BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Point telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perencanaan Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Break Even Point (Studi Kasus pada Usaha Kerajinan Tangan Ardy Craft) JURNAL

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN LUAS PRODUKSI OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR. Sunarso Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

Materi 6 Ekonomi Mikro

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aplikasi kuadratik dalam ekonomi

MAKALAH MATEMATIKA EKONOMI BREAK EVENT POINT KELAS : B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Penjualan Pabrik Kemplang Matahari 222 Palembang Tahun Jenis Produksi

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN

Fungsi biaya. Biaya tetap (fixed cost) Biaya variabel (variable cost) FC = k VC = f (Q) = vq C = g(q) = FC + VC = k + vq

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point)

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) PADA ALUMINIUM MUSI II PALEMBANG

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

BAB II KERANGKA TEORI

Department of Business Adminstration Brawijaya University

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu perusahaan terdapat sebuah organisasi yang kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Week 02. W. Rofianto, ST, MSi

How to Build a Good Financial Plan

1.Fungsi permintaan, fungsi penawaran dan keseimbangan pasar. 2.Pengaruh pajak-spesifik terhadap keseimbangan pasar

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

MATEMATIKA EKONOMI. Analisis Pulang Pokok Fungsi Konsumsi dan Tabungan Model Penentuan Pendapatan Nasional

MATEMATIKA BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN/AKUNTANSI UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL 6 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA (COST VOLUME PROFIT ANALYSIS)

Andri Helmi M, SE., MM.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA KERIPIK SINGKONG BAROKAH DESA KARANG REJO KABUPATEN PESAWARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PRODUKSI BERDASARKAN ANALISIS BREAK EVEN POINT UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PADA PD JUMBO MEKAR LESTARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Iklim politik di Indonesia di tahun 2006 semakin tidak menentu, dan tentu

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan.

Manajemen Keuangan. Break-Even Point

Aplikasi Fungsi Linear. Telkom University Alamanda

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

Bab 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut faktorfaktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa (Handoko, 2000:3). Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk mencipakan dan menambah kegunaan ( utility) sesuatu barang atau jasa (Assauri, 2008:19). MPO (Manajemen Produksi dan Operasi) atau POM ( Production & Oparation Management) adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif yang menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan (Dewanti, 2008:165). 2.2 Proses Produksi dan Jenis Proses Produksi Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Menurut Yamit (2011:123), proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahkan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna. Adapun jenis-jenis proses produksi menurut prawirosentono (2007:8) yaitu: 1. Perusahaan dengan proses produksi terus-menerus (continuous process atau continuous manufacturing). Perusahaan manufaktur ini beroperasi secara terus-menerus ( continuous) untuk memenuhi stok pasar (kebutuhan pasar). Selama stok barak hasil produksi yang terdapat di pasaran masih diperlukan konsumen, perusahaan akan terus memproduksi barang tersebut. 2. Perusahaan dengan proses produksi yang terputus-putus ( intermitten process atau intermitten manufacturing). Perusahaan manufaktur yang berproduksi secara terputus-putus menggantungkan proses produksinya pada pesanan ( job order). Artinya perusahaan ini akan berproduksi 12

13 membuat suatu jenis barang jika barang tersebut ada yang memesannya. Dan barang yang dibuat harus sesuai dengan permintaan pemesan. Jika tidak ada pesanan (order) berarti tidak ada proses produksi (job). Oleh karena itu diberi istilah job order atau bekerja atas dasar pesanan. 2.3 Perencanaan (Planning) 2.3.1 Perenanaan Produksi Perencanaan produksi (production planning) adalah perencanaa dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesinmesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan (Assauri, 2008:181). Adapun tujuan dari perencanaan produksi (2008:181) adalah: menurut Assauri a. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu. Misalnya berapa hasil ( output) yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat/level profit yang diinginkan dan tingkat persentasi tertentu dari keuntungan ( profit) setahun terhadap penjualan (sales) yang diingkinkan. b. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga haisl atau output perusahaan ini tetap mempunyai pangsa pasar ( market share) tertentu. c. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu. d. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang. e. Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang bersangkutan. 2.3.2 Perencanaan Kapasitas Menurut Yamit ( 2011:68-69), kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Untuk menentukan kapasitas produksi optimum, terdapat berbagai macam faktor yang harus diperhatikan, seperti: 1. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang mampu disediakan dalam waktu tertentu. Jumlah ini dapat diukur dari kemampuan para suplier untuk memasok maupun kemampuan penyediaan dari sumber bahan baku.

14 2. Kapasitas jam kerja mesin, yaitu jumlah jam kerja normal mesin yang mampu disediakan untuk melaksanakan kegiatan produksi. 3. Kapasitas jam tenaga kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang mampu disediakan. Jumlah jam tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan jam kerja yang berlaku apakah satu shift (8 jam), dua shift (16 jam) atau tiga shift (24 jam). 4. Modal kerja, yaitu kemampuan penyediaan dana untuk melaksanakan proses produksi, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah dan lain sebagainya. 5. Jumlah atau kapasitas permintaan. 2.4 Break Even Point (BEP) 2.4.1 Pengertian Break Even Point (BEP) Menurut Yamit ( 2011:69), Break Even Point (BEP) dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC). Menurut Handoko (2000:308), Analisis break even merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit keluaran) yang arus dihasilkan, agar perusahaan minimal tidak menderita rugi ( break even), berguna untuk menjelaskan hubungan antara biaya, penghasilan dan volume penjualan dan produksi. Selanjutnya Prawirosentono (2007:117) menyatakan bahwa Analisis Titik Impas (ATI) atau BEP Analisis (BEPA) adalah alat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya, karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas TI atau BEP. Analisis Titik Impas (TI) atau BEPA adalah analisis untuk menentukan hal -hal sebagai berikut: a. Menentukan jumlah penjuaan minimum yang haus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat. b. Selanjutnya menentukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan. Ini pun berarti bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut. c. Mengukur dan menjaga agar penjualan tidak lebih kecil dari titik impas (TI) atau BEP. Sehingga tingkat produksi pun tidak kurang dari titik impas (BEP).

15 d. Menganalisisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi. 2.4.2 Asumsi dalam Titik Impas atau Break Even Point (BEP) Asumsi-asumsi dalam Analisis Titik Impas (ATI) yang menjadi dasar dalam analisis break even point menurut Prawirosentono (2007: 119) adalah: a. Harga jual barang/jasa per unit relatif tetap pada berbagai tingkat volume pejualan dalam periode yang bersangkutan. Dengan demikian, kurva penghasilan merupakan garis linear. b. Biaya yang terjadi dapat dikelompokkan ke dalam biaya tetap atau biaya variabel. Dalam kenyataan pada perusahaan, biayabiaya tersebut seyogianya dapat dikelompokkan dalam biaya tetap ataupun biaya variabel. c. Biaya tetap relatif konstan pada periode bersangkutan. d. Kapasitas produksi maksimum perusahaan tidak bertambah, karena ekspansi. Ekspansi berarti akan mengubah struktur biaya, termasuk biaya penyusutan, sehingga berbagai jenis biaya akan berubah. e. Tingkat efisiensi perusahaan relatif tidak berubah. Misalnya, terjadi pemborosan sehingga struktur biaya berubah, harga jual pun dapat berubah. Atau sebaliknya, dengan penggunaan teknologi baru, biasanya mengubah struktur biaya, harga jual, dan sebagainya. 2.4.3 Penggolongan Biaya Menurut Render & Heizer (2015:358) Biaya tetap adalah biaya yang akan berlanjut bahkan jika tidak ada unit yan diproduksi. Contohnya meliputi depresiasi, pajak, utang dan pembayaran hipotek. Biaya variabel merupakan biaya yang bervariasi bergantung pada volume unit yang diproduksi. Komponen utama dari biaya variabel adalah tenaga kerja dan bahan material. Namun, biaya lainnya, misalnya bagian dari pemanfaatan yang volumenya bervariasi, juga merupakan biaya variabel. Sedangkan menurut Prawirosentono (2007: 121-123), biaya dikelompokkan menurut sifatnya (by nature), yakni sebagai berikut: 1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume produksi pada periode dan tingkat tertentu. Namun pada biaya tetap ini biaya satuan ( unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume produksi. Semakin tinggi volume produksi, semakin

16 rendah biaya satuannya. Sebaliknya, semakin rendah volume produksi semakin tinggi biaya persatuannya. 2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) sesuai dengan perubahan volume produksi. Semakin besar volume produksi semakin besar pula jumlah total biaya variabel yang dikeluarkan. Sebaliknya semakin kecil volume produksi semakin kecil pula jumlah total biaya variabel. 3. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume proudksi, namun perubahannya tidak proporsional. Oleh karena itu, biaya semi variabel adalah biaya yang tidak dapat dikategorikan secara tepat ke dalam biaya tetap atau biaya variabel sebab mengandung kedua sifat biaya tersebut diatas. Dalam menganalisis titik impas, biaya harus dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni biaya tetap dan biaya variabel karena tanpa adanya kedua unsur biaya tersebut, analisis break even point (BEP) tidak dapat dilanjutkan. Untuk itu perlu dilakukan penggolongan biaya produksi kedalam masing-masing unsur biaya tersebut terlebih dahulu sebelum melanjutkan perhitungan. 2.4.4 Metode Perhitungan Break Even Point (BEP) Menurut Prawirosentono (2007:118), Analisis dapat dihitung dengan cara matematis dan grafis. Break Even Point 2.4.4.1 Perhitungan Break Even Point (BEP) Tunggal BEP dapat dilihat dari segi penjualan yaitu di mana total penghasilan (TR) sama d engan total biaya (TC), sehingg a perusahaan dalam posisi tidak untung maupun tidak rugi. Sehingga BEP adalah alat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP.

17 Menurut Herjanto (2008:153), dengan menggunakan pendapatan sama dengan biaya, rumus BEP dapat diperoleh sebagai berikut: TR = TC P.Q = FC + V.Q BEP (Q) = BEP (Rp) BEP (Rp) = FC P - V = BEP (Q) x P FC = P P V FC 1 - Apabila keuntungan dinyatakan dengan, volume yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan tertentu dapat dicari dari persamaan berikut ini. = TR TC = P.Q (FC + V.Q) = (P V).Q FC FC + Q = atau Q = BEP + P V P V Apabila unsur pajak terhadap keuntungan (t) dimasukkan dalam analisis, rumus diatas berubah menjadi sebagai berikut: FC + / (1 t) Q = atau Q = BEP + P V (1 t) (P V)

18 Dimana: BEP (Rp) = titik pulang pokok (dalam rupiah) BEP (Q) = titik pulang pokok (dalam unit) Q = jumlah unit yang dijual FC = biaya tetap V = biaya variabel per unit P = harga jual netto per unit TR = pendapatan total TC = biaya total = laba atau keuntungan t = pajak keuntungan 2.4.4.2 Perhitungan Break Even Point (BEP) Multiproduk Menurut Herjanto (2008: 155), rumus BEP untuk produk tunggal tidak dapat langsung digunakan untuk multiproduk karena biaya variabel dan harga jual setiap jenis produk berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus dimodifikasi dengan mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk. Rumus titik pulang pokok untuk multiproduk (Herjanto, 2008: 156) sebagai berikut: BEP (Rp) = F (1 ) W Dimana: F = biaya tetap per periode V = biaya variabel per unit P = harga jual per unit W = persentase penjualan produk terhadap total rupiah penjualan (1 V/P) W = kontribusi tertimbang

19 Disamping rumus diatas, dapat juga dipergunakan rumus sebagai berikut: BEP (Rp) = 1 - F Dimana: F = biaya tetap VC = biaya variabel total TR = total pendapatan Untuk mengetahui berapa unit yang harus terjual untuk masing-masing produk dalam rangka mencapai break even point (BEP), dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: 1. BEP (Rp) BEP (Rp) = W x BEP (Rp) dalam 1 tahun 2. BEP (Unit) BEP (Unit) = ( ) Dimana: W = Persentase penjualan produk terhadap total rupiah tertimbang (proporsi) P = Harga Dalam analisis break even point multiproduk terdapat tabel yang digunakan untuk membantu dalam perhitungan. Berikut tabel bantu perhitungan break even point multiproduk.

20 Tabel 2.1 Tabel Analisis Pulang Pokok untuk Multiproduk Jenis Produk Biaya Variabel (Rp/unit) Harga Jual (Rp/Unit) V P V/P 1 V/P Estimasi Penjualan (Unit/th) S Estimasi Penjualan (Rp/th) R (S x P) Proporsi thd total penjualan W (R / ) Kontribusi tertimbang (1-V/P). W (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Total Sumber: Herjanto (2008: 157) 2.4.5 Break Even Point (BEP) dengan Pendekatan Grafik Analisis pulang pokok (break even point) dengan pendekatan grafik dapat digambarkan dengan menggunakan grafik dimana garis pendapatan berpotongan dengan garis biaya pada titik pulang pokok (BEP). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: P Garis pendapatan total (TR) Biaya dan Pendapatan Rugi BEP Laba Garis biaya total (TC) Biaya variabel (VC) Volume Penjualan Biaya tetap (TC) Q Q Gambar 2.1 Grafik Break Even Point (BEP) Sumber: Herjanto (2008:152)

21 Keterangan: BEP (Rp) BEP (Unit) Q P TR TC VC FC : Titik pulang pokok (dalam rupiah) : Titik pulang pokok (dalam unit) : Jumlah unit yang dijual : Harga jual netto per unit : Pendapatan total : Biaya total : Biaya variabel : Biaya tetap 2.4.6 Perhitungan Perencanaan Kapasitas Penjualan Perhitungan perencanaan kapasitas penjualan dilakukan atas dasar perhitungan tingkat penjualan untuk mencapai laba yang diinginkan. Menurut Handoko (2000: 311), rumus break even point (BEP) untuk perencanaan laba dalam unit dan rupiah jika tidak adanya pajak adalah sebagai berikut: a. Dalam unit produk Q = FC + Laba yang diinginkan 1 t P V b. Dalam rupiah Q = FC + Laba yang diinginkan 1 t 1 - Dimana : Q : Kapasitas penjualan produk FC : Biaya tetap V : Biaya variabel per unit P : Harga jual per unit t : Persentase pajak