ANALISIS PELAPUKAN SERPENTIN DAN ENDAPAN NIKEL LATERIT DAERAH PALLANGGA KABUPATEN KONAWE SELATAN SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
GEOLOGI DAN STUDI PENGARUH BATUAN DASAR TERHADAP DEPOSIT NIKEL LATERIT DAERAH TARINGGO KECAMATAN POMALAA, KABUPATEN KOLAKA PROPINSI SULAWESI TENGGARA

INVENTARISASI ENDAPAN NIKEL DI KABUPATEN KONAWE, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

APLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI NIKEL LATERIT DAERAH SP UNIT 25 DAN SEKITARNYA KECAMATAN TOILI BARAT, KABUPATEN BANGGAI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

KARAKTERISTIK ENDAPAN NIKEL LATERIT PADA BLOK X PT. BINTANGDELAPAN MINERAL KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan

ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

Bab IV Pengolahan dan Analisis Data

REKAMAN DATA LAPANGAN

EKSPLORASI AWAL NIKEL LATERIT DI DESA LAMONTOLI DAN LALEMO, KECAMATAN BUNGKU SELATAN, KABUPATEN MOROWALI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

St. Hastuti Sabang*, Adi Maulana*, Ulva Ria Irvan* *) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min

DOMAIN GEOLOGI SEBAGAI DASAR PEMODELAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT PERBUKITAN ZAHWAH, SOROWAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

APLIKASI METODE RESISTIVITAS DAN PENENTUAN SONA SUPERGENE ENRICHMENT ENDAPAN NIKEL LATERIT KOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

POTENSI ENDAPAN BIJIH BESI DI KUSAN HULU KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kata kunci : batuan ultramafik, laterit nikel, serpentinisasi

PEMETAAN POTENSI NIKEL LATERIT BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL STUDI KASUS: KEC. ASERA KAB.KONAWE UTARA, SULAWESI TENGGARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

EKSPLORASI UMUM BATUAN KALIUM DI KECAMATAN BARRU DAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Muhammad Amril Asy ari (1)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2014 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

JTM Vol. XVI No. 3/2009

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

ResiduAL CONCENTRATION OLEH : ARSYIL M. (D IKA ASTUTI (D VICTOR J. P. (D62112 ARAFAH P. (D RUDIANTOM (D

PENGAMATAN UNSUR GEOKIMIA BATUAN ULTRAMAFIK DI DAERAH PERTAMBANGAN PT. BINTANG DELAPAN MINERAL

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MIERAL IKUTAN PADA WILAYAH PER- TAMBANGAN KABUPATEN KONAWE, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

48 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011

UNIVERSITAS DIPONEGORO

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

EKSPLORASI SUMBER DAYA MINERAL ENDAPAN NIKEL LATERIT

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB V PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

Transkripsi:

PROS ID I NG 0 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS PELAPUKAN SERPENTIN DAN ENDAPAN NIKEL LATERIT DAERAH PALLANGGA KABUPATEN KONAWE SELATAN SULAWESI TENGGARA Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. Tamalanrea - Makassar, 0 Telp./Fax: (0) 00 e-mail: adi_unhas@yahoo.com Abstrak Pengamatan lapangan pada daerah penelitian dijumpai sebaran material longsoran berwarna abu-abu, abu-abu putih, fragmen angular sub angular kuarsit, skis yang menyebabkan endapan nikel laterit tidak tersingkap dipermukaan dan termasuk lokasi nonprospect dari aspek eksplorasi. Hal yang menarik muncul setelah dijumpai spot perbedaan warna soil berwarna kemerahan, merah tua dan sebarannya relatif kecil. Hasil pemboran uji diketahui bahwa di bawah material longsoran terdapat jejak endapan nikel laterit. Tulisan ini menambah pustaka tentang karakteristik endapan nikel laterit di Sulawesi Tenggara dan ada perbedaan genetik laterisasi. Penerapan metode XRF, petrografi, sayatan poles pada random kontinuitas sampel soil, batuan ultramafik diharapkan dapat merekontruksi hubungan material longsoran, pelapukan batuan ultramafik dan laterisasi. Hasil penelitian menunjukkan intensitas laterisasi dan ketebalan lapisan limonit, saprolit dipengaruhi oleh material longsoran. Kata Kunci: material longsoran, pelapukan batuan ultramafik, laterisasi PENDAHULUAN Batuan ultramafik yang dipengaruhi oleh faktor geologi, geokimia, iklim tropis-sub tropis dan air, akan membentuk endapan nikel laterit. Sebagai bedrock, kondisi batuan ultramafik harus memenuhi syarat komposisi dan intensitas fracture (Burger, ). Faktor ini menyebabkan endapan nikel laterit dijumpai pada geologi regional tertentu, terutama erat kaitannya dengan keterdapatan batuan ultramafik. Wilayah Negara Kepulauan Republik Indonesia, sebaran batuan ultramafik juga terbatas dan dijumpai di Pulau Kalimantan, Maluku, Papua dan Sulawesi. Endapan nikel laterit di Provinsi Sulawesi Selatan, dijumpai pada daerah Sorowako, kabupaten Luwu Timur dan Daerah Palakka kabupaten Barru. Selain itu, endapan nikel laterit juga dijumpai di daerah Sulawesi Tengah yaitu Morowali, Bungku (Kabupaten Morowali), Luwuk (Kabupaten Luwuk Banggai) dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Endapan nikel laterit yang dijumpai di Provinsi Sulawesi Tenggara, umumnya tersingkap di Kabupaten Konawe Utara, Konawe Selatan, Bombanna dan Pomalaa. Hasil pengamatan lapangan pada daerah penelitian dan dipadukan dengan Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi (Simanjuntak, ), menunjukkan bahwa di Daerah Palangga Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara disusun oleh Formasi Meluhu (RJm) yang terdiri dari batupasir, kuasir, serpih hitam, serpih merah, batusabak, batugamping dan lanau. Sebaran Formasi Meluhu menghampar cukup luas pada topografi pedataran dan dijumpai material erosi. Kondisi fisik sebaran formasi ini, menyebabkan daerah penelitian termasuk lokasi non-prospect untuk dilakukan eksplorasi endapan nikel laterit. Sebaran material erosi relatif luas dengan warna abu-abu terang, abu-abu kehitaman kemerahan dan beberapa titik pengamatan dijumpai spot material lempung berwarna merah, merah tua, keras menggumpal. Pada titik pengamatan ini dilakukan pemboran untuk mengetahui perbedaan warna yang ditimbulkan oleh material lempung dan hasilnya menunjukkan perubahan warna coklat kemerahan, coklat muda, coklat abu-abu, semakin berubah ke arah kedalaman hingga meter hingga dijumpai pelapukan batuan ultramafik. Hasil pemboran ini, menguatkan dugaan bahwa di bawah material erosi terdapat pelapukan batuan ultramafik dan pada prosesnya dapat membentuk endapan nikel laterit. Volume : Desember 0 Group Teknik Geologi ISBN : ---0- TG -

Analisis Pelapukan Serpentin dan Menurut Trescases (), intensitas erosi umumnya terjadi pada Mio-Pliosen dimana pelapukan menyebabkan topografi pada saat itu cenderung berbeda membentuk endapan lereng, punggungan bukit atau rawa pada pedataran. Meskipun endapan material relatif tebal, namun hasil analisis laboratorium pada sampel batuan ultramafik menunjukkan range nilai kadar nikel relatif tinggi antara 0,% sampai,%. Jangkauan kadar nikel yang terletak antara 0,% sampai 0, % menunjukkan bahwa proses pelapukan terjadi pada batuan ultramafik (Tonggiroh, 00). Secara vertikal, endapan nikel laterit terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan atas (limonit), lapisan tengah (saprolit) dan batuan dasar (ultramafik) (Bold, ). Lapisan limonit dicirikan oleh soil laterit berwarna coklat, coklat tua, coklat kemerahan dan mengandung oksida besi. Lapisan saprolit dicirikan oleh soli berwarna abuabu, abu-abu kehijauan dan mengandung fragmen batuan ultramafik. Batuan ultramafik berwarna hijau, hijau tua, mengandung mineral olivin, piroksen dan ada yang mengalami serpentinisasi. Menurut Golightly (), model laterisasi endapan nikel laterit di Sorowako Sulawesi Selatan terdiri dari empat lapisan, yaitu : limonit, medium grade limonit, saprolit dan batuan ultramafik (bedrock). Penerapan geokimia pada model yang dikemukakan oleh Golighly () merupakan acuan penelitian geologi yang diketahui dari kenampakan lapangan pada endapan nikel laterit di Daerah Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Endapan nikel laterit di Daerah Konawe Selatan menunjukkan profil permukaannya yang ditutupi oleh material erosi dan menimbulkan kesulitan dalam eksplorasi endapan nikel laterit. Eksplorasi endapan nikel laterit diduga berkaitan dengan pelapukan batuan ultramafik dalam pembentukan endapan nikel laterit dan keberadaan material erosi yang tersebar diatas permukaan. Kajian profil pelapukan serpentin merupakan indikasi proses laterisasi yang terjadi pada batuan ultramafik dan dilakukan melalui analisis petrografi dan sayatan poles. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Daerah Palangga Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, dan dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian termasuk Ofiolit Sulawesi Timur. Metode Penelitian Metode yang diterapkan meliputi penelitian lapangan, laboratorium dan penulisan. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan meliputi pengambilan sampel dari permukaan material erosi sampai dengan batuan ultramafik. Hasil pengambilan sampel selanjutnya dideskripsikan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik. Penelitian Laboratorium Penelitian laboratorium menggunakan mikroskop bijih dan petrografi. TINJAUAN PUSTAKA Geologi Regional Sukamto () membagi Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya ke dalam tiga mandala geologi berdasarkan asosiasi litologi dan struktur regional. Ketiga mandala tersebut adalah Mandala Geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi Sulawesi Timur, dan Mandala Geologi Banggai Sula. Berdasarkan pembagian tersebut maka daerah penelitian termasuk dalam Mandala Sulawesi Timur. Batuan tertua pada Mandala Geologi Sulawesi Timur adalah batuan ultramafik yang merupakan batuan alas, terdiri dari harzburgit, serpentinit, dunit, wherlit, gabro, diorit, basal, mafik malihan dan magnetit, diduga berumur Kapur (Simanjuntak,). ISBN : ---0- Group Teknik Geologi Volume : Desember 0 TG -

PROS ID I NG 0 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar. Peta Geologi Lembar Kolaka (Simanjuntak, ) Pelapukan Batuan Esensi pelapukan pada iklim tropis sub tropis dalam pembentukan endapan laterit adalah homogenitas batuan ultramafik. Hal ini mempengaruhi geokimia pelapukan dalam fluktuasi unsur pada topografi lembah, kemiringan lereng dan batas infiltrasi air. Geokimia pelapukan dicirikan oleh kehadiran fragmen besi yang berasosiasi dengan endapan lempung (Gonord & Trescases, 0 dalam Trescases, ). Fluktuasi unsur dari pelapukan batuan ultramafik juga mengikuti perubahan air meteorik mengisi celah rekahan dimana silika dan magnesia larut. Ini menyebabkan perubahan topografi. HASIL DAN BAHASAN Beberapa analisis dilakukan untuk mengetahui proses pelapukan batuan ultramafik dan hubungannya dengan material erosi. Geologi Daerah penelitian Gomorfologi satuan bentangalam bergelombang denudasional dan pedataran denudasional terletak pada ketinggian 00 m sampai 00 m dpl. Satuan bentangalam bergelombang denudasional dicirikan oleh proses geomorfologi agradasi dan degradasi, menyebar pada bagian utara dan selatan meliputi Kecamatan Palangga Selatan, Palangga Utara. Satuan bentang alam pedataran denudasional menempati bagian tengah dan bagian barat dari daerah penelitian, dengan beda tinggi < meter dan kemiringan lereng 0 - %. Gambar. Foto Kenampakan Satuan Bentang Alam Bergelombang Denudasional Volume : Desember 0 Group Teknik Geologi ISBN : ---0- TG -

Analisis Pelapukan Serpentin dan Proses genetik yang berkembang yaitu denudasional dengan tingkat pelapukan sedang sampai tinggi baik yang membentuk lapisan soil di permukaan berupa residual soil. Kondisi pedataran, telah mengalami proses pengelupasan yang disebabkan oleh proses erosi dan pelapukan. Gambar. Foto Kenampakan Bentang Alam Pedataran Denudasional Berdasarkan data pemboran maka analisis sebaran batuan ultramafik dilakukan secara vertikal meliputi bagian atas permukaan material erosi dan bagian bawah batuan ultramafik. Batuan ultramafik menempati % daerah penelitian dengan kenampakan lapangan; warna segar abu-abu putih, hijau muda, warna lapuk hijau kecoklatan, coklat muda. (Gambar a). Kenampakan petrografis pada sayatan tipis, komposisi mineral olivin %, klinopiroksen %, ortopiroksen %, mineral opak (kromit, magnetit, hematit) %, serpentin %, kalsit %, mineral lempung %, kalsit %, nama batuan Peridotit serpentinit (Streckeisen, ). Kenampakan mikroskopis pada mineral olivin, piroksen sebagian telah mengalami perubahan membentuk serpentin dan mengisi retakan yang berasosiasi dengan mineral opak. (Gambar b). Gambar. (a) Sebaran Batuan Ultramafik, (b) Kenampakan Petrografis Pelapukan Orientasi pelapukan terjadi pada permukaan dan zona rekahan batuan harzburgit, terdapat variasi sebaran urat kuarsa tidak beraturan, tebal mm. Rekahan terisi oleh mineral serpentin (tebal rata-rata cm) dengan arah umum timur laut. Struktur sheared yang berkembang dalam fractures batuan harzburgit. Tipe sheared dijumpai pada zona-zona sesar lokal, memperlihatkan zona slip-fibre serpentinit. Karakteristik slip-fibre serpentinit umumnya memperlihatkan permukaan yang tipis dan berwarna kuning kehijauan sampai abu-abu kehijauan sampai hijau pucat atau kuning kehijauan (Gambar ). ISBN : ---0- Group Teknik Geologi Volume : Desember 0 TG -

PROS ID I NG 0 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar. Kenampakan Lapangan (a) Singkapan Batuan Ultramafik, (b) Zona Pelapukan (c), Zona Alterasi Analisis sayatan poles pada contoh no. batuan ultramafik, dijumpai kromit (Fe,Mg)(Cr,Al,Fe,) O, (warna krem pucat, relief tinggi); magnetit (Fe O ), warna abu-abu kecoklatan, isotropik, kristalin kubik, granular dan serpentin (Mg,Fe) Si O (OH) (kuning pucat, vibrous). Mineral kromit (subhedral) tumbuh pada pelapukan serpentin, mineral magnetit sebagian telah mengalami hematitisasi peripheral yang disertai munculnya retakan. Hematisasi yang terjadi pada sisi luar magnetit menunjukkan tahapan awal oksidasi dimana rekristalisasi yang dipengaruhi Fe + menjadi Fe +. Tekstur mesh dan bentuk kromit menunjukkan tahapan pelapukan olivin berjalan lambat sampai sedang. Tahapan pelapukan juga ditunjukkan pada tekstur island dari magnetit, terjadi fase oksidasi atau stabilisasi magnetit dengan pelepasan MgO dan SiO (O Hanley et al, ) (Gambar ). A B C D E F G H I J K L M N O Chromite Magnetite XPL Gambar. 0, mm Fotomikrograf Sayatan Poles Tampak Sekelompok Kromit yang Terjebak di antara Serpentin dan Olivin Serta Magnetit yang Mengisi Retakan Halus pada Struktur Mesh Analisis sayatan poles pada contoh no. batuan ultramafik, terdapat mineral kromit, magnetit dan serpentin. Bentuk anhedral dan sub hedral pada mineral kromit menunjukkan pelapukan meningkat dan mengalami gangguan yang menyebabkan orientasi mineral dalam perangkap struktur. Kenampakan mikroskopis pada mineral kromit dan magnetit dalam bentuk fragmen-fragmen anhedral menunjukkan intensitas pelapukan meningkat. Selain itu, tidak adanya perangkap struktur mesh menunjukkan pula bahwa terurainya mineral olivin dan serpentin terjadi secara menyeluruh (Gambar ). Volume : Desember 0 Group Teknik Geologi ISBN : ---0- TG -

Analisis Pelapukan Serpentin dan Kenampakan mikroskopis pada mineral kromit dan magnetit dalam bentuk fragmen-fragmen anhedral menunjukkan intensitas pelapukan meningkat. Selain itu, tidak adanya perangkap struktur mesh menunjukkan pula bahwa terurainya mineral olivin dan serpentin terjadi secara menyeluruh.. A B C D E F G H I J K L M N O Magnetite Chromite XPL Gambar. 0, mm Fotomikrograf Sayatan Poles menunjukkan Tahapan Pelapukan dalam Perangkap Struktur Mineral Olivin SIMPULAN. Pembentukan endapan nikel laterit diawali dengan proses pelapukan pada batuan peridotit serpentinit dan perubahan bentuk mineral kromit, magnetit pada tektur mesh.. Perkembangan pembentukan endapan nikel laterit meningkat yang ditandai oleh terbentuknya lapisan limonit, lapisan saprolit dan kemudian terhenti oleh material erosi. DAFTAR PUSTAKA Burger, (), Origin and Charanteristics of Lateritic Nickel Deposits, Kalgoorlie. Boldt, (), Laterit Deposites, Mc. Farlane Publsh. Golightly, (), Nickeliferous Laterites: A General Description, PT. International Nickel Indonesia, Sorowako. O Hanley, David, S., Offler, Robin, (), Characterization of Multiple Serpentinization Wodsreef, New South Wales, Canadian Mineralogist, v.0. Simanjuntak, T.,O., Surono, Sukido, (), Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi, Departement of Mines and Energy, Directorate General of Geology and Mineral Resources. Tonggiroh, Adi, (00), Karakteristik Ni-Co pada Endapan Nikel Laterit Sorowako, Program Coop Inco Tbk Unhas, Sorowako. Trescases, J.,J., (), Weathering and Geochemical Behaviour of the Elements of Ultramafic Rocks in New Caledonia, Bureau of Mineral Resources, Geology and geophysics, Canberra. Rab, Sukamto, & T.,O., Simandjuntak, (), Tectonic Relationship between Geologic Provinces of Western Sulawesi, Eastern Sulawesi and Banggai Sula in the Light of Sedimentological Aspects, Presented to the IV th Geosea Conference in Manila. ISBN : ---0- Group Teknik Geologi Volume : Desember 0 TG -