35 TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELALUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN BARANG TITIPAN KILAT (TIKI) DI BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariyah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Kebutuhan akan barang yang diinginkan dari suatu tempat yang berbeda dengan domisili atau keinginan untuk pengiriman barang dari seseorang kepada pihak lain, dapat dipenuhi dengan menggunakan jasa pengiriman barang. Pengiriman barang tertentu memerlukan adanya kesepakatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengiriman barang tersebut, mulai dari jenis barang yang dikirim, tingkat risiko, biaya pengiriman dan administrasi serta sanksi yang mungkin terjadi wanprestasi antara pihak-pihak. Tulisan ini membahas tentang bagaimana perjanjian yang dibuat antara pihak-pihak dalam pengiriman barang, dan bagaimana tanggung jawab perusahaan pengangkutan atas barang yang dikirim melalui perusahaan jasa penitipan barang di Bandar Lampung Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG Peranan jasa angkutan dalam masyarakat umum maupun masyarakat dunia usaha sangat dibutuhkan, karena akan memudahkan pihak yang membutuhkan untuk mengangkut penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, yang mana pihak pengguna jasa angkutan akan membayar ongkos sesuai dengan ketentuan atau kesepakatan pihakpihak, yang nilainya tergantung pada objek yang diangkut, jarak perjalanan serta tingkat risiko yang dihadapi. Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mempunyai kewajiban menyelenggarakan peng-angkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mempunyai kewajiban membayar uang angkutan. Pihak-pihak harus bersepakat terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengangkutan, hal ini untuk mengetahui prestasi apa yang akan dilaksanakanmasing-masing, dan siapa yang bertanggung jawab terhadap objek yang diangkut sampai tujuan (penerima). Pengangkutan barang dapat terjadi dalam suatu kota/daerah saja, dan dapat pula terjadi dari satu kota ke kota lainnya (antar kabupaten, antar daerah/ antar pulau), hal ini akan berpengaruh pada tingkat risiko yang dihadapi, dan penentuan besarnya biaya angkutan. Perusahaan pengangkutan barang dapat berhubungan langsung dengan pengirim barang, dalam praktek dapat pula tidak langsung berhubungan dengan pengirim melainkan melalui perantara yaitu perusahaan yang bergerak sebagai agen pengiriman barang, jika pengirim tidak berhubungan dengan pengangkut ini berarti pihak pengirim dengan pengangkut tidak ada hubungan hukum yang mengikat
36 keduanya, permasalahannya siapa yang akan bertanggung jawab jika terjadi risiko yang terjadi pada proses pengangkutan dan merugikan pihak pengirim, secara nyata yang membawa barang sampai tujuan adalah jasa pengangkutan, bukan pihak perantara/agen pengiriman barang. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah :1) Bagaimanakah perjanjian antara pihak pemilik barang dengan pihak perusahaan titipan kilat yang mengangkut barang untuk dikirim kepada penerima? 2) Bagaimanakah tanggung jawab pihak pengangkut atau pengirim atas barang yang dikirim melalui Perusahaan Titipan Kilat Di Bandar Lampung, jika terjadi wanprestasi dari pihak pengangkut? Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui dan mendiskripsikan mengenai perjanjian pengiriman barang antara pihak pemilik barang dengan perusahaan titipan kilat untuk mengirim barang sampai pada pihak penerima. b) Untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang tanggung jawab perusahaan pengangkutan/ pengiriman barang yang dikirim melalui perusahaan titipan kilat di Bandar Lampung jika terjadi wanprestasi pihak pengangkut. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri, serta diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan kepada masyarakat yang membutuhkan akan informasi tentang hal yang berkaitan dengan perjanjian pengangkutan atau pengiriman barang dan tanggung jawab pihak pengangkut atau pengirim barang jika terjadi wanprestasi, serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. Terjadinya Perjanjian Pengangkutan Terjadinya perjanjian pengangkutan dikaitkan dengan asas-asas perjanjian pada umumnya sesuai dengan asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu terjadi sejak timbulnya kesepakatan antara pihakpihak. Apa yang di sepakati adalah isi perjanjian yang dituangkan dalam surat muatan sebagaimana diatur dalam bagian II Buku I KUHD tepatnya pada Pasal 90 KUHD. Surat muatan merupakan perjanjian antara si pengirim atau ekspeditur pada pihak pertama, dengan pengangkut pada pihak kedua, dan surat itu memuat selain apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai waktu dalam mana pengangkutan harus telah selesai dilakukan dan mengenai penggantian kerugian dalam hal ada kelambatan. dan seterusnya. Pertanggungjawaban Pengangkutan Berdasarkan ketentuan Pasal 1366 KUH Perdata: Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kekurang hati-hatian. Dilanjutkan pada ketentuan Pasal 1367 KUH Perdata: Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena
37 perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau yang disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Dari ketentuan Pasal 1366-1367 KUH Perdata di atas dapat diketahui bahwa perusahaan pengangkutan harus bertanggung jawab terhadap barang yang diangkut/dikirim yang menimbulkan kerugian terhadap pemilik barang, karena suatu kesengajaan, karena kelalaian akibat kekurang hati-hatian, dan yang dilakukann oleh pengangkut itu sendiri maupun oleh staf/karyawan di bawah kepemimpinan seorang pemimpin perusahaan. Sehingga jika terjadi kerusakaan atau kehilangan atas barang maupun terjadi keterlambatan, maka pengirim barang dapat menuntut perusahaan yang bersangkutan. Proses Perjanjian Pengangkutan Pengangkutan merupakan perjanjian sebagaimana telah dikemukakan di atas, oleh karenanya proses pengangkutan adalah sebagaimana terjadinya proses perjanjian pada umumnya. Van Dunne mengemukakan bahwa suatu perjanjian terjadi melalui proses yang terdiri dari 3 (tiga) fase sebagai berikut :a) fase prakontrak, b) fase kontrak c) fase pascakontrak (Mariam darus Badrulzaman, 1998: 36) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah secara normatif dan empiris. Pendekatan secara normatif merupakan analisis yuridis terhadap peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan permasalahan, dalam hal ini adalah ketentuan perjanjian pada umumnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), ketentuan pengangkutan dalam Kitab Undangundang Hukum Dagang (KUHD) dan dokumen perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak. Pendekatan secara empiris adalah dengan melihat secara nyata proses perjanjian disepakati dan dilaksanakan di lokasi penelitian. Jenis data yang diperlakukan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Jenis data sekunder bersumber pada bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data sekunder dengan cara melakukan studi pustaka dan studi dokumen. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi nonpartisipan dan wawancara. Data yang sudah dikumpulkan lalu dilakukan pengolahan data dengan cara memeriksa data untuk mengetahui apakah data sudah lengkap dan benar. Selanjutnya data diklasifikasikan sesuai dengan bagian masing-masing berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini. Setelah semua data diolah lalu dianalisis untuk membahas dan menarik kesimpulan HASIL PENELITITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan Titipan Kilat Bandar Lampung, tentang jenis barang yang dapat dikirim adalah semua jenis barang bergerak berwujud maupun tidak berwujud
38 (misalnya surat berharga). Barangbarang yang diangkut melalui perusahaan ini harus diketahui jenis maupun sifatnya sebelum diadakan pengepakan oleh pihak pengirim, agar segala sesuatu yang berkaitan dengan risiko tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pengangkut saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab pihak pengirim, karena barang-barang yang tidak baik pengepakannya akan mudah rusak, atau hilang. Terhadap jenis barang tertentu yang bernilai tinggi akan dilakukan pengamanan khusus, baik pengepakan maupun penempatannya. Adapun jenis barang yang dapat dikirim melalui perusahaan penitipan kilat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Barang terbuat dari kertas: Cetakan, buku-buku, surat-surat. 2) Barang terbuat dari kain : bahan baju (dasar), segala jenis pakaian, seprei, dan perlengkapan rumah tangga lainnya. 1. Makanan dan minuman: makanan yang tidak mudah rusak, makanan yang mudah rusak, semua jenis makanan ini adalah yang belum dimasak dan dijamin kehalalannya artinya bukan makanan maupun minuman yang dilarang, termasuk buah-buahan, susu, dan minuman lainnya. 2. Barang plastik: segala macam peralatan yang terbuat dari bahan plastik 3. Barang yang terbuat dari minyak. 4. Barang yang terbuat dari kayu: peralatan rumah tangga dan sebagainya. 5. Obat-obatan 6. Mainan dan aksesoris: segala macam alat bermain anak-anak (boneka, mobilan dan lain-lain) tas, sepatu, sandal, alat perlengkapan lainnya. 7. Barang terbuat dari kaca atau kristal: piring, gelas, lukisan, vigura, peralatan rumah tangga lainnya. 8. Jenis barang lainnya yang dipesan secara khusus: misalnya kendaraan roda dua, dan sebagainya. Memperhatikan dari jenis-jenis barang di atas, maka pada saat pengirim akan mengirimkan barangnya, harus diketahui secara pasti jenis barang dan sifatnya, pengirim harus menyampaikan secara jujur dan terbuka, agar pihak pengangkut dapat menempatkan barang tersebut dengan aman sesuai dengan jenis dan sifatnya. Jika barang tersebut terbuat dari kaca akan dilakukan pengepakan sedemikian rupa agar tidak bersentuhan secara langsung yang dapat menimbulkan rusak (pecah). Jenis surat berharga maupun surat tertentu yang merupakan dokumen penting bagi pemiliknya akan ditempatkan pada tempat yang tersembunyi artinya tidak mudah terlihat secara nyata. Barang yang dikirim terbuat dari kertas, yang mana barang tersebut mudah terbakar dan tidak dapat terkena air karena akan rusak ataupun musnah, oleh karenanya akan dilakukan pengepakan dengan cara tertentu. Berdasarkan penjelasan dari pimpinan perusahaan diperoleh informasi tentang prosedur pengiriman dan biaya pengiriman,
39 sebagai imbalan jasa pengangkutan dari barang yang dikirim, bahwa pihak yang akan mengirimkan barang, harus datang langsung ke kantor perusahaan dan membawa barang yang akan dikirim. Setelah diketahui jenis dan sifat barang, petugas akan melakukan penimbangan untuk diketahui berat barang yang dikirim, karena ini akan menentukan biaya pengiriman. Jika pihak pengirim menyetujui, ia diminta untuk menandatangani formulir permintaan pengiriman barang yang telah disediakan oleh pihak perusahaan serta membayar sejumlah harga pengiriman. Pihak perusahaan memberikan keterangan bahwa perusahaan akan bertanggung jawab atas barang yang dikirim dalam bentuk uang, tentunya setelah diketahui secara pasti bahwa barang yang dikirim tersebut rusak atau hilang. Besarnya uang dinilai dari ongkos biaya pengiriman yaitu akan diberikan penggantian sepuluh kali lipat biaya pengiriman dengan batas maksimal sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Sebagai contoh diceritakan bahwa pernah terjadi kasus pengiriman barang yang hilang berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), kejadian ini telah berlangsung diperkirakan satu tahun yang lalu. Akibat adanya kesalahan ini maka perusahaan Titipan Kilat memberikan ganti rugi sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sesuai ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut, disertai dengan surat keterangan kehilangan guna diproses lebih lanjut kepada aparat yang berwenang, sehingga pemilik barang dapat memproses kehilangan tersebut dan memperoleh surat BPKB yang baru sebagai penggantian surat BPKB yang hilang. Perjanjian Pengiriman Barang Pengiriman barang dapat terjadi karena adanya kesepakatan antara pihak pemilik barang yang akan dikirim dengan pihak perusahaan pengiriman barang, dalam hal ini adalah pihak Perusahaan Titipan Kilat Bandar Lampung, untuk mengetahui tentang perjanjian pengiriman barang telah dilakukan wawancara dengan pimpinan perusahaan dan sekretaris perusahaan, karena mereka ini yang mengetahui tentang perjanjian pengiriman barang melalui perusahaan titipan kilat. Perjanjian pengiriman barang dapat didiskripsikan melalui tiga tahapan, yaitu tahap prakontrak, tahap kontrak, dan tahap pascakontrak sebagaimana akan diuraikan di bawah ini. Tahap Prakontrak Tahap prakontrak merupakan tahap awal untuk ada tidaknya perjanjian antara pihak-pihak. bahwa perjanjian pengiriman barang diawali dengan adanya keinginan pihak pemilik barang yang akan dikirim dengan mendatangi kantor perusahaan. Alasan pihak pemilik barang untuk menggunakan jasa pengiriman barang dapat diketahui bahwa pelayanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan sangat baik, tepat waktu mudah terjangkau, bertanggung jawab atas semua barang yang dikirim, informasi ini dapat diketahui dari teman mereka atau
40 pemilik barang ini sudah pernah mengirimkan barang melalui perusahaan yang dituju. Selain itu tentunya pemilik barang mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pengiriman barang hingga biaya dan masalah tanggung jawab. Selanjutnya pihak perusahaan menjawab dan memberikan penjelasan tentang proses pengiriman barang, bahwa pemilik barang diberikan formulir/brosur pengiriman barang untuk dibaca dan sebagai bahan pertimbangan baginya untuk memutuskan akan menyerahkan barang untuk dikirim ke tempat yang dituju. Pada formulir tersebut dapat diketahui tentang jenis barang yang akan dikirim maupun sifatnya, ukuran berat barang, serta biaya pengiriman, juga terdapat catatan tentang tanggung jawab pihak perusahaan jika barang yang dikirim hilang atau rusak. Formulir tersebut akan diisi sesuai dengan barang yang dikirim, sehingga diperlukan informasi yang benar dari pemilik barang yang akan dikirim. Kesalahan dalam menyampaikan keterangan tentang barang yang akan dikirim menjadi tanggung jawab pihak pemilik barang, jika terjadi kerusakan atau hilangnya barang tersebut. Tahap Kontrak Setelah dilakukan pengecekan barang dan perhitungan mengenai berat barang dan biaya pengiriman, apabila kedua belah pihak menyetujui, maka kedua pihak harus membubuhkan tanda tangan pada kolom yang telah disediakan, ini menunjukan telah terjadi kesepakatan antara kedua pihak. Kesepakatan yang dibuat oleh pihak-pihak yang akan membuat perjanjian, harus memenuhi syarat sah perjanjian sebagaimana ketentua dari Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kesepakatan, mereka yang melakukan perjanjian memnuhi syarat kewenangan melakukan perbuatan hukum, ada obyek dapat ditentukan secara jelas antara keduanya dan bahwa objek perjanjian tersebut termasuk barang yang halal bukan barang yang dilarang oleh undangundang. Selanjutnya jika syarat perjanjian yang dibuat oleh pihakpihak telah sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata perjanjian itu sah yang keberlakuannya sama derajatnya dengan undang-undang namun terbatas pada mereka yang berjanji saja, tidak dapat dibatalkan secara sepihak, dan kedua pihak harus melaksanakannya dengan itikad baik atau jujur. Perjanjian terjadi sejak ada kesepakatan dan tanggal penanda tanganan surat perjanjian dari form yang telah ditulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan barang yang akan dikirim. Tentunya jika ada hal-hal yang tidak tercantum dalam form tersebut, sementara pihak pemilik barang menghendaki maka pihak perusahaan harus menyatakan secara tertulis pada bagian tertentu yang mudah dibaca, tentang hal yang dikehendaki oleh pihak pemilik barang, misalnya tentang batas waktu pengiriman, atau untuk mengetahui batas menyatakan keterlambatan pihak perusahaan pengiriman barang,
41 sehingga perusahaan dapat diminta pertanggungjawabannya. Tahap Pascakontrak Tahap pascakontrak merupakan tahap perwujudan dari apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, atau tahap pelaksanaan prestasi masing-masing pihak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh saat wawancara dengan pimpinan perusahaan, dapat diketahui bahwa setelah kedua belah pihak menandatangani surat perjanjian, pihak pemilik barang menyerahkan sejumlah uang sesuai yang ditulis pada form pengiriman barang, dengan menerima kwitansi pembayaran, serta bukti pengiriman barang (kono - semen). Jika barang yang dikirim berupa makanan atau minuman harus diletakkan pada tempat yang jauh dari bahan yang berbau, karena akan merusak makanan atau minuman tersebut. Proses penyerahan barang kepada yang dituju atau penerima, maka pihak pemilik barang kiriman harus mencantumkan secara jelas alamat yang akan dituju berikut nomor telepon yang mudah dihubungi. Surat jalan disertakan pada barang yang akan diangkut. Pada saat barang yang siap diangkut tersebut tentunya driver yang bertugas harus mengetahui dengan jelas tentang jenis dan sifat barang, serta alamat yang dituju, oleh karenanya saat pengepakan barang, driver atau kurir harus ikut dalam pengepakan barang tersebut. Driver atau kurir dikelompokkan pada driver/kurir dalam kota dan yang untuk luar kota. Bukti penerimaan barang yang telah sampai pada tujuan harus diserahkan kepada pihak pengirim barang itu kembali. Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang. Pembahasan permasalahan yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan apabila terjadi wanprestasi dari pihak perusahaan, karena menyangkut keputusan yang harus diambil oleh perusahaan tentang langkah apa yang dapat mereka tempuh akibat kesalahan dari pengiriman barang. Apabila barang yang hilang atau rusak sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat perjanjian, maka ini berarti kesalahan ada pada pihak perusahaan, dan perusahaan harus bertanggung jawab. Langkah mengatasi kesalahan ini pihak perusahaan menyelesaikannya secara intern dan secara eksteren. Secara intern maksudnya adalah perusahaan akan melakukan investtigasi tentang penyebab kerusakan atau hilangnya barang, apakah karena kelalaian dari bagian pengepakan atau kelalaian pada saat pengangkutan. Penyelesaian secara eksteren adalah penyelesaian yang dilakukan terhadap pemilik barang yang telah merasa dirugikan, sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan akibat kesalahan dari pihak perusahaan atas barang yang dikirim akan diberikan ganti rugi sesuai peraturan yang berlaku pada perusahaan yang mana peraturan ini telah disepakati oleh pengirim barang. Sebagai bukti bahwa mereka telah
42 sepakat adalah dengan adanya tanda tangan masing-masing pihak yang dibubuhkan di blangko pengiriman barang. Dalam hal terjadi kerugian bagi pihak pemilik barang yang dapat mengajukan kleim adalah mereka yang menanda tangani surat perjanjian, adakalanya pengiriman barang dilakukan oleh kurir atau orang lain yang dimintakan pertolongan oleh pemilik barang sesungguhnya. Dalam hal seperti kasus ini, maka jika barang yang berkurang tersebut tidak disebutkan dalam surat perjanjian, perusahaan tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab karena kesalahan ada pada pemilik barang, sudah sepantasnya jika yang bersalah menanggung segala risiko akibat kesalahan yang telah diperbuat. Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat diketahui bahwa apabila terjadi wanprestasi pada pihak perusahaan, maka perusahaan akan memberikan ganti kerugian sebagai bentuk tanggung jawab dari wanprestasi yang telah dilakukan. Bentuk pertanggungjawaban ini dengan membayar sejumlah uang yakni sebesar 10 (sepuluh) kali lipat dari biaya pengiriman, dengan nilai maksimal sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), sebagaimana kasus yang pernah terjadi pada perusahaan tersebut, jenis barang yang dikirim berupa Surat Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), ini termasuk surat yang berharga bagi pemilik, tentunya perusahaan tidak dapat mengganti secara langsung sama dengan BPKB yang hilang tersebut, karena BPKB hanya dapat dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian pada pembahasan hasil penelitian atas permasalahan yang ada pada bab sebelumnya dapat disimpulkan halhal sebagai berikut: 1) Perjanjian pengiriman barang antara pemilik barang dengan pihak perusahaan pegiriman barang, dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan. Tahap pertama adalah Prakontrak yaitu tahap penawaran antara pemilik barang yang akan dikirim dengan pihak perusahaan. Tahap kedua adalah pembuatan perjanjian, dimana pihak-pihak berdasarkan apa yang telah disepakati, kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis pada form yang telah disiapkan oleh perusahaan, dan ditandatangani oleh kedua pihak. Tahap Ketiga adalah perwujudan atas isi perjanjian yang sudah disepakati. 2) Tanggung jawab perusahaan pengiriman barang apabila terjadi wanprestasi pada pihak perusahaan, akan memberikan ganti kerugian sesuai ketentuan yang berlaku. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan beberapa saran untuk perbaikan bagi pihak terkait sebagai berikut : 1) Dalam membuat perjanjian harus dikemukakan secara jelas oleh
43 pihak perusahaan tentang peraturan perusahaan yang berpengaruh kepada pemilik barang, termasuk sanksi terhadap pemilik barang apabila tidak menyampaikan secara benar tentang barang yang dikirim. 2) Hendaknya pihak perusahaan dalam menetapkan besarnya ganti kerugian harus seimbang dengan nilai kerugian nyata dari puhak pemilik barang yang dikirim, khususnya penetapan nilai maksimal besarnya ganti kerugian yang dapat diberikan kepada pemilik barang, jika diperlukan terhadap barang tertentu harus diasuransikan kepada perusahaan asuransi sehingga dapat mengurangi risiko bagi perusahaan dan pemilik barang. DAFTAR PUSTAKA Ali, Chaidir. 1999. Badan Hukum. Alumni, Bandung. Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka hokum bisnis. Alumni, Bandung.. 1997. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Alumni, Bandung. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Peters, A.A.G. dan Koesrani Siswo Soebroto. 1990. Hukum Dan Perkembangan Sosial. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Remmy Sjahdeini, Sutan. 1993. Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia. Insitut Bankir Indonesia, Jakarta Satrio, J. 1992. Hukum Perjanjian Pada Umumnya. PT. Citra aditya Bakti, Bandung. Simatupang, Richard Burton. 2003. Aspek hokum Dalam bisnis (Edisi revisi). PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sidharta, Arief. 1999. Refleksi Tentang Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.