HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KEBEN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN M. Masykur*, Dian Nurafifah**.......ABSTRAK.... Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI adalah 61,5%. Sedangkan target pemberian ASI adalah 80%. Berdasarkan profil kesehatan Propinsi Jawa Timur cakupan bayi yang mendapat ASI masih jauh di bawah target. Tahun 2008 mencapai 44,55%, tahun 2009 mencapai nn42,02%, tahun 2010 mencapai 49,7%. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten ASI eksklusif pada tahun 2008 mencapai 70,02% pada tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 46,8%, dan pada tahun 2010 mencapai 31,2%. Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Keben Kecamatan Turi dari 10 bayi 4 bayi (40%) tidak diberikan ASI. Salah satu penyebab yang dipaparkan oleh ibu adalah karena ibu harus bekerja dan kurangnya mendapat dukungan suami. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Keben Kecamatan Turi. Desain penelitian mengunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Desa Keben Kecamatan Turi. Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang mempunyai balita berumur 6-12 bulan. Sedangkan sampel diambil menggunakan teknik total sampling sebanyak 27 responden. Variabel independen adalah dukungan suami dalam pemberian ASI, sedangkan variabel dependen adalah pemberian ASI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan uji Chi Square dengan α=0,05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai dukungan suami kurang seluruhnya tidak menyusui bayi secara eksklusif yaitu sebanyak 5 orang (100%), responden yang mempunyai dukungan suami cukup sebagian besar menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 17 orang (81%), sedangkan responden yang mempunyai dukungan suami baik seluruhnya menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 1 orang (100%). Berdasarkan uji chi square dan dilanjutkan dengan uji exact fisher menggunakan Program SPSS versi 16.0 didapatkan hasil nilai X2 hitung = 12.429 > X2 tabel = 5.991 dan nilai Sig 2 tailed (p) = 0,002 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Keben Kecamatan Turi. Oleh karena itu peran suami penting dalam pemberian ASI eksklusif, maka suami harus di jadikan sasaran penyuluhan ASI dan didorong lebih aktif belajar mengenai ASI, sehingga lebih paham dalam memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif. Kata kunci: ASI, eksklusif, dukungan, suami PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. Kebutuhan gizi yang terdapat dalam ASI terbukti dapat melawan infeksi, membantu mematangkan sistem imunitas, mengurangi gangguan pencernaan dan mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari susu buatan pabrik. (Suryoprajogo, 2009). Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI adalah 61,5%. Sedangkan target pemberian ASI adalah 80%. Berdasarkan profil kesehatan Propinsi Jawa Timur cakupan bayi yang mendapat ASI masih jauh di bawah target. Tahun 2008 mencapai 44,55%, tahun 2009 mencapai 42,02%, tahun 2010 mencapai SURYA 100 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
49,7%. Berdasarkan profil kesehatan ASI eksklusif pada tahun 2008 mencapai 70,02% pada tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 46,8%, dan pada tahun 2010 mencapai 31,2%. Di Desa Keben Kecamatan Turi banyak dari suami yang pasrah pada istrinya dalam pemberian ASI eksklusif dan sedikit yang memberikan dukungan pada istri mereka agar memberikan ASI eksklusif. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Keben didapatkan dari 10 bayi terdapat 6 bayi (60%) mendapatkan ASI eksklusif dan 4 bayi (40%) lainnya tidak mendapatkan ASI eksklusif sesuai semestinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu perubahan sosial budaya, pengetahuan, pendidikan, faktor psikologis, dukungan suami, meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, sikap dan prilaku petugas kesehatan, faktor fisik ibu dan kondisi khusus sehingga bayi tidak memungkin untuk diberikan ASI. Upaya yang dapat dilakukan agar ASI eksklusif diberikan pada bayi adalah dengan membatasi iklan susu formula, meningkatkan promosi ASI eksklusif dan menjadikan suami sebagai sasaran penyuluhan ASI serta didorong untuk lebih aktif mencari informasi serta aktif belajar mengenai ASI, sehingga lebih paham dalam memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif. METODOLOGI.PENELITIAN Desain penelitian mengunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Desa Keben Kecamatan Turi. Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang mempunyai balita berumur 6-12 bulan. Sedangkan sampel diambil menggunakan teknik total sampling sebanyak 27 responden. Variabel independen adalah dukungan suami dalam pemberian ASI, sedangkan variabel dependen adalah pemberian ASI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = 0,05 HASIL.PENELITIAN Data Umum 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Keben Kecamatan Turi Kabupaten No. Umur Frekuensi Prosentase 1. <20 tahun 4 14,8 2. 21-30 tahun 17 63 3 >31 tahun 6 22,2 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 21-30 tahun sebanyak 17 responden (63%), sedangkan sebagaian kecil responden berumur <20 tahun sebanyak 4 responden (14,8%). 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa No. Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. SD 4 14,8 2. SMP 9 33,3 3. SMA 12 44,4 4. PT 2 7,4 Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan SMA yaitu 12 responden(44,4%) dan sebagian kecil mempunyailatar belakang pendidikan perguruan tinggi yaitu 2 responden (7,4%). SURYA 101 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. Ibu Rumah 13 48,1 Tangga 2. Petani 6 22,2 3. Guru 2 7,4 4 Wiraswasta 6 22 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu 13 responden (48,1%) dan sebagian kecil responden mempunyai pekerjaan sebagai guru yaitu 2 orang (7,4%) 4. Karakteristik responden berdasarkan Jumlah anak Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak di Desa No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. Anak 1 7 25,9 2. Anak 2 11 40.7 3. Anak 3 8 29,6 4 Anak 4 0 0 5 Anak 5 1 3,7 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai anak sebanyak 2 orang yaitu 11 responden (40,7%) dan sebagian kecil responden mempunyai anak sebanyak 5 orang yaitu 1 orang (3,7%). Data Khusus 1. Dukungan suami dalam pemberian ASi Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI di Desa Keben Kecamatan Turi No. Dukungan Frekuensi Prosentase 1. Kurang 5 18,5 2. Cukup 21 77,8 3. Baik 1 3,7 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa ini sebagian besar responden mempunyai dukungan cukup dalam pemberian ASI yaitu sebanyak 21 responden (77,8%) dan sebagian kecil memiliki dukungan baik dalam pemberan ASI eksklusif yaitu 1 responden (3,7%). 2. Pemberian ASI Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan Pemberian ASI di Desa No. ASI Frekue nsi 1. ASI eksklusif 18 66,7 2. Tidak ASI eksklusif 9 33,3 Prosentase Berdasarkan tabel 6 diketahui sebagian besar responden memberkan ASI eksklusif yaitu 18 responden (66,7%) dan sebagian kecil tidak memberkan ASI eksklusif yaitu 9 responden (33,3%) 3. Hubungan Dukungan suami dengan pemberian ASi Tabel 7 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI di Desa No Dukung an suami 1 2 3 kurang Cukup Baik Kejadiaan karies Tidak ASI ASI Jumlah N % N % N % 5 100 0 0 5 100 4 19 17 81 21 100 0 0 1 100 1 100 Jumlah 9 33,3 18 66,7 27 100 SURYA 102 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang mempunyai dukungan suami kurang seluruhnya tidak menyusui bayi secara eksklusif yaitu sebanyak 5 orang (100%), responden yang mempunyai dukungan suami cukup sebagian besar menyusui secara eksklusih yaitu sebanyak 17 orang (81%), sedangkan responden yang mempunyai dukungan suami baik seluruhnya menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 1 orang (100%). Berdasarkan uji chi square dan dilanjutkan dengan uji exact fisher menggunakan bantuan Program Komputer SPSS versi 16.0 didapatkan hasil = nilai chi hitung =12.429 > chi tabel 5.991 dan nilai Sig 2 tailed (p) = 0,002 < 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Keben Kecamatan Turi. PEMBAHASAN 1. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar ibu mendapatkan dukungan yang cukup dari suami yaitu 21 responden (77,8%) dan sebagian kecil mendapatkan dukungan yang baik dari suami yaitu 1 responden (3,7%). Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai umur 21 30 tahun yaitu sebanyak 17 responden (63%), pada rentang usia tersebut merupakan usia dewasa muda yang mempunyai tahap hubungan hangat dan komunikatif, dapat berinteraksi dan membagi pengalaman. Menurut Bobak (2005) bahwa dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material. Biasanya suami dengan usia remaja memiliki pengetahuan yang terbatas tentang ASI eksklusif, dibandingkan dengan suami yang berusia dewasa, mereka terlalu banyak berharap dari orang tua mereka dalam mengambil keputusan yang penting sebagai pengasuh. Pengetahuan terbatas ini dapat membuat mereka tidak memberi respons yang tepat terhadap bayi mereka. Bentuk dukungan yang diberikan adalah suami menemani ibu ketika ibu sedang menyusui. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar responden telah memiliki anak 2 yaitu sebanyak 11 orang (40,7%). Dengan pengalaman sebelumnya maka suami dapat memberikan masukan yang baik kepada istri sehubungan dengan menyusui bayi. Menurut Prasetyo (2009) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan suami terhadap istri akan menimbulkan munculnya pikiran positif dan perasaan tenang, senang, dan aman pada diri istri dan yang akhirnya berefek pada peningkatan pengaliran ASI. Selain itu pendidikan responden yang rata-rata berpendidikan SMA yaitu 12 responden (44,4%) juga dapat mempengaruhi dukungan suami dalam pemberian ASI.Pendidikan SMA yang merupakan tingkat pendidikan menengah dimana mampu menerapkan pengetahuan dalam menjaga kesehatan keluarga dengan di dukung komunikasi yang baik dengan suaminya, sehingga suami dapat memberikan dukungan yang cukup pada pemberian ASI eksklusif. 2. Pemberian ASI Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyusui ASI eksklusif sebanyak 18 responden (66,7%) Menurut Widowati (2009) semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengetahuan akan semakin baik. Berdasarkan tabel 2 diketahu bahwa sebagian besar pendidikan ibu adalah SMA. Dimana pendidikan ini termasuk dalam pendidikan menengah atas yang memungkinkan ibu cenderung bersikap yang terbaik bagi bayinya dengan memberikanasi. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dating dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Bagi sebagian ibu menyusui adalah tindakan naluriah dan alamiah. Oleh karena itu mereka beranggapan menyusui tidak perlu dipelajari. SURYA 103 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
Namun kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi, mereka hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya (Prasetyo, 2009) Faktor lain yang menyebabkan ibu memberikan ASI secara adalah sikap dan prilaku petugas kesehatan yang telah melakukan penyuluhan dan promosi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Dalam PP RI No. 33 tahun 2012 menyatakan untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI kepada ibu dan atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai. Berdasarkan tabel 6 diketahui masih ada ibu yang tidak memberikan ASI secara yaitu sebanyak 9 responden (33,3%). Adanya pengaruh kemajuan teknologi berdampak pada pergeseran nilai sosial budaya di masyarakat. memberikan ASI pada bayi tidak dianggap modern dan menempatkan ibu dalam kedudukan rendah. Perkembangan industri susu formula yang pesat dengan berbagai media promosi juga dapat merubah perilaku dalam menyusui. Susu formula dianggap lebih baik dari pada ASI. Selain itu kondisi kesehatan bayi dapat mempengaruhi pemberian ASI. Bayi yang sehat tidak mengidap penyakit atau kelainan tertentu lebih mudah untuk menyusu ASI, sebaliknya bayi tidak sehat yangmengidap penyakit atau kelainan tertentu akan mengalamikesulitan dalam menyusu. Sehingga pilihan untuk menyusui berganti menjadi susu formula. Dari segi ekonomi juga memerikan pengaruh dalam pemberian ASI eksklusif. Tekanan ekonomi memaksa ibu untuk bekerja mencari penghasilan sehingga beberapa ibu tidak mempunyai kesempatan untuk menyusui secara eksklusif. Faktor Psikologis dapat berpengaruh dalam pemberian ASI yaitu takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita, adanya anggapan bahwa para ibu yang menyusui akan merusak penampilan dan tekanan batin (Siregar, 2004). 3. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Berdasarkan Tabel 7 diatas diperoleh data bahwa responden yang mempunyai dukungan suami kurang seluruhnya tidak menyusui bayi secara eksklusif yaitu sebanyak 5 orang (100%), responden yang mempunyai dukungan suami cukup sebagian besar menyusui secara eksklusih yaitu sebanyak 17 orang (81%), sedangkan responden yang mempunyai dukungan suami baik seluruhnya menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 1 orang (100%). Berdasarkan uji chi square dan dilanjutkan dengan uji exact fisher menggunakan bantuan Program Komputer SPSS versi 16.0 didapatkan hasil = nilai chi hitung =12.429 > chi tabel 5.991 dan nilai Sig 2 tailed (p) = 0,002 < 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Keben Kecamatan Turi. Menurut Budiansih (2008) menyatakan semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk menyusui. Dalam hal ini dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya. Dukungan suami yang baik dapat memberikan efek pada psikologis sehingga menimbulkan pikiran positif dan motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Menurut Afiati (2009), berpendapat bahwa secara fisik seorang suami tidak bisa hamil dan tidak bisa memberikan ASI, bagaimanapun proses menyusui adalah proses yang melibatkan seluruh keluarga dan keterlibatan suami adalah salah satu peran penting yang menentukan kelancaran proses pemberian ASI. Sedangkan Budiansih (2008), berpendapat suami dapat menguatkan motivasi ibu agar menjaga komitmen SURYA 104 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
dengan ASI, tidak mudah tergoda dengan susu formula atau makanan lainnya. Keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terusmenerus dan dukungan fasilitas persalinan sayang ibu (Hegar, 2008). Seorang suami mempunyai pengaruh sangat besar dalam membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Paradigma baru menyatakan bahwa suami sangat berperan mengambil bagian vital keberhasilan ataupun kegagalan menyusui. Namun demikian masih ada para suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadipengamat yang pasif saja. Padahal sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan menyusui. (Chomaria, 2011) Dengan demikian bila dihubungkan dengan teori atau konsep yang menyebutkan faktor dukungan suami sangat penting dalam pemberian ASI eksklusif, maka teori tersebut sudah dapat dibuktikan oleh peneliti dengan kesimpulan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif, sehingga dapat dijelaskan bahwa dukungan suami yang kurang cenderung mendorong ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan dukungan yang baik cenderung mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1) Sebagian besar responden mempunyai dukungan cukup oleh suami dalam pemberian ASI yaitu sebanyak 21 responden (77,8%) dan sebagian kecil memiliki duikungan baik oleh suami dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 1 responden (3,7%). 2) Sebagian besar responden memberkan ASI eksklusif yaitu 18 responden (66,7%) dan sebagian kecil tidak memberkan ASI eksklusif yaitu 9 responden (33,3%) 3) Responden yang mempunyai dukungan suami kurang seluruhnya tidak menyusui bayi secara eksklusif yaitu sebanyak 5 orang (100%), responden yang mempunyai dukungan suami cukup sebagian besar menyusui secara eksklusih yaitu sebanyak 17 orang (81%), sedangkan responden yang mempunyai dukungan suami baik seluruhnya menyusui secara eksklusif yaitu sebanyak 1 orang (100%). 2. Saran 1) Bagi Profesi Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian diharapkan profesi kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kebidanan untuk lebih giat meningkatan peran dalam upaya menggalakkan program ASI melalui upaya pendidikan kesehatan kepada masyarakat tidak hanya ibu sebagai sasaran tetapi juga suami atau keluarga. 2) Bagi Institusi kesehatan Bagi institusi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan peran pelayanan kesehatan melalui peran petugas kesehatan khususnya dengan memberikan edukasi baik pada ibu maupun keluarga dalam memotivasi ibumemberikan ASI 3) Bagi Responden (ibu menyusui dan suami) Dengan adanya penelitian ini diharapkan motivasi untuk menyusui eksklusif tidak hanya berasal dari ibu sendiri tetapi juga berasal dari lingkungan sekitar ibu terutama suami. 4) Bagi peneliti yang akan datang Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti bentuk dukungan yang lain selain dari suami yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Afiati. 2009. Breastfeeding Father. Dipetik November 12, 2012, dari SURYA 105 Vol.01, No.XVII, Maret 2014
http://afiati.multiply.com/journal/ite m/142/breastfeedingfather.html Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bobak, I., & Jensen, M. 2005. Maternity and Gynecologic Care. Jakarta: EGC. Budiansih, S. K. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung : Hatati Qualita. Digital Library: http://library.usu.ac.id/download/fk m/fkm-arifin.pdf Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widowati, O. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI ekslusif. Padang : Repository Universitas Sumatra Utara. Chomaria, N. 2011. Panduan Terlengkap Perawatan Bayi Baru Lahir.. Hegar, B., & Dkk. 2008. Bedah ASI (Kajian Dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah). Jakarta: FKUI. Hidayat, A. A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan. Jakarta: Salemba Medika. Marnoto, B. W. 2010. Pemberian Susu Formula pada Bayi. Dipetik 12 08, 2012, dari IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=2012614114014 Notoadmodjo, S. 2005. Metode Penelitan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prasetyo, D. 2009. Buku Pintar ASI Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatan-kemanfaatanya. yogyakarta: DIVA Press. Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif Oleh Ibu Melahirkan. Dipetik 11 09, 2012, dari Usu SURYA 106 Vol.01, No.XVII, Maret 2014