ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG
|
|
- Susanto Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 123 ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariah Dosen Tetap Yayasan Pada Fakultas Hukum Universitas Saburai ABSTRAK Terjadinya perjanjian asuransi jiwa yang dibebankan dengan pemberatan risiko menarik untuk dilakukan suatu kajian dalam penelitian. Penelitian ini akan membahas masalah terjadinya asuransi jiwa dengan pemberatan risiko diketahui sebelum atau sesudah asuransi berjalan (terbitnya polis). Penelitian ini difokuskan pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung. Untuk membahas permasalahan dilakukan penelitian dengan menggunakan penelitian hukum normatif terapan. Data yang dipakai adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh dari hhasil studi pustaka, studi dokumen serta wawancara di Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung, setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Keywords : Asuransi, Pemberatan Risiko PENDAHULUAN Dalam kehidupan manusia akan dihadapi suatu peristiwa yang mungkin dapat terjadi kapan saja dan dimanapun berada. Apabila peristiwa tak tentu benar-enar terjadi dapat menimbulkan suatu kerugian atau kesulitan ekonomi yang dapat menjadi beban kehidupan tanpa kuasa menolaknya. Kemungkinan terjadinya kerugian atau kesulitan ekonomi tertentu akibat dari peristiwa tak tentu dikenal dengan istilah risiko. Risiko yang dihadapi seseoang dapat terjadi karena adanya peristiwa berupa kehilangan sesuatu, kerusakan dan musnahnya benda yang mengakaibatkan suatu kerugian, kerugian ini dapat dinilai dengan uang. Ada pula risiko yang tidak dapat dinilai dengan uang, yaitu berkaitan jiwa dan raga seseorang, dapat berupa kematian, kehilangan fungsi tubuh karena cacat sebagain atau seluruhnya, dapat pula disebabkan sakit atau kecelakaan. Peristiwa tak tentu yang menimpa jiwa seseorang akan menimbulkan ketidak seimbangan ekonomi atau menggangu keadaan ekonomi suatu keluarga merupakan suatu beban hidup yang harus dihadapi, terutama jika ada yang mengalami peristiwa tersebut sebagai kepala keluarga tumpuan dalam menopang kebutuhan hidup suatu keluarga. Peralihan risiko dalam bentuk perjanjian asuransi terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri, baik jenis maupun jumlahanya, terhadap harta benda ataupun jiwa manusia. Dengan beraneka ragam jenis yang dapat diasuraansikan, perusahaan asuransi (Penanggung) harus dapat membuat standar tertentu sebagai ukuran dasar perjanjian yang dapat dipilih oleh pihak yang mengalihkan risiko (tertanggung), tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya perjanjian diluar risiko-risiko standar dengan pembebanan premi
2 124 yang lebih besar dari risiko standar itu sendiri. Terjadinya perjanjian asuransi diluar risio standar, sangat dimungkinkan sebagian ketentuan dalam Pasal 293 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (KUHD). Apabila pada suatu gedung yang diasuransikan terjadi perubahan tujuan penggunaan yang mengakibatkan lebih besar ancaman bahaya kebakaran, sejak terjadi perubahan tujuan penggunaan itu kewajiban penanggungana memikul risiko menjadi berhenti. Isi pasal 293 KUHD di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi dapat terjadi adanya perubahan risiko yang dihadapi, dimana risiko berubah lebih besar karena adanya tujuan penggunaan benda yanag diasuransikana sehingga akibat dar perubahan ini, apabila risiko benarbenar terjadi penanggung tidak lagi bertanggung jawab, dapat dilihat pada kalimata. Kewajiban penanggung memikul risiko menjadi berhenti. Berhentinya kewajiban penanggung karena terdapat pemberatan risiko setelah asuransi berjalan. Dalam hal ada pemberatan risiko Wirjoo Prodjodikoro berpendapat perlunya memperhatikan ketentuan Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt), supaya kedua belah pihak mengadakan perundingan lagi apakah layak asuransi diteruskan tanpa perubahan, atau diadakan perubahan misalnya dengan menaikan jumlah premi (Abdulkadir Muhammad, 1999:83). Selain itu perlu pula memperhatikan ketentuan Pasal 251 (KUHD) tentang syarat khusus perjanjian asuransi berkaitan dengan pemberitahuan yang harus dilakukan tertanggung tentang keadaan benda yang diasuransikan yang telah menjadi obyek asuransi. Untuk itu kewajiban tertanggunglah yang harus memberitahukan jika ada pemberatan risiko sehingga perjanjian berhenti atau dilanjutkan sepanjang ada kesepakatan antara pihak-pihak. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa adalah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 (selanjutnya ditulis AJB Bumiptera 1912). Sebagai perusahaan asuransi Nasional AJB Bumiputera 1912 memiliki kinerja yang cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan perolehan income mencapai 5,9 triliun dalam 5 tahun terakhir ( ). Saat ini perusahaan AJB Bumiputera AJB 1912 memiliki agen yang tersebar di 30 kantor cabang di Indonesia (hasil wawancara dengan staf administrasi/insttruktur AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung pada prariset). Dari uraian-uraian diatas berkaitan dengan pemberatan risiko dalam asuransi menarik minat untuk meneliti dengan judul Analisis Hukum Pemberatan Risiko Dalam Asuransi Jiwa pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung. Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah : 1) Bagaimana perjanjian asuransi jiwa dengan pemeratan risiko pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung, 2) Apa akibat Hukum dari pemberatan risiko yang diketahui
3 125 sebelum dan sesudah asuransi berjalan. Pada pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, ditulis bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana Penanggung mengikatkan diri kepada Tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan, dari rumusan ini nampak lebih luas lingkupnya, bukan hanya asuransi kerugian saja namun meliputi pula asuransi jiwa dan asuransi sosial. Berdasarkan jenis-jenis asuransi jiwa adalah salah satu bentuk asuransi sukarela (Voluntary Insurance), dimana asuransi ini timbul atas kehendak pihak-pihak yang berkepentingan atas jiwa dan raganya atau keluarganya memberikan proteksi terhadap keselamatan jiwa dan dan raga seseorang dari ancaman akibat kematian, dimana pihak tertanggung akan menerima sejumlah santunan atau jaminan pada saat dibutuhkan, hal ini menunjukkan sifat dasar asuransi jiwa yaitu proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan pendapatan (nilai ekonomi) yang disebabkan oleh kematian, maupun usia lanjut. Pengaturan secara khusus tentang pemberatan risiko dapat juga berdasarkan pada Pasal 638 KUHD, yang terjadi pada asuransi laut : asuransi bahan kapal, asuransi pembiayaan penganagkutana dan asuransi barang muatan. Apabila terjadi perubahan jurusan atau perjalanan atas kehendak nahkoda atau pemilik, kewajiban penanggung memikul risiko berhenti. Jika terjadi kerugian penanggung tidak berkewajiban membayar klaim ganti kerugiaan. Untuk itu Warjono Prodjodikoro berpendapat dalam hal ada pemberatan risiko perlu memperhatikan ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt, supaya kedua belah pihak mengadakan perundingan lagi apakah layak asuransi diteruskan tanpa perubahan, atau diadakan perubahan misalnya dengan menaikan jumlah premi. Penggunaan pasal 251 KUHD dalam memecahkan masalah pemberatan risiko berkaitan dengan pemberitahuan yang harus dilakukan tertanggung tentang keadaan benda atau objek asuransi, bahwa tertanggung tetap memberitahukan tentang perubahan-perubahan apa saja yang terjadi terhadap objek asuransi, sehingga sebelum suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian itu muncul, penanggung dapat mengambil langkah-langkah atau mengadakan perundingan apakah akan mengakhiri kontrak atau menaikan jumlah premi. Pengumpulan dan penganalisaan risiko penting dilakaukan dalam proses
4 126 (unerwriting), mengingat penetapan tarif premi untuk risiko tertentu berbeda dengan penetapan tarif biasa (standar) Darmawi, 2000:99-100). Kenneth Huggins dan Robert D Land (1992) menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi tingkat risiko mortalita ditunjukkan oleh calon tertanggung, tugas underwriter adalah menentukan adanya faktor-faktor tertentu dan luas pengaruhnya terhadap tingkat risiko, dimana faktor-faktor tersebut cenderung meningkatkan risiko kematian seseorang calon tertanggung melebihi tingkat normaal untuk usianaya, usia hanyalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi risiko kematian seseorang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum normatif terapan yang menggambarkan hasil penelitian secara utuh dan menyeluruh tentang perjanjian asuransi jiwa dengan pemberatan risiko. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka dan studi dokumen. Caranya dengan membaca, menelaah ketentuanketentuan hukum positif yang mengatur tentang perjanjian asuransi jiwa, polis asuransi, serta literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Pengumpulan data primer melalui studi lapangan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan yaitu pimpinan perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung dan karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data dalam bentuk-bentuk kalimat yang disusun secara sistematis untuk memudakan interprestasi data sesuai dengan tujuan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Asuransi jiwa merupakan perjanjian peralihan risiko antara tertanggung kepada penanggung berkaitan dengan meninggalnya seseorang yang dipertangungkann pada masa yang akan datang yang mungkin dapat mengakibatkan suatu kerugian atau kehilangan nilai ekonomi. Adanya peralihan risiko ini diimbangi dengan pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam waktu tertentu, apabila pada waktu tertentu risiko benar-benar terjadi maka penanggung (perusahaan asuransi) akan membayar uang pertanggungan kepada tertanggung atau pihak yang ditunjuk, sebesar yang telah diperjanjikan sebelumnya dan tertulis dalam surat perjanjian yang disebut Polis Asuransi. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf yang ditunjuk pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912 atas pertanyaan dari peneliti mengapa hanya tabel premi asuransi standar yang diberikan pada agen asuransi, tidak diberikan pula tabel premi asuransi dengan pemberatan risiko? Dijelaskan bahwa penentuan premi dengan pemberatan risiko ada pada Kantor Pusat dalam hal ini didasarkan pada analisis hasil pemeriksaan kesehatan oleh Tim Underwriting (Departemen
5 127 Pertanggungan AJB Bumiputera 1912), jadi ada tidaknya pemberatan risiko yang menimbulkan pembebanan premi tambahan memerlukan keahlian khusus, sehingga para agen tidak dibebankan untuk menilai adanya risiko tinggi tersebut. Setelah aplikasi (formulir permintaan) serta persetujuan kategori pemberatan risiko, dengan memilih alternatif yang ditawarkan dan menandatangani surat, calon tertanggung harus menyertakan dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti pengisian data yang benar tersebut, misalnya Kartu Tanda Penduduk (KTP), do kumen keterangan medis, pekerjaan dan sebagainya. Kewajiban lainnya adalah calon tertanggung sudah harus membayar premi pertama sebesar apa yang tertera dalam ketentuan perusahaan yang disebutkan dalam kwitansi penerimaan uang premi sebagai titipan. Setelah ada kesepakatan pihak-pihak dan dibuktikan dengan adanya polis yang sudah ditandatangani oleh tertanggung maupun penanggung, maka polis mulai berlaku sejak penandatanganan, sebagai bentuk telah sama-sama menyetujui isi perjanjian (polis). Pada Perusa haan AJB Bumiputera 1912 ditentkan sejak tanggal penerbitan. Oleh karena pihak tertanaggung telah menandatangani polis berarti setuju dengan ketentuan tersebut. Selain karena terjadinya risiko atau karena habisnya masa kontrak asuransi, dalam asuransi jiwa, asuransi dapat berakhir karena tidak dibayarnya premi oleh tertanggung dalam masa tertentu yang mengakibatkan berhentinya perjanjian asuransi, karena berhentinya perjanjian akibat tidak dibayarnya premi perjanjian tidak berarti apa-apa karena walaupun risiko terjadi tetapi risiko itu tidak dialihkan sebelumnya sehingga perusahaan tidak menerima peralihan risiko dan tidak berkewajiban menanggung risiko atau membayar uang pertanggungan. Berhentinya perjanjian dapat pula terjadi karena adanya perubahan dari objek asuransi yang mengandung pemberatan risiko. Pemberatan risiko dalam undangundang (KUHD) tidak diatur secara rinci/jelas, khususnya pemberatan risiko dalam asuransi jiwa. KUHD hanya mengatur mengenai pemberatan risiko dalam asuransi kerugian yakni perubahan mengenai risiko pada asuransi kebakaran dan asuransi di laut (perjalanan melalui laut). Asuransi karena adanya pemberatan risiko ini terjadi setelah asuransi berjalan. Berhentinya asuransi karena adanya pemberatan risiko adalah untuk memenuhi asas keadilan atau asas keseimbangan, kalau diketahui sejak awal (sebelum kontrak) kemungkinan perusahaan akan menolak permintaan asuransi dari calon tertanggung atau perusahaan dapat menerima dengan ketentuan khusus, misalnya dengan penambahan premi, pengurangan jangka waktu atau uang pertanggung diperkecil. Ada tidakanya pemberatan risiko dalam asuransi jiwa dapat diketahui setelah underwriter melakukan penelitian data calon tertanggung hal ini sebagaimana yang diterapkan oleh Perusahaan
6 128 AJB Bumiputera data calon tertanggung yang dapat berpengaruh pada adanya pemberatan risiko dapat dilihat mula-mula pada usia calon tertanggung, riwayat kesehatan, pekerjaan, keagamaan, serta dapat pula berdasarkan jumlah uang pertanggungan yang melebihi nilai rupiah ,00 (dua ratus juta rupiah), meskipun usia calon tertanggung dibawah 50 (lima puluh) tahun apabila UP di atas Rp ,00, maka calon tertanggung harus melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk dalam kategori medical. Setelah penilai risiko berkesimpulan adanya risiko tinggi sehubungan dengan tingka kematian yang melekat pada diri calon tertanggung, aktuaris dapat menentukan adanya premi tambahan kepada calon tertanggung, yang mana hasil pemeriksaan dan perhitungan harus disampaikan kepada calon tertanggung untuk menyetujui atau tidak membayar premi tambahan tersebut. Berdasarkan pemeriksaan dokumen penawaran premi tambahan dari Perusahaan AJB Bumiputera 1912 diketahui bahwa lengkapnya dokumen yang harus disertakan sebagai alasan dikenakannya premi tambahan karena adanya alasan pemberatan risiko (asuransi substandar) berdasarkan pada hasil pemeriksaan permintaan asuransi. Sebagaimana diketahui bahwa permintaan asuransi harus disertai syarat-syarat yang harus dilampirkan pada Surat Permintaan tersebut. Persetujuan yang ditawarkan adalah jumlah premi tambahan yang harus dibayar oleh tertanggung, sehingga tercapai kata sepakat antara calon tertanggung dengan pihak perusahaan melalui agen asuransi yang ditugaskan, selanjutnya perusahaan akan membuat polis dan menerbitkan serta menyerahkan kepada tertanggung. Adanya pemberatan risiko dalam perjanjian asuransi jiwa setelah asuransi berjalan belum ada ketentuan umum ataupun khusus yang mengaturnya, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa manusia dapat saja mengalami suatu al diluar kemampuannya untuk menghindar atau menolak suatu peristiwa tak tentu jenisnya yang dapat menimpa siapa saja. Sampai polis diterbitkan tidak ada suatu apapun yang dapat mempengaaruhi adanya risiko tinggi, sehingga perjanjian asuransi berjalan dengan risiko standar dan pembebanan premi dikenakan premi standar, berdasarkan jawaban dari staf Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Bandar Lampung dan agen asuransi, terhadap pertanyaan dari peneliti yang berkaitan dengan terjadinya risiko tinggi setelah polis diterbitkan (berjaan) diperoleh informasi bahwa pada dasarnya segala risiko yang dihadapi ole Perusahaan akan menjadi tanggung jawab perusahaan oleh karenanya perlu adanya kecermatan dalam menilai risiko calon tertanggung pada saat agen melakukan penawaran, baik yang nampak terlihat jelas maupun yang harus diperoleh melalui wawancara secara mendalam, sehingga agen sebagai ujung tombak perusahaan dalam melakukan penawaran, baik yang nampak terlihat jelas, maupun yang harus diperoleh melalui wawancara secara mendalam, sehingga agen
7 129 sebagai ujung tombak perusaaan dalam melakukan penawaran bila diperlukan melakukan pencatatan terhadap segala sesuatu yang menyangkut diri calon tertanggung, sehingga ada tidaknya risiko tinggi dapat diketahui sejak dini. Pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik kedua belah pihak yang berkepentigan terhadap objek asuransi, dengan adanya pemberatan risiko ini akan ada kesepakatan terhadap risiko yang dihadapi, apakah mengakibatkan perubahan isi polis atau perjanjian berhenti sebagaimana ketentuan yang diatur dalam asuransi kerugian, yang mana akibat-akibat ini arus ada penyelesaian antara tertanggung maupun penanggung sehingga keseimbangan dalam asuransi dapat tercapai. Segala persoalan antara pihak-pihak apabila diselesaikan dengan kesepakatan maka persoalan itu dapat diakhiri secara baik-baik tanpa harus saling menuntut apalagi ika sampai melibatkan pihak lain, bagaimana pun juga pihak perusahaan harus selalu menjaga nama baik perusahaan, sehingga perusahaan harus memberi keputusan yang dapat menjadikan pihak tertanggung puas tanpa unsur paksaan, sebaliknya pihak tertanggung mempunyai kepentingan terhadap jiwa dan risiko yang dihadapi sehingga tertanggung harus dapat melaksanakan kewajiban secara benar, agar premi yang sudah dibayar tidak sia-sia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Perjanjian asuransi jiwa dengan pemberatan risiko dapat terjadi melalui proses berikut ini: a. Penawaran awal dari pihak perusahaan kepada calon tertanggung b. Penawaran lanjutan mengenai adanya pemberatan risiko c. Terjadinya kesepakatan dengan terbitnya polis asuransi d. Pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik hingga perjanjian asuransi jiwa berakhir. 2. Akibat hukum adanya pemberatan risiko apabila diketahui sebelum polis diterbitkan, maka pihak perusahaan akan membebankan premi tambahan, atas dasar risiko yang dihadapi termasuk extra mortalita, yang telah disepakati oleh tertanggung. Apabila pemberatan risiko diketahui setelah polis diterbitkan bukan karena kelalaian tertanggung, perjanjian asuransi tetap dapat berjalan, namun jika ada dugaan itikad tidak baik dari pihak tertanggung yang sengaja menyembunyikan adanya pemberatan risiko, perjanjaian asuransi dapat berhenti atau berakhir. Saran Hendaknya pihak perusahaan yang sudah lama berkiprah dalam menjalankan bisnis asuransi, sudah dapat menentukan standar asuransi dengan pemberatan risiko tertentu, sehingga pada saat penawaran sudah dapat dikomunikasikan secara menyeluruh. DAFTAR PUSTAKA
8 130 Darmawi, Herman Manajemen Asuransi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Hartono, Sri Rejeki Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia. IKIP Semarang Press, Semarang Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Sinar Granka, Jakarta. Muhammad Abdulkadir Hukum Asuransi Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Salim, Abbas Asuransi dan Manajemen Risiko. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sastrawidjaja, M Suparman dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian. Alumni, Bandung. Satrio J Hukum Perjanjian- Perjanjian Pada Umumnya. PT Citra Aditya Bakti, Jakarta. Yan Pramudia Puspa Kamus Hukum. Edisi Lengkap. Aneka Ilmu, Semarang.
II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD
17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya
Lebih terperinciManfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak
Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat terlepas dari resiko yang sewaktu-waktu datang. Resiko tersebut dapat berupa cacat tubuh atau mungkin juga karena kematian yang disebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi 1. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh R Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai
BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHDagang yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Asuransi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangatlah pesat setelah pemerintah mengeluarkan regulasi pada tahun 1980 diperkuat keluarnya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beragam suku bangsa dan terdiri dari beribu ribu pulau. Untuk memudahkan hubungan atau interaksi antar
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA
PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberi pengaruh terhadap perkembangan usaha bidang keasuransian. Perusahaan-perusahaan besar mulai bermunculan seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan perkembangan zaman yang semakin maju, pola berpikir manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat alamiah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat alamiah yang mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat di ramalkan lebih dahulu secara tepat, sehingga dengan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR ABSTRAKSI Oleh: Kadek Hita Kartika Sari I Gusti Nyoman Agung I Ketut Markeling Hukum Bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya manusia selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI
PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI JIWA PENERIMA KREDIT SKRIPSI Diajukan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN Asuransi atau pertanggungan timbul karena adanya kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini manusia selalu dihadapan kepada suatu masalah
Lebih terperinciASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1
ASURANSI 1 Pengertian Asuransi adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang
Lebih terperinciDokumen Perjanjian Asuransi
1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi
1 BAB III TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya a. Pengertian Asuransi Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti asuransi,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki
Lebih terperinciABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG
35 TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG ATAS BARANG YANG DIKIRIM MELALUI PERUSAHAAN JASA PENITIPAN BARANG TITIPAN KILAT (TIKI) DI BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariyah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Kemungkinan manusia menghadapi kehilangan atau kerugian itu merupakan suatu risiko.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk
Lebih terperinciPERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG
PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG Oleh: Gusti Ayu Putu Damayanti I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 hingga sekarang, banyak hal telah terjadi dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bangsa Indonesia menjadi
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011
PELAKSANAAN ASURANSI DEMAM BERDARAH DALAM BENTUK VOUCHER PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA (ACA) CABANG PADANG. SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh : WIDI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi Asuransi atau Pertanggungan menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (K.U.H.D) Republik Indonesia pasal 246 adalah Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
Lebih terperinciKlaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor
Klaim Ganti Rugi dalam Perjanjian Asuransi Kendaraaan Bermotor Erlina B. Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Abstrak Perjanjian asuransi yang sesuai dengan tujuannya yaitu suatu perjanjian yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
Lebih terperinciPENGENDALIAN RISIKO TERHADAP PELAYANAN ASURANSI JIWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 CABANG BATU TUGAS AKHIR
PENGENDALIAN RISIKO TERHADAP PELAYANAN ASURANSI JIWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 CABANG BATU TUGAS AKHIR Untuk memenuhi salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keuangan Perbankan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan
Lebih terperinciMinggu Ke III ASURANSI JIWA
Minggu Ke III ASURANSI JIWA A. PENGERTIAN A. Abbas Salim dalam buku Dasar-Dasar Asuransi (Principles of Insurance) memberi definisi tentang asuransi jiwa, bahwa : Asuransi Jiwa adalah asuransi yang bertujuan
Lebih terperinciWANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA
WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN PREMI ASURANSI DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG ASURANSI JIWA Oleh : Dewa Ayu Widiastuti Meranggi A.A. Sagung Ari Atu Dewi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya memiliki harta kekayaan sebagai hasil jerih payahnya dalam bekerja. Harta kekayaan tersebut bisa berupa rumah, perhiasan, ataupun kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap jasa Notaris tidak dapat dihindarkan karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan masyarakat terhadap jasa Notaris tidak dapat dihindarkan karena notaris mempunyai peranan penting membantu masyarakat dalam melakukan hubungan hukum, dibutuhkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu sepatutnya nikmat tersebut disyukuri. Kesehatan sudah merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan anugrah Allah SWT yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu sepatutnya nikmat tersebut disyukuri. Kesehatan sudah merupakan kebutuhan pokok
Lebih terperinciDIMAS WILANTORO NIM: C.
TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN PADA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan
Lebih terperinciBAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah seiring dengan munculnya pemikiran dalam masyarakat mengenai suatu ketidakpastian mengenai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat saat ini. Peningkatan ini dapat dilihat dari semakin tingginya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah disepakati kepada tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi Jiwa merupakan salah satu industri dibidang jasa yang memberikan perlindungan pada calon pemegang polis apabila terjadi risiko di masa mendatang. Pihak asuransi
Lebih terperinciS I L A B US MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI
A. Deskripsi singkat : S I L A B US MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI Manajemen Risiko dan Asuransi membahas mengenai Ruang Lingkup Manajemen Risiko dan Asuransi, Pengertian Risiko, Manajemen Risiko, Fungsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya : 1. Kedudukan para pihak : a. Hubungan hukum antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat saat ini semakin menyadari pentingnya mempersiapkan diri untuk melindungi dirinya sendiri maupun keluarga dari kemungkinan kejadian yang tidak pasti, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perusahaan. pertanggungan atas resiko atau kerugian yang dialami oleh tertanggung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi merupakan sarana keuangan dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan
Lebih terperinciKEDUDUKAN UNDERWRITER DALAM MENILAI DAN MENYELEKSI CALON TERTANGGUNG DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. BUMI PUTERA Oleh
KEDUDUKAN UNDERWRITER DALAM MENILAI DAN MENYELEKSI CALON TERTANGGUNG DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. BUMI PUTERA Oleh I Gede Pinajeng I Ketut Sudiarta Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia Kata asuransi dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Insurance yang artinya jaminan atau pertanggungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya. 1. kelancaran aktifitas dalam dunia perdagangan pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa asuransi makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga,
Lebih terperinciBAB VI POLIS ASURANSI
BAB VI POLIS ASURANSI A. Pengertian Polis Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut:
Lebih terperincisebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan pertanggungan atau perusahaan asuransi adalah suatu badan hukum yang sanggup mengambil alih risiko seseorang berdasarkan perjanjian pertanggungan. 1 Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tak tentu. ( Hasyim Ali, 1993:3) Asuransi terbagi menjadi dua, yaitu life insurance dan non life insurance.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan seseorang selalu berhadapan dengan resiko baik bagi kejiwaan, kesehatan maupun finansial. Salah satu usaha untuk mengatasinya ialah dengan mengalihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciBAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI
BAB X ASURANSI Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada saat ini sangat memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, dampak positif yang ada sangat mendukung manusia modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang hampir setiap orang menggunakan alat transportasi untuk mereka bepergian, pada dasarnya penggunaan alat transportasi merupakan salah satu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.
BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan asuransi dalam sektor asuransi jiwa di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI
15 BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI A. Perjanjian Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD, sebagai
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal pasal 308
8 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi Jiwa 1. Dasar Hukum dan Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 - pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pelaksanaan fungsi dan tujuan PT. Jasaraharja Putera sebagai salah satu
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan fungsi dan tujuan PT. Jasaraharja Putera sebagai salah satu perusahaan asuransi yang bergerak di bidang jasa memiliki
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya
1 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur penebusan polis asuransi, kajian pustaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA Oleh: Darmadi Charisma Putra I Ketut Markeling I Made Dedy Priyanto Hukum Bisnis Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) adalah sebagai berikut:
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Asuransi Pengertian Asuransi sebagaimana tercantum dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) adalah sebagai berikut:
Lebih terperinciABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.
Deny Guntara ASURANSI DAN KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG MENGATURNYA Oleh: Deny Guntara Universitas Buana Perjuangan Karawang Email : deny.guntara@ubpkarawang.ac.id ABSTRACT In this paper outlined the
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1992 (EKONOMI. ASURANSI. Uang.
Lebih terperinci