Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) 29
Gambar 3.14 Tuf kasar dengan warna merah ( lokasi pgd-13, jalan masuk ke Kawah Pagerkandang menghadap ke timur) Sayatan petrografi menunjukan bahwa andesit piroksen memiliki tekstur porfiritik, hipokristalin dengan fenokris berupa plagioklas, piroksen (klinopiroksen), dan olivin serta mineral opak, telah mengalami alterasi lemah yang ditandai dengan adanya mineral klorit. Komponennya terdiri dari plagioklas (15%), prismatiksubhedral, berukuran 0.5-1.25 mm, menunjukkan kembaran albit dan albit-carlsbad, diidentifikasi berupa andesine. Piroksen (15%) berupa klinopiroksen, prismatik, berukuran 0.5-1 mm, bening, belahan 1 arah. Mineral opak (5%) hitam, euhedral. Klorit (15%) hijau gelap, mengalterasi mineral piroksen. Masa dasar (40%) berupa plagioklas dan gelas yang yang mulai terubahkan menjadi mineral lempung. Andesit piroksen ini mempunyai ciri berupa (lampiran-1) masa dasar gelas yang mulai terubahkan menjadi mineral lempung dan mineral alterasi berupa klorit. Untuk tuf kasar berupa tuf kristal, terpilah buruk, kemas terbuka, bentuk butir umumnya membundar tanggung. Tersusun atas butiran berupa litik dan kristal, serta 30
matriks, berupa piroklastik tipe jatuhan (fall). Komponennya berupa litik (15%) berupa batuan beku, mineral (10%) berupa plagioklas dan piroksen, gelas (75%) terdiri dari gelas volkanik. hadir sebagai matriks melimpah mengisi rongga antar butiran. Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di daerah penelitian ini serta dengan Satuan Lava Andesit Merdada diperkirakan memiliki batas menjari (fingering). Condon et al. (1996) menyebutkan adanya hubungan keselarasan satuan ini dengan satuan yang lebih tua. Condon et al. (1996) juga menyebutkan bahwa satuan ini berumur Holosen. 3.2.4 Satuan Lava Andesit Gunung Merdada Satuan ini berada di daerah selatan daerah penelitian dengan luas area sekitar 15%, ditandai dengan warna merah bata (Qm) pada peta geologi (lampiran-2), tersebar di Gunung Merdada dengan singkapan umumnya segar. Berdasarkan rekonstruksi penampang mempunyai ketebalan sekitar 400-500 m. Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi andesit piroksen dan tuf kasar. Andesit memiliki ciri megaskopis berupa warna hitam, struktur masif, hipokristalin, ukuran kristal sedang sampai halus (0,5-5 mm), inequigranular porfiritik, bentuk kristal hipidiomorfik, memiliki komposisi mineral plagioklas, piroksen (gambar 3.15 dan 3.16). Tuf kasar terdapat di beberapa tempat di satuan ini, batuan ini memiliki ciri megaskopis berupa warna kuning-kecoklatan, terpilah buruk, kemas terbuka, bentuk butir membulat membulat tanggung, memiliki butiran litik, matriks/semen berupa tuf kasar. 31
Gambar 3.15 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Merdada (lokasi mdd-08 menuju Bukit Merdada dilihat dari arah tenggara) Gambar 3.16 Andesit yang terdapat pada Satuan Lava Andesit Gunung Merdada (lokasi mdd-09 di kaki Bukit Merdada) 32
Sayatan petrografi menunjukan bahwa andesit piroksen memiliki tekstur porfiritik, hipokristalin dengan fenokris berupa plagioklas, piroksen baik ortopiroksen maupun klinopiroksen, serta mineral opak, masa dasar berupa gelas yang sebagian mulai terubahkan menjadi lempung. Plagioklas (25%) berukuran 0,5-2,5 mm, bentuk prismatik euhedral, menunjukan kembaran albit dan carlsbad-albit, diidentifikasi berupa andesin. Piroksen (20%) berupa klinopiroksen (15%) dan sebagian berupa ortopiroksen (5%), prismatik, berukuran 0,5-1,25 mm. mineral opak (5%) hitam, euhedral. Masa dasar (50%) terdiri dari gelas yang sudah terubah menjadi mineral lempung (lampiran-1). Yang menjadi ciri khas dari andesit ini adalah masa dasarnya yang sudah terubahkan menjadi mineral lempung serta mineral piroksen yang dominan. Untuk tuf kasar hanya secara megaskopis saja dideskripsi. Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di daerah penelitian ini serta dengan Satuan Lava Andesit Merdada diperkirakan memiliki batas menjari (fingering). Condon et al. (1996) menyebutkan adanya hubungan keselarasan satuan ini dengan satuan yang lebih tua. Condon et al. (1996) juga menyebutkan bahwa satuan ini berumur Holosen. 3.2.5 Satuan Endapan Piroklastika Jatuhan Dieng Penyebaran satuan ini menempati kurang lebih 40%, terletak pada dataran yang landai yang terdapat di daerah penelitian, dan ditandai dengan warna cokelat muda (Qpd) pada peta geologi (lampiran-2), singkapan umumnya terdapat di daerah sungai dan tebing jalan, keadaan singkapan umumnya segar. Berdasarkan rekonstruksi penampang mempunyai ketebalan sekitar 100-300 m. Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi tuf kasar. Tuf kasar terdapat di beberapa tempat di satuan ini, batu ini memiliki ciri megaskopis berupa warna kuningkecoklatan, terpilah buruk, kemas terbuka, bentuk butir membulat membulat tanggung, memiliki butiran litik, matriks / semen berupa tuf kasar. 33
Gambar 3.17 Singkapan berupa tuf kasar dari Satuan Endapan Piroklastik Jatuhan Dieng (lokasi dlk-03, tepi Kali Dolok ) Sayatan petrografi dari tuf kasar berupa tuf kristal, memiliki tekstur berupa terpilah buruk, kemas terbuka, butiran umumnya membundar-menyudut, kurang kompak. Terdiri dari butiran (40%) berupa litik dan mineral berupa plagioklas, piroksen, mineral opak, matriksnya (60%) berupa gelas volkanik. Butirannya terdiri dari litik (10%) berupa fragmen batuan beku. Mineral seperti plagioklas (20%) dan piroksen (10%). Gelas volkanik (60%) hadir sebagai matriks yang mengisi rongga antar butiran Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di daerah penelitian ini. Condon et al. (1996) menyebutkan adanya hubungan keselarasan satuan ini dengan satuan yang lebih tua. Condon et al. (1996) juga menyebutkan bahwa satuan ini berumur Holosen. 34
3.3 Struktur Geologi 3.3.1 Analisis peta topografi dan citra satelit Pola kelurusan berdasarkan literatur pada peta geologi regional umumnya berarah baratlaut- tenggara (Bab 2, gambar 2.2), beberapa mata air panas dan dingin yang muncul dipengaruhi oleh kehadiran sesar ini (Condon, et al., 1996). Selain sesar terdapat juga struktur lainnya berupa bentukan kaldera yang berkembang di daerah penelitian ini (gambar 3.18). Gambar 3.18 Pola kelurusan didominasi arah barat laut tenggara dan barat- timur (modifikasi dari sumber google earth) 35
Berdasarkan hasil penarikan kelurusan dari peta geomorfologi (lampiran-2) & citra satelit dari Google Earth (Gambar 3.18.), pola kelurusan pada daerah penelitian memiliki arah dominan utara baratlaut tenggara untuk punggungan dan utara selatan untuk aliran sungai (gambar 3.19 dan gambar 3.20). Arah tersebut tidak hanya menunjukkan kelurusan akibat struktur namun pada daerah volkanik masih dipengaruhi arah aliran lava dari sumber erupsi yang berbeda-beda. Gambar 3.19 tenggara (Rockwork 2002). Pola Kelurusan bukit menunjukan arah dominasi utara baratlaut- Gambar 3.20 Pola kelurusan sungai menunjukan arah dominasi utara - selatan (Rockwork 2002) 36
3.3.2 Struktur geologi daerah penelitian Struktur geologi daerah penelitian dianalisis berdasarkan pada intrepetasi peta topografi dan citra satelit serta didukung oleh pengamatan di lapangan. Bukti kehadiran struktur di lapangan kurang didapatkan. Hal ini disebabkan karena endapan volkanik muda berumur Kuarter yang dominan menutupi dari daerah penelitian. Untuk data di lapangan didapatkan dengan metoda pendekatan melalui kelurusan dan kenampakan di lapangan berupa mata air panas, air terjun, kelurusan bukit dan aliran sungai. Struktur yang berkembang di daerah ini adalah struktur kawah dan sesar. Penamaan struktur geologi diambil dari nama daerah, sungai atau bukit yang dipotong oleh struktur tersebut. Peta penyebaran struktur geologi ditunjukan oleh peta geologi derah penelitian (lampiran -2) 3.3.2.1 Struktur Kawah Berdasarkan hasil analisis maka daerah penelitian ini memiiki 3 struktur seperti kawah yang ada di kawah seperti : 1. Kawah Pagerkandang Terletak di Gunung Pagerkandang (gambar 3.1), berada di utara daerah penelitian, memiliki diameter ±650 m (berdasarkan peta topografi), memiliki bukaan yang menjadi tempat keluarnya produk piroklastik ke arah barat. Terdapat manifestasi fumarola di dalamnya yang menjadi penciri aktifnya kawah ini. 2. Kawah Merdada Terletak di Gunung merdada (gambar 3.3) yang berada di selatan dari Gunung Pagerkandang, memliki diameter ±700 m (berdasarkan peta topografi), struktur ini sudah terisi air, sehingga membentuk sebuah telaga. 37
3. Kawah Sikidang Terletak di Gunung Kawahsikidang yang berada di selatan Gunung Merdada, memiliki diameter ±700m (berdasarkan peta topografi), terdapat manifestasi berupa kolam lumpur yang menjadi ciri aktifnya kawah ini. Gambar 3.21. Kenampakan dari kolam lumpur yang ada di Gunung Kawahsikidang (foto menghadap ke arah tenggara) 3.3.2.2 Struktur sesar Analisis struktur sesar dilihat berdasarkan intepretasi kelurusan dari peta topografi dan citra satelit serta pengamatan di lapangan, data kehadiran struktur di lapangan tidak ditemukan, hanya menggunakan pendekatan berupa kenampakan mata air panas, dan adanya air terjun serta kelurusan bukit dan aliran sungai. Karena tidak ditemukan bukti yang kuat, maka sesar ini digolongkan sesar intepretatif atau diperkirakan. Setelah dianalisis daerah penelitan dibagi menjadi 3 struktur sesar yaitu: 38
1. Sesar Sileri Sesar ini memanjang dari Bitingan ke Sileri hingga ke Air Terjun sileri. Mempunyai arah umum utara selatan(lampiran-2, peta geologi). Didapatkan berdasarkan analisis dari peta topografi dan citra satelit yang tampak pada kelurusan sungai (gambar 3.22) serta kenampakan di lapangan yang terlihat sesar ini berada di kelurusan antara Mata Air Panas Bitingan, Mata Air Panas Sileri dan Air Terjun Sileri (gambar 3.23). Gambar 3.22 Intepretasi dari citra satelit, menunjukan kelurusan dari Sesar Sileri ( sumber SRTM, 2009) 39
Gambar 3.23 Kenampakan berupa Air Terjun Sileri (lokasi dlk-18, foto menghadap barat daya) 2. Sesar Dolok Sesar ini berada di Sungai Dolok, tepatnya berada di antara kaki Gunung Pagerkandang dan Gunung Merdada (lampiran-2, peta geologi). Mempunyai arah umum barat-timur. Didapatkan berdasarkan analisis dari peta topografi dan citra satelit berupa kelurusan sungai yang berarah N 90 o E (gambar 3.24). Kenampakan di lapangan terlihat adanya kelurusan sungai. Sesar ini diduga berupa sesar turun. 40
Gambar 3.24 Intepretasi dari citra satelit, menunjukan kelurusan dari Sesar Dolok dengan arah N 90 0 E (sumber SRTM, 2009) 3. Sesar Kawahsikidang Berada di punggungan antara Gunung Merdada dan Gunung Kawahsikidang (lampiran-2, peta geologi) mempunyai arah umum timurlaut-baratdaya. Didapatkan berdasarkan analisis dari peta topografi dan citra satelit berupa kelurusan bukit yang berarah N 30 0 E (gambar 3.25) serta terlihat adanya kelurusan di punggungan tersebut (gambar 3.26). Kemungkinan sesar ini berupa sesar turun. 41
Gambar 3.25 Intepretasi dari citra satelit, menunjukan kelurusan dari Sesar Kawahsikidang dengan arah N 30 0 E ( sumber SRTM, 2009) Gambar 3.26 Gambar dari Gawir Sesar KawahSikidang tampak dari G Pagerkadang ke arah utara. 42