BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

Tanda Bahaya Gawat napas

Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

2. PERFUSI PARU - PARU

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

Perawatan Ventilator

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

RESPIRATORY FAILURE. PRESENTATION by Dr. Fachrul Jamal Sp.An(KIC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pneumonia adalah peradangan saluran pernafasan akut yang mengenai

ASIDOSIS RESPIRATORIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy

Curriculum vitae. Pudjiastuti, dr., Sp. A(K) Pendidikan : S 1 : FK UNS Surakarta, lulus tahun 1986

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

Kesetimbangan asam basa tubuh

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Mei Vita Cahya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. oleh kesadaran. Pusat pernafasan terletak dalam medulla oblongata dan pons

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri patogen

NEONATUS BERESIKO TINGGI

DAFTAR ISI. Kata Pengantar...1. Daftar Isi Latar Belakang Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Definisi..

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

TUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Kontusio paru A. PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. RI, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekitar 56% kematian terjadi pada

BAB IV METODE PENELITIAN

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERACUNAN OKSIGEN. Oleh Diah Puspita Rifasanti I1A Pembimbing: dr. Dwi Setyohadi

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

A. Definisi B. Etiologi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. hiperkarbia, dan asidosis (IDAI, 2004). Asfiksia bayi baru lahir memiliki angka

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNPAD/RSHS BANDUNG Sari Kepustakaan

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi

MEMBRAN RESPIRATORIUS

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematian Bayi Baru Lahir dengan Penyakit Membran Hialin yang diberi CPAP 2.1.1 Penyakit Membran Hialin 2.1.1.1 Definisi Penyakit membran hialin atau sindroma gawat napas bayi baru lahir adalah suatu penyakit yang menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi prematur dapat disebabkan karena kekurangan surfaktan. 5 Kekurangan surfaktan ini menyebabkan kegagalan pengembangan kapasitas residu fungsional dan kecenderungan paru-paru untuk mengalami atelektasis, 23 ketidaksesuaian antara ventilasi dan perfusi, hipoksemia, hiperkarbia yang dapat menyebabkan asidosis respiratorik. Asidosis ini menyebabkan vasokonstriksi yang merusak integritas endotel dan epitel paru menghasilkan kebocoran eksudat yang kemudian membentuk suatu membran hialin. 5,24 2.1.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Membran Hialin Penyakit membran hialin disebabkan oleh penurunan fungsi dan pengurangan jumlah surfaktan. Surfaktan sendiri merupakan kompleks lipoprotein yang terdiri dari fosfolipid seperti lesitin, fosfatidil gliserol, kolesterol, dan apoprotein (protein surfaktan; PS-A, B, C, D) yang disintesis oleh sel epitelial

9 alveolar tipe II dan sel Clara yang semakin banyak jumlahnya seiring dengan umur kehamilan yang bertambah. 5,23 Komponen-komponen ini selanjutnya disimpan di dalam sel alveolar tipe II yang akan dilepaskan ke dalam alveoli untuk mengurangi tegangan permukaan dan mencegah kolaps paru sehingga membantu mempertahankan stabilitas alveolar. Kadar surfaktan matur muncul sesudah umur kehamilan 35 minggu. Namun, jika bayi terlahir dalam keadaan prematur, maka fungsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Adanya imaturitas pada bayi prematur, jumlah surfaktan yang dihasilkan dan dilepaskan tidak mencukupi kebutuhan saat lahir. 23 Surfaktan yang jumlahnya tidak mencukupi atau tidak ada ini, menyebabkan tegangan permukaan yang tinggi antara perbatasan gas alveolus dengan dinding alveolus sehingga paru sulit untuk mengembang dan bayi berupaya melakukan usaha ventilasi imatur dengan tetap tidak terisi gas di antara upaya pernapasan. Bayi menjadi semakin berat untuk bernapas dan hipoventilasi. 25 Kekurangan sintesis atau pelepasan surfaktan pada bayi prematur yang mempunyai unit saluran pernapasan yang masih kecil dan dinding dada lemah dapat menimbulkan atelektasis dan hipoksia 23 sehingga menyebabkan peningkatan gagal napas 25 sehingga, dapat disimpulkan bahwa penyakit membran hialin disebabkan oleh adanya atelektasis dari tiga faktor yang saling berhubungan : a) tegangan permukaan yang tinggi akibat fungsi surfaktan yang tidak optimal dan defisiensi jumlah sintesis atau pelepasan surfaktan b) fungsi unit pernapasan yang masih kecil, dan c) Dinding dada bayi yang masih lemah. 23,25

10 2.1.1.3 Diagnosis Penyakit Membran Hialin Penyakit membran hialin didiagnosis dengan memperhatikan perjalanan klinis, radiologi (rontgen dada), nilai gas darah, serta status asam basa. 23 Tanda klinis berupa kegagalan bayi dalam bernapas yang semakin berat pada beberapa jam pertama kelahiran. Tanda khas berupa suara mendengkur, sianosis, retraksi sternum dan interkosta, serta takipneu (frekuensi napas > 60 x/menit). 25 Gambaran radiologi paru pada bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin adalah gambaran serbuk kaca (ground glass) atau retikulogranuler yang difus dan halus, volume paru kecil, serta bronkogram udara 26 yang sering lebih jelas pada lobus bagian bawah 23,25 dan pada jam pertama kelahiran, mungkin didapatkan gambaran yang normal. Tanda khas tersebut biasanya ada pada 6-12 jam berikutnya. Apabila diberikan CPAP kemungkinan terdapat variasi pada foto paru. 23 Neontaus yang diberikan CPAP dapat mempunyai gambaran yang lebih baik, paru terisi udara dengan tanpa bronkogram udara. Bayi baru lahir yang mempunyai satdium yang lebih berat, mungkin tidak mampu mengembangkan parunya yang terlihat lebih opak. Ukuran jantung pada umumnya normal, tetapi bisa tampak membesar karena berkurangnya volume paru dan bayangan timus yang masih besar. 25

11 Derajat Penyakit Membran Hialin menurut Radiologi : Gambar 1a. Grade I Penyakit membran hialin. 27 Gambar 1b. Grade II Penyakit membran hialin. 27 Gambar 1c. Grade III Penyakit membran hialin. 27 Gambar 1d. Grade IV Penyakit membran hialin. 27 2.1.2 CPAP (Continous Positive Airway Pressure) 2.1.2.1 Definisi Continous Positive Airway Pressure (CPAP) yang termasuk ke dalam continous distending pressure (CDP) adalah suatu alat atau metode untuk mempertahankan tekanan positif saluran pernapasan. 28 Continous Positive Airway Pressure (CPAP) digunakan untuk mencegah kolaps paru pada akhir ekspirasi selama pernapasan spontan 29 dan pada bayi prematur, aplikasi CPAP berhubungan

12 dengan penurunan kegagalan pernapasan dan penurunan kematian. 30 Penggunaan CPAP dapat melalui face mask, nasopharyngeal tube, atau nasal menggunakan ventilator konvensional, bubble circuit, atau CPAP driver. 30 2.1.2.2 Sistem CPAP 1. Ventilator Mekanik Gambar 2. Ventilator Mekanik 31 2. Bubble CPAP Gambar 3. Bubble system 31 2.1.2.3 Komponen CPAP 1. Sebuah sirkuit untuk alirkan oksigen terus menerus yang kemudian dihisap oleh bayi: a. Sumber O 2 & udara FiO 2 yang sesuai

13 b. Flow meter. c. Sebuah humidifier menghangatkan & melembabkan Gambar 4a. Sumber O 2 31 Gambar 4b. Gambar 4c. Humidifier 31 Flowmeter 31 2. Sebuah alat untuk menghubungkan sirkuit ke saluran napas neonatus. a. Pipa endotrakeal Pipa Nasopharynx Nasal prong (metode disukai) b. Sungkup muka c. Sungkup hidung Gambar 5a. Pipa Nasopharynx 31 Gambar 5b. Sungkup muka 31

14 Gambar 5c. Sungkup hidung 31 Gambar 5d. Pipa Endotrakeal 31 3. Sebuah alat untuk menghasilkan tekanan positif pada sirkuit Tekanan positif dalam sirkuit dapat dicapai dengan perendaman selang ekspirasi distal dalam larutan asam asetat 0,25% sampai kedalaman yang diharapkan (5 cm). 31 2.1.2.4 Indikasi CPAP adalah 12 : Indikasi CPAP pada bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin 1. Frekuensi napas > 60 kali per menit 2. Merintih (grunting) 3. Retraksi napas 4. Saturasi oksigen < 93 % 5. Sering mengalami apneu 6. Kebutuhan oksigen > 60 % 2.1.2.5 Kontraindikasi CPAP Kontraindikasi CPAP pada bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin adalah 12,28 : 1. Anomali kongenital ; hernia diafragmatika, choanal atresia, tracheooesophageal fistula

15 2. Trauma nasal 3. Perforasi gastrointestinal 4. Apneu dan bradikardi yang tidak membaik dengan CPAP 5. Instabilitas kardiovaskuler, yang lebih baik diberikan ventilator 2.1.3 CPAP pada Bayi baru lahir dengan Penyakit Membran Hialin 2.1.3.1 Bukti Penggunaan CPAP pada Bayi baru lahir dengan Penyakit Membran Hialin Continous Positive Airway Pressure (CPAP) merupakan alat yang sederhana, tidak invasif dan efektif untuk penanganan penyakit membran hialin pada bayi baru lahir. 8,14,32 Continous Positive Airway Pressure (CPAP) terbukti dapat memperbaiki kapasitas residual paru, mengurangi apneu, sianotik dan mencegah paru kolaps. Penelitian yang dilakukan oleh Gregory diketahui bahwa 7 dari 10 pasien dengan berat lahir <1500 gram yang menderita penyakit membran hialin dan diberikan CPAP dapat bertahan hidup. 33 Dunn, meneliti bahwa CPAP yang diberikan pada bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin yang dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) dapat menurunkan mortalitas secara spesifik dari 33% menjadi 14,9%. 13 CPAP membantu dengan merekrut alveoli atelektasis dan meningkatkan metabolisme surfaktan serta pada penggunaan awal CPAP mengurangi kebutuhan ventilasi berikutnya dan menurunkan risiko penyakit paru-paru kronis. CPAP terbukti bermanfaat pada bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah (<1500 gram) dan dapat digunakan untuk gangguan pernapasan setelah lahir, terlepas dari kriteria etiologi, radiologi dan gas darah.

16 Kriteria untuk memulai CPAP adalah gangguan pernapasan sedang-berat, PaO2 kurang dari 50 sampai 60 mm Hg saat pasien bernapas 60% oksigen dan apnea berulang. 32 2.1.3.2 Mekanisme CPAP pada Bayi baru lahir dengan Penyakit Membran Hialin Aplikasi utama dari CPAP adalah pengobatan hipoksemia. 32 Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dapat meningkatkan functional residual capacity (FRC) sehingga memperbaiki oksigenasi jaringan, memperbaiki dan mencegah alveolus kolaps kembali selama fase ekspirasi. 23,29 Penggunaan CPAP dapat pula mengurangi apneu, mencegah obstruksi saluran napas atas, mengurangi sianotik, bradikardi, dan kebutuhan dirawat di ruangan intensif. Continous Positive Airway Pressure (CPAP) menjaga kadar oksigenasi arterial melalui berbagai mekanisme yang komplek, yaitu : 1. Meningkatkan FRC (functional residual capacity). 34 2. Menurunkan shunting dari kanan ke kiri dengan menurunkan ventilasi dengan memberikan kesesuaian perfusi. 35 3. Menstabilkan RR (respiratory rate). 36 4. Menurunkan edema alveoli. 28 5. Mempertahankan surfaktan. 28 6. Mencegah alveoli kolaps dan atelektasis. 29 7. Menurunkan apneu dan mempertahankan jalan napas. 37

17 Peningkatan oksigenasi tersebut terjadi karena pembukaan kembali alveoli yang kolaps atau yang tidak stabil sehingga luas permukaan alveolus untuk pertukaran gas meningkat, mengurangi intrapulmonary shunting dan meningkatkan metabolisme surfaktan. Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dapat mencegahan kolaps alveoli sehingga CPAP dapat menghemat surfaktan. Inilah sebabnya mengapa CPAP lebih efektif diberikan pada awal penyakit ketika sebagian alveoli masih terbuka. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dinding dada cenderung kolaps dengan turunnya diafragma (respirasi paradoks) dan menyebabkan volume tidal kecil dan tidak efektif. Continous Positive Airway Pressure (CPAP) membantu mempertahankan dinding dada dan saluran udara. Hal ini mengurangi resistensi saluran napas dan meningkatkan ventilasi paru sehingga memungkinkan volume tidal menjadi lebih besar dan dapat mengurangi kerja pernapasan. 32 2.2 Faktor Risiko Kematian Bayi baru lahir Penderita Penyakit Membran Hialin yang diberi CPAP 2.2.1 Berat Lahir (<2500 gram) Bayi dengan berat lahir rendah (<2500 gram) berperan dalam kegagalan CPAP nasal. 14 Dinding dada cenderung kolaps pada bayi berat lahir rendah (BBLR). 32 Penelitian yang dilakukan oleh Numan, menunjukkan bahwa berat badan bayi baru lahir yang lahir <1500 gram merupakan salah satu faktor kegagalan CPAP. 16 Penelitian lain menunjukkan sebanyak 76% bayi lahir dengan

18 berat <1250 gram bertahan hidup/survive dan sebanyak 50 % bayi yang mempunyai berat <750 gram bertahan hidup dengan CPAP. 19 2.2.2 Kejadian Infeksi Infeksi dan / atau disfungsi multiorgan adalah prediktor kematian yang sering menyertai gawat napas pada bayi baru lahir 15 seperti pneumonia dan tuberkulosis. 38 Bayi yang mengalami infeksi atau sepsis secara umum secara klinis tidak spesifik yang dapat dilihat dari gejala gawat napas; apnea, takipnea, sianosis, gejala gastrointestinal; muntah, diare, distensi abdomen, nafsu minum yang buruk, hipoglikemia/hiperglikemia, hepatomegali, ikterus, lemah, lesu, suhu menurun atau meningkat, ruam kulit yang tidak biasa atau perubahan warna kulit, terus menangis dengan kuat, iritabilitas yang tidak biasa, kejang, atau hipotensi. Indikator Laboratorium meliputi leukosit >25.000/mm 3 atau <5.000/mm 3, trombosit < 100.000/mm 3, c-reactive protein (CRP) yang meningkat >0,5 mg/dl, laju endap darah (LED) meningkat melebihi nilai normal. Nilai normal LED pada 2 minggu kehidupan, adalah [usia bayi (dalam hari)+3], setelah 2 minggu, nilai normalnya adalah 10-20 ml/jam. Infeksi bakteri adalah penyebab lain yang mungkin dari gangguan pernapasan bayi. Patogen umum meliputi kelompok Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan batang enterik gram negatif. Infeksi bakteri membutuhkan waktu untuk berkembang, dengan konsekuensi pernapasan terjadi beberapa jam setelah lahir. 39 Sepsis karena infeksi paru nosokomial adalah penyebab paling umum kematian di antara pasien yang meninggal. Pasien jarang meninggal akibat gagal napas. 15 Infeksi dapat mempersulit pengelolaan penyakit membran hialin dan dapat bermanifestasi

19 dalam berbagai cara, termasuk kegagalan untuk memperbaiki, menimbulkan kerusakan mendadak, menimbulkan perubahan jumlah sel darah putih (leukosit) dan trombositopenia. 38 Respon inflamasi sistemik pada infeksi pada akhirnya akan mengeluarkan endotoksin, aktivasi sel darah putih, adhesi, migrasi dan merusak endotel serta alveolus 40 sehingga respon infeksi yang terjadi memperburuk keadaan penderita yang disertai adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat pula timbul karena tindakan yang invasiv seperti pemasangan jarum, kateter, dan pemasangan alat-alat respirasi. 41 2.2.3 Prematuritas Penelitian yang dilakukan Ho JJ dkk telah mengkonfirmasi manfaat CPAP dalam mengurangi laju kegagalan pernafasan dan kematian bila digunakan pada bayi prematur. 30 Bayi pematur yang dilahirkan dengan umur gestasi <37 minggu mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakit yang berhubungan dengan prematuritas, seperti penyakit membran hialin. 41 Umur gestasi 30 minggu merupakan salah satu faktor risiko kegagalan CPAP pada bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin. 16 Penelitian yang dilakukan oleh Colin dkk menunjukkan bahwa pada umur kehamilan 36 minggu, 33,9% dari 307 bayi yang diberi CPAP meninggal disertai displasia bronkopulmoner. 42 Hasil penelitian Dargavile dkk yang dilakukan di rumah sakit Royal Hobert menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur gestasi dengan kegagalan CPAP. Bayi umur gestasi 25-28 minggu, didapatkan angka kegagalan CPAP sebesar 45% sedangkan angka kegagalan CPAP pada umur gestasi 29-32 minggu sebesar 15%. 43

20 Gambar 6. Penurunan insidensi PMH berdasarkan umur gestasi. (NIHCD Neonatal Research Network). 29 2.2.4 Derajat Keasaman Derajat keasaman/ph darah dapat digunakan untuk menentukan baik buruknya prognosis bayi. Derajat keasaman/ph < 7,2, paco 2 > 60 mmhg, dan pao 2 < 50 mmhg termasuk kedalam kriteria penyebab kegagalan CPAP pada bayi baru lahir. 28 derajat keasaman/ph darah < 7,2 yang menetap pada bayi baru lahir dapat berakibat terjadinya asidosis yang berat dan memperburuk prognosis bayi baru lahir dengan PMH. 17 2.2.5 Waktu Mulai Pemberian CPAP (>5 Jam dari Kelahiran) Pemberian CPAP pada masa awal kehidupan bayi baru lahir berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan kegagalan dan ketergantungan pemberian tekanan positif 28 namun, belum ada penelitian terhadap mortalitasnya. 14 Pemberian CPAP pada lima jam kehidupan pertama menurunkan angka kegagalan CPAP yang lebih baik pada bayi baru lahir dibandingkan dengan pemberian

21 CPAP setelah lima jam kehidupan. 44 Penelitian lain menunjukkan bahwa ada manfaat pemberian CPAP pada awal kehidupan ketika ada tanda klinis dan bukti radiologi terjadinya gangguan pernapasan daripada menunggu sampai ada kerusakan lebih lanjut. Manfaat tersebut berupa penurunan yang signifikan dalam penggunaan ventilasi tekanan positif intermiten. 17 2.2.6. Lama Pemberian CPAP Pemberian CPAP yang lama berhubungan dengan keluaran neonatal yang buruk dan kegagalan CPAP (p<0,05). 45 Belum ada penelitian yang khusus membandingkan antar lama/durasi pemberian CPAP dengan mortalitas penyakit membran hialin, namun pemberian CPAP dengan durasi yang lama akan meningkatkan risiko kegagalan CPAP. 45 Lama pemberian CPAP berkurang seiring dengan pemberian CPAP pada waktu awal kehidupan. 44 2.2.7 Diabetes Melitus Ibu Diabetes melitus ibu pada waktu kehamilan disebut juga diabetes gestasional sesuai kriteria ADA adalah ibu hamil dengan gula darah puasa 5.3 mmol/l atau 95 mg/dl atau gula darah 1 jam 10.0 mmol/l atau 180 mg/dl atau gula darah 2 jam 8.6 mmol/l atau 155 mg/dl. Insidensi penyakit membran hialin cukup tinggi pada bayi baru lahir dengan ibu yang menderita dibetes melitus. 46 Kelebihan insulin pada bayi mengganggu axis glukokortikoid yang mengatur fungsi dan sintesis surfaktan. 47 Sintesis surfaktan yang berperan penting dalam terjadinya penyakit membran hialin dipengaruhi oleh hormon insulin yang

22 cenderung menghambat fungsi surfaktan. Hal ini menjelaskan mengapa bayi baru lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus beresiko terkena penyakit membran hialin. 46 2.2.8 Sindroma Aspirasi Mekonium Aspirasi mekonium sering terjadi pada intrauterine atau intrapartum. Umumnya terjadi pada bayi cukup bulan. 48 Mekonium terdiri dari sel-sel mati, sekresi, lanugo, air, pigmen empedu, enzim pankreas, dan cairan ketuban. Meskipun steril, mekonium bersifat iritasi, obstruktif, dan media kultur bagi bakteri. Mekonium dapat menyebabkan hipoksia atau gawat janin dalam rahim. Hipoksia terjadi karena aspirasi berlangsung dalam rahim. Sindrom aspirasi mekonium menyebabkan gangguan pernapasan seperti penyakit membran hialin yang signifikan segera setelah bayi lahir dengan mempengaruhi fungsi surfaktan. 48 2.2.9 Derajat PMH Derajat beratnya penyakit membran hialin berperan terhadap angka kematian bayi. Angka kematian bayi dengan penyakit membran hialin menjadi lebih tinggi seiring dengan lebih beratnya derajat penyakit membran hialin yang diderita. 19,49 Penyakit membran hialin dengan derajat yang berat tidak menunjukkan hasil yang baik ketika diberikan CPAP. 50 2.2.10 Asfiksia Asfiksia merupakan keadaan janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen (hipoksia) dan/atau kurangnya perfusi (iskemik) ke berbagai organ, yang akan menyebabkan kesulitan dalam membangun respirasi spontan. 51 Asfiksia saat

23 lahir terbukti menjadi faktor penting dalam pengembangan penyakit. Lima menit asfiksia segera sebelum napas pertama sangat meningkatkan insiden dan keparahan penyakit membran hialin karena aktivitas surfaktan berkurang. Kematangan paru berkaitan dengan produksi surfaktan. Paru-paru dan sistem surfaktan paling rentan terhadap hipoksia dan / atau asidosis pada tahap awal produksi surfaktan. 52 Proses biokimiawi asfiksia terjadi peningkatan PaCO 2, penurunan PaO 2, dan derajat keasaman/ph. Hipoksia terjadi bila kadar PaO 2 sudah sangat rendah. 53 Bayi dengan penyakit membran hialin bila disertai asfiksia maka fungsi dari sistem pernapasannya akan menurun sehingga terjadi disfungsi organ dan kematian sel. 54 Asfiksia merupakan faktor risiko kematian penyakit membran hialin yang independen pada bayi. 49 Kriteria diagnosis asfiksia berupa skor APGAR, adanya asidosis metabolik, dan adanya gangguan fungsi organ neurologis. Skor APGAR digunakan untuk mendiagnosis asfiksia dan mengklasifikasikan derajatnya, bukan untuk memulai kapan dilakukan resusitasi. Secara cepat diagnosis di komunitas adalah adanya gangguan dalam pernapasan, asidosis metabolik yang ditunjukkan dengan analisis gas darah, warna kulit dan frekuensi jantung yang menunjukkan asidosis metabolik. 55 Asfiksia dengan skor APGAR < 7 disebutkan sebagai faktor risiko kematian bayi dengan penyakit membran hialin. 39 2.2.11 Tidak diberikan Antenatal Streoid Pemberian antenatal steroid pada ibu hamil sebelum melahirkan, terbukti menurunkan insidensi dan tingkat keparahan serta menurunkan risiko kematian

24 bayi baru lahir dengan penyakit membran hialin. 56 Sebuah penelitian meta analisis menyatakan bahwa pemberian antenatal steroid menurunkan mortalitas bayi prematur (<36 minggu) sebanyak 31%. Antenatal steroid mampu melintasi plasenta dan memicu proses pematangan yang mengarah ke pelepasan surfaktan dan fungsinya ke dalam alveoli. 57 Bayi baru lahir yang ibunya menerima antenatal steroid secara signifikan mempunyai skor Apgar yang lebih baik pada menit ke-1 dan ke- 5 sedangkan bayi baru lahir dari ibu yang tidak pernah diberikan antenatal steroid menunjukkan status kesehatan yang buruk pada 12 jam kehidupan. 58 2.2.12 Tidak diberikan Surfaktan Defisiensi surfaktan merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit membran hialin. Defisiensi surfaktan menyebabkan atelektasis secara progresif dan meningkatkan kejadian distres napas pada 24-48 jam pasca lahir. Avery dan Mead memperkenalkan pertama kali pada tahun 1959. Penemuan dan penggunaan surfaktan untuk penyakit membran hialin pada bidang kedokteran, dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan diberikan sebagai pencegahan/profilaksis maupun terapi pada penyakit membran hialin. 22 Pemberian profilaksis berhubungan dengan epithel paru pada bayi prematur yang mengalami kerusakan dalam waktu beberapa menit saja setelah pemberian ventilasi. Terapi surfaktan yang diberikan segera setelah lahir dapat menurunkan derajat beratnya penyakit membran hialin, menurunkan kerusakan jalan napas, meningkatkan gas darah, meningkatkan fungsi paru dan kelangsungan hidup. 22

25