MENGUKUR STANDAR DEVIASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG

PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG

MEMBUAT KLASIFIKASI FAKTA

QUIZ PENGANTAR STATISTIK SOSIAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKURAN PEMUSATAN DATA STATISTIK

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

TENDENSI SENTRAL DALAM POLITIK LUAR NEGERI

OUTLINE BAGIAN I Statistik Deskriptif

Ilmu Komunikasi Marketing Communication & Advertising

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

Deviasi rata-rata (rata-rata simpangan) data yang belum dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

UKURAN TENGAH DAN UKURAN DISPERSI

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelajaran yang sukar, dan masih banyak siswa yang bertanya tentang

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB III UKURAN TENGAH DAN DISPERSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai ujian statistik 5 mahasiswa kelas A adalah 71,75,79,77,73 Nilai ujian statistik 5 mahasiswa kelas B adalah 45,60, 90,85,95

PENGANTAR STATISTIK Pusat Data dan Satistik Pendidikan-Kebudayaan Setjen, Kemdikbud 2014

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

BAB I DISTRIBUSI FREKUENSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

Ukuran Simpangan/Penyebaran

Good Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode

BESARAN STATISTIK (UKURAN TENGAH DAN UKURAN

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

STATISTIK. Rahma Faelasofi

ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

Pengukuran Deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI

Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

Pengukuran Deskriptif. Debrina Puspita Andriani /

BAB I PENDAHULUAN. tak jarang masyarakat juga menyukai gaya hidup yang bisa dibilang berfoya-foya dan

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. murah sehingga ekspor Indonesia ke sebagian besar negara meningkat, ceteris paribus.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan

DISPERSI DATA. - Jangkauan (Range) - Simpangan/deviasi Rata-rata (Mean Deviation) - Variansi (Variance) - Standar Deviasi (Standart Deviation)

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. lain. Seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan Subprime Mortage yang

Modal Insani (Human Capital) dan Pembangunan Ekonomi

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

1.0 Distribusi Frekuensi dan Tabel Silang

Transkripsi:

MENGUKUR STANDAR DEVIASI Dalam perbincangan sebelumnya kita banyak mengulas tentang fakta dan kecenderungan sentral, yang kemudian memperbincangkan proses variabilitas. Dalam konteks ini kita akan memperbincangkan posisi suatu fakta dari titik tengah. Dengan mengetahui fakta ini, maka akan memungkinkan kita melakukan instropeksi diri, dalam konteks hubungan antar aktor atau kelompok dalam masyarakat. Kita akan bisa mengetahui apakah kita itu kompetitif ataukah kita pecundang. Kalau kita kompetitif sejauh apa competitiveness-nya, dan kalau kita pecundang dalam titik seperti apakah posisi kita. Apakah kita masih mungkin bangkit, ataukah kita sudah tak punya harapan. Lebih dari itu, dengan mengetahui posisi maka kita akan bisa merencanakan proses konversi kita dalam sistem. Kita juga akan bisa menghitung upaya apa yang harus kita lakukan agar kita bisa melakukan mobilitas vertikal, sehingga memungkinkan perubahan status. Dalam konteks sosiologis, perubahan status ini bisa dipastikan juga akan diikuti dengan perubahan peran yang akan dijalankannya. Bagi fihak yang sudah kompetitif, maka proses ini juga bermanfaat untuk mempertahankan posisinya agar tidak mengalami degradasi status. Ini perlu agar fihak yang sudah kompetitif tidak mengalami sindrom arogan, dan melalaikan tugastugas dan tindakan-tindakan kreatif. Untuk mengukur posisi dari titik tengah, dikenalkan dalam statistik dengan dua bentuk model, 1) Ukuran dalam model mean deviasi, model ini lebih menekankan pengukuran berdasarkan jarak dari titik sentral dengan tidak memperhitungkan posisi di atas maupun dibawah titik tengah. Atau dalam statistik, Mean deviasi tidak berbicara tentang simpangan dalam artian yang riil, yakni terdapatnya simpangan postif maupun negatif. Mean deviasi mengasumsikan simpangan dalam bentuk simpangan positif semua. 2) Standar deviasi, berbeda dengan mean deviasi, standar deviasi mencoba melakukan pengukuran secara proporsional. Kalau mean deviasi simpangannya dalam bentuk simpangan positif, maka standar deviasi memilah dalam dua

simpangan. Simpangan di atas mean ditandai dengan simpangan positif dan simpangan di bawah mean ditandai dengan simpangan negatif. Kalau dalam proses pembagian klasifikasi untuk menentukan posisi strategis kita mempergunakan analisis berbasis tendensi sentral dalam bentuk median, maka dalam Mean deviasi maupun standar deviasi kita akan mempergunakan ukuran tendensi sentral berbasis mean. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan diagram mean deviasi dan standar deviasi, yang sudah dalam bentuk kurva normal. Mean Gambar untuk Mean Deviasi adalah sebagai berikut: 3 Md 2 Md 1 Md 1 Md 2 Md 3Md Mean Sedangkan gambar untuk Standar Deviasi sebagai berikut:

- 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd Mean Dengan gambar ini kita bisa melakukan analisis-analisis perencanaan yang menarik dalam hubungan internasional. Seperti dalam interaksi ekonomi dan politik internasional negara-negara di dunia selama ini diklasifikasikan dalam beberapa kelas. Pertama ada yang disebut sebagai negara sangat maju, negara yang termasuk dalam kelas ini adalah negara-negara dengan pendapatan perkapita lebih dari 15.000 US $ dan khususnya negara-negara ini terletak di benua Eropa. Negara Maju, Negara dengan pendapatan perkapita antara 10.000 US $ sampai 15.000 US$. Negara Berkembang dengan pendapatan perkapita antara 5.000 US$ sampai 10.000 US$. Negara Sedang Berkembang dengan pendapatan perkapita antara 1.000 US$ sampai 5.000 US$. Dan negara miskin (terbelakang) adalah negara dengan pendapatan perkapita kurang dari 1000 US$. Atau dalam studi politik internasional, dikenalkan dengan issue-issue demokrasi, otoriterisme, militerisme. Antar isme ini menunjukkan pola-pola khas yang bisa diukur. Misal pola demokrasi seringkali diukur dari tingkat representasi kepentingan rakyat dalam politik, atau diukur tingkat keterbukaan suatu regim terhadap aspirasi masyarakat. Dalam konteks indikator ini kita bisa membuat jenjang klasifikasi dalam angka index. Misal dalam konteks indeks representasi kepentingan masyarakat regim otoriterisme menempati posisi kelas yang paling paling rendah, baru regim militerisme, dan kemudian demokrasi. Bagi para penggagas demokrasi di negara otoriter kalau hendak menjalankan proses transisi demokrasi mau tidak mau harus merencanakan segala sesuatu secara matang. Demikian pula dalam kasus posisi ekonomi negara dunia, proses mobilitas vertikal merupakan sesuatu yang harus direncanakan. Di sinilah seorang analisis maupun praktisi perlu mempelajari logika standar deviasi secara lebih cermat agar bisa membuat urutan langkah yang logik sekaligus visioner. Lantas bagaimana proses mencari standar deviasi? Pada prinsipnya mencari standar deviasi hampirlah mirip dengan proses mencari mean, baru kemudian diproses

kembali dalam bentuk simpangan yang dikuadrat. Jadi komponen yang perlu dicari adalah jumlah simpangan mean yang setiap simpangan dikuadratkan, kemudian dibagi dengan banyak data. Baru kemudian dari perolehan tersebut diakarkan. Sehingga rumus dari standar deviasi adalah sebagai berikut: SD = F.x 2 ---------- n F = Merupakan frekuensi setiap kelas X = Merupakan simpangan titik tengah setiap kelas dari mean yang kemudian dikuadratkan N = Merupakan banyak data Untuk aplikasi lebih jauh marilah kita perhatikan contoh sajian data sebagai berikut yang akan kita olah dalam analisis standar deviasi. Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis KELAS FREKUENSI 51-60 6 61-70 10 71-80 13 81-90 8 91 100 14 101 110 37 111 120 14 121 130 14 131 140 5 Misal diasumsikan bahwa kelas setiap tabel mencerminkan indeks negara-negara Asia dalam menghadapi krisis.

Kelas pertama mewakili index negara Birma Kelas kedua mewakili index negara Pakistan Kelas Ketiga mewakili index negara Indonesia Kelas keempat mewakili index negara India Kelas kelima mewakili index negara Filipina Kelas keenam mewakili index negara Thailand Kelas ketujuh mewakili index negara RRC Kelas kedelapan mewakili index negara Malaysia Kelas kesembillan mewakili index negara Singapura Dari tabel diatas maka harus dimodifikasi I sebagai berikut: Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis Kelas X F F.x Negara 51-60 55,5 6 333 Birma 61-70 65,5 10 655 Pakistan 71-80 75,5 13 981,5 Indonesia 81-90 85,5 8 684 India 91-100 95,5 14 1337 Filipina 101-110 105,5 37 3903,5 Thailand 111-120 115,5 14 1617 RRC 121-130 125,5 14 1757 Malaysia 131-140 135,5 5 677,5 Singapura 121 11.945,5 berikut: Dari tabel di atas maka kita bisa merumuskan untuk mencari meannya sebagai

M = F.X ------- n M = 11.945,5 ---------- 121 M = 98,72 Setelah kita menemukan angka meannya maka kita bisa memodifikasi tabel tersebut untuk mencari skore Standar Deviasinya. Sehingga akan menghasilkan tabel sebagai berikut: Dari tabel diatas maka harus dimodifikasi II sebagai berikut: Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis Kelas X F F.x X X 2 F.x 2 Negara 51-60 55,5 6 333-43,22 1867,9 11.207,9 Birma 61-70 65,5 10 655-33,22 1103,6 11.035,7 Pakistan 71-80 75,5 13 981,5-23,22 539,2 7.009,2 Indonesia 81-90 85,5 8 684-13,22 174,8 1.398,2 India 91-100 95,5 14 1337-3,22 10,4 145,2 Filipina 101-110 105,5 37 3903,5 +6,78 45,9 1.700,9 Thailand 111-120 115,5 14 1617 +16,78 281,6 3.941,9 RRC 121-130 125,5 14 1757 +26,78 717,2 10.040,4 Malaysia 131-140 135,5 5 677,5 +36,78 1352,8 6.763,9 Singapura 121 11.945,5 53.242,9 Sehingga dari tabel di atas kita bisa mencari skore standar deviasi sebagai berikut: SD = F.x 2 ---------- n SD = 53.242,9 ----------

121 SD = 440.02 SD = 20,97 Guna memudahkan dalam proses analisis maka kita bisa buatkan posisi negara Asia dalam menghadapi krisis, di mana mengasumsikan bahwa Mean merupakan ukuran suatu negara keluar dari krisis atau masih dilanda krisis. - 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd 35,81 56,78 77,75 98,72 119,69 140,6 161,63 Mean Dari kurva normal di atas, maka kita bisa menarik beberapa kesimpulan posisi negara-negara Asia terhadap krisis: 1). Negara-negara yang masih dilanda krisis meliputi: Filipina, India, Indonesia, Pakistan dan Birma 2). Sedangkan negara yang sudah keluar dari krisis meliputi: Thailand, RRC, Malaysia, dan Singapura Bagaimana agar Indonesia, Pakistan dan Thailand keluar dari krisis, bagaimana pula jika ketiga negara ini menghendaki posisi bergeser menuju posisi Singapura dalam kurva standar deviasinya? Jawaban sederhananya adalah Indonesia, Pakistan dan Thailand harus melakukan mobilitas, sehingga angka Standar deviasinya diatas angka 98,72. Dalam rumusan matematik mobilitas yang harus dilakukan oleh negara-negara tersebut adalah sebagai berikut: Indonesia membutuhkan 4 SD untuk menuju SD seperti Singapura Pakistan membutuhkan 4 SD untuk menuju SD seperti Singapura India membutuhkan 3 SD untuk menuju SD seperti Singapura

Secara matamatik pula kita harus memerinci indeks standar deviasi tersebut dalam konteks yang lebih operasional, dalam hal ini kita break-down dalam bentuk indikator. Misal 1 standar deviasi merepresentasikan indikator sebagai berikut: 1. Bantuan internasional sebesar 100 Juta US$ 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 3% 3. Pemberantasan Korupsi 5% 4. Pembentukan Good Governance 5% 5. 2 Tahun berjalan Dengan angka indikator ini kita bisa mengolah lebih jauh usaha-usaha yang harus dilakukan 3 negara di atas jika ingin keluar dari krisis dan menempati posisi seperti Singapura adalah sebagai berikut. Sebelum membahas strategi perencanaan marilah kita lihat posisi 3 negara tersebut dalam kurva normal standar deviasi: Pakistan India Indonesia Singapura - 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd 35,81 56,78 77,75 98,72 119,69 140,6 161,63 Mean Dari kurva ini terlihat bahwa Pakistan dan Indonesia pada ruang standar deviasi yang sama yakni di 2SD, sedangkan India berada di ruang 1SD. Seperti yang sudah dikemukakan di depan untuk mencapai SD dari Singapura yang berada pada +3SD maka Indonesia dan Pakistan harus merencanakan mobilitas sebesar 4 SD, sedangkan India jauh lebih sedikit yakni 3 Sd saja. Dari sini maka kita bisa menghitung secara matematika sederhana beberapa Indikator SD tersebut. Indonesia dan Pakistan dalam hal ini harus melakukan upaya-upaya berikut:

1. Mencari dan senantiasa terus melobi agar mendapat bantuan internasional sebesar 400 juta US$, hal ini diperoleh dari 1 SD seharga 100 juta US$, sedangkan Indonesia dan Pakistan membutuhkan 4 SD. 2. Indonesia dan Pakistan dengan bantuan internasional tersebut harus menggenjot pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Hal ini di peroleh dari 1 SD dalam indikator pertumbuhan ekonomi setara dengan 2%, sedangkan Indonesia dan Pakistan membutuhkan 4SD 3. Secara internal Indonesia harus serius memanfaatkan bantuan internasional tersebut secara baik, sehingga ruang koropsi harus ditekan sedemikian rupa. Dalam hal ini Indonesia dan pakistan harus memberantas koropsi sampai angka 20%, hal ini diperoleh bahwa 1 SD setara dengan pemberantasan koropsi sebesar 5%. 4. Dari ketiga indikator tersebut maka langkah terakhir yang sudah terakumulasi sebelumnya yakni proses pembentukan good governance sebesar 20%, angka ini diperoleh dari 1 SD setara dengan 5% pembentukan good governance. 5. Berapa lama yang dibutuhkan agar Indonesia mencapai posisi seperti Singapura. Kalau 1 SD setara dengan 2 tahun, maka minimal Indonesia dan Pakistan harus bersungguhsungguh selama kurun waktu 8 tahun merencanakan sekaligus mengimplementasikan program-programnya. Bagaimana dengan kasus India? India harus melaksanakan program: 1. Mencari dan senantiasa terus melobi agar mendapat bantuan internasional sebesar 300 juta US$, hal ini diperoleh dari 1 SD seharga 100 juta US$, sedangkan India membutuhkan 3 SD. 2. India dengan bantuan internasional tersebut harus menggenjot pertumbuhan ekonomi sebesar 6%. Hal ini di peroleh dari 1 SD dalam indikator pertumbuhan ekonomi setara dengan 2%, sedangkan Indsi membutuhkan 3SD 3. Secara internal India harus serius memanfaatkan bantuan internasional tersebut secara baik, sehingga ruang koropsi harus ditekan sedemikian rupa. Dalam hal ini India harus memberantas koropsi sampai angka 15%, hal ini diperoleh bahwa 1 SD setara dengan pemberantasan koropsi sebesar 5%.

4. Dari ketiga indikator tersebut maka langkah terakhir yang sudah terakumulasi sebelumnya yakni proses pembentukan good governance sebesar 15%, angka ini diperoleh dari 1 SD setara dengan 5% pembentukan good governance. 6. Berapa lama yang dibutuhkan agar India mencapai posisi seperti Singapura. Kalau 1 SD setara dengan 2 tahun, maka minimal India harus bersungguh-sungguh selama kurun waktu 6 tahun merencanakan sekaligus mengimplementasikan programprogramnya untuk menggejar ketertinggalannya dari Singapura Dari sini kita bisa menggulas dan mengolah lebih jauh dari fakta ekonomi internasional dengan menggunakan statistik.