optimum diperoleh apabila tumbukan antara molekul-molekul 87

Pemanfaatan Katalis Ni/Zeolit (Dwi Kartika, dkk) reaktan dan katalis optimum sehingga reaktan dapat teradsorpsi secara sempurna. Pada waktu kontak yang singkat, tumbukan antara molekulmolekul reaktan dengan katalis terlalu cepat sehingga waktu kontak antara reaktan dengan situs aktif tidak optimal. Akibatnya proses adsorbsi pada permukaan katalis kurang optimal karena terdorong oleh molekul-molekul reaktan lain yang melewati permukaan katalis. Hal ini berpengaruh terhadap proses adsorpsi yang mudah terlepas sebelum interaksi pembentukan produk terjadi, sehingga aktivitas katalis menjadi kecil. Pada waktu kontak yang terlalu lama, interaksi reaktan dengan permukaan katalis menjadi lama sehingga molekul reaktan yang teradsorbsi menjadi kuat dan fraksi penutupan permukaan menjadi besar. Akibatnya molekul-molekul reaktan pada permukaan katalis sulit terdesorbsi. Kenyataan ini berakibat pada berkurangnya aktivitas katalis. Kondisi optimum hidrogenasi diperoleh pada jumlah katalis 15 g dengan laju alir gas hidrogen sebesar 40 ml/menit memberikan konversi metil palmitat sebesar 45,62 % dan hasil setil alkohol 36,44 %. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dapat ditarik simpulan bahwa katalis Ni/Zeolit dapat digunakan untuk reaksi hidrogenasi katalitik metil palmitat menjadi setil alkohol, dimana konversi metil palmitat meningkat secara linear seiring dengan kenaikan jumlah katalis. Kondisi optimum hidrogenasi diperoleh pada jumlah katalis 15 g dan laju alir gas hidrogen sebesar 40 ml/menit memberikan konversi metil palmitat sebesar 45,62 % dan hasil setil alkohol 36,44 %. DAFTAR PUSTAKA Carey, F.A., and Sunberg, R.J., 2001, Advanced Organic Chemistry, 4th ed., Plenum Publisher, New York. Knothe, G., Dunn, R. O., and Bagby, M. O., 1997, Biodiesel: The Use of Vegetable Oils and Their Derivatives as Alternative Diesel Fuels, Fuels and Chemicals from Biomass, ACS Symposium Series, V, 666. Kurata, S., Yamaguchi, K., and Nagai, M., 2005, Rapid Discrimination of Fatty Acids Composition in Fats and Oils by Electrospray Ionization Mass Spectrometry, Jpn. Soc. Anal. Chem., 21, 1457-1465. Mashkina, A.V., Krivoruchko O.P., and Khairulina, L.N., 2008. Activity of Cobalt Sulfide Catalysts in the Hydrogenolysis of Dimethyl Disulfide to Methanethiol : Effects of the Nature of a Support and the Procedure of Supporting a Cobalt Precursor, Kinetics and Catalysis, Vol. 49, No 1, 103-109. Moore, W.J., 1960, Physical Chemistry, Prentice Hall, inc., New York. Namba, Masanori, Wakayama, Sakamoto, and Toru, 2007. Process for Producing Fatty alcohol, United States Patent 7208643. Rieke, R.D., D.S. Thakur, B.D. Roberts, and G.T. White, 1997, Fatty Methyl Ester Hydrogenation to Fatty alcohol Part II: Correlation Between Catalyst Properties and Activity/Selectivity, J. Am. Oil Chem. Soc. 74, 333-339. 88