THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

PENGARUH JENIS AIR PADA PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN METODE PENGGARAMAN

Jason Mandela's Lab Report

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

OPTIMATION OF THE INCUBATION TIME FOR ENZYMATIC PRODUCTION OF COCONUT OIL USING THE FRUIT S LATEX OF Carica papaya L

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Didalam pembuatan minyak goreng dapat dikelompokkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

KAJIAN KINETIKA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI BESI(II) DAN SENG(II) DENGAN PASIR KUARSA

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA (THE MAKING OF PALM OIL WITH YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION)

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB I PENDAHULUAN I.1.

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

3. Metodologi Penelitian

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

LAMPIRAN 2 PEMBUATAN LARUTAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

ISOTERMA DAN TERMODINAMIKA ADSORPSI KATION PLUMBUM(II) PADA LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

KINETIKA FERMENTASI VCO SECARA SINAMBUNG DALAM BIOREAKTOR TANGKI IDEAL

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA FERMENTASI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Emmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

Betty Hidayati, Sunarno, Silvia Reni Yenti

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

Transkripsi:

120 THERMAL EFFECT OF COCONUT CREAMS ABILITY TO ADSORB CALCIUM(II) Pengaruh Pemanasan Terhadap Kemampuan Blondo Mengadsorpsi Kalsium(II) Fatmawati Tahir, Ani Setyopratiwi, Sri Sudiono Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Gadjah Mada University, Yogyakarta ABSTRACT Study of thermal effect of coconut cream s ability to adsorb Ca (II) has been done at various temperatures of 49 o C, 59 o C and 80 o C. The adsorption study was performed to check capacity, energy and rate of adsorption by varying the number of initial concentration of CaCl 2 bounded on coconut protein. This research was also done to determine number of Ca (II) in the coconut protein using the salt addition and elicits reaction methods. The result showed that adsorption ability tends to increased with the increase of temperature). Coconut cream heated at 59 o C adsorb Ca(II) with the highest adsorption capacity of 3.98 mg/g and K = 3.48x10 4 mol -1. The salt addition method on the coconut cream gives more Ca (II) than elicit reaction method. The first method gives 0.01137 mol/l and the second was 0.02845 mol/l. Based on the energy of adsorption, cream without heating had 20.59 kj/mol as a physical adsorption and heating effect at temperatures 49 o C, 59 o C and 80 o C had 24.95; 28.87 and 24.87 kj/mol respectively as a chemical adsoprtion with the rate of adsorptions of 0,0054; 0,0510 dan 0,3. 10-4 minute -1, respectively. Keywords: coconut cream, adsorption, thermal effect. PENDAHULUAN Berbagai usaha penelitian mengenai pemilihan metode pengolahan minyak kelapa baik secara kering atau basah dilakukan telah dijalankan di negara-negara seperti India, Filipina, Amerika dan Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa yang cukup melimpah di alam, melalui lembaga penelitiannya, untuk lebih memaksimalkan hasil pengolahan minyak kelapa dan hasil sampingnya. Menurut Adamson [1] pemilihan metode basah dikarenakan beberapa keuntungan antara lain hasil minyak jernih, mempunyai viskositas rendah, minyak lebih bersifat tahan lama, atau tidak berbau tengik. Salah satu metode basah tersebut yaitu metode penggaraman, dengan garam kalsium antara lain garam CaCl 2.2H 2 O, sehingga memberikan tambahan kandungan kalsium. Selain itu diperoleh hasil samping berupa blondo-ca dengan kadar protein tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagi bahan tambahan atau aternatif makanan bergizi tinggi [2]. Potensi kelapa sebagai sumber protein telah dikemukakan oleh Somaatmadja [3]. Namun seberapa jauh faktor yang mempengaruhi perubahan protein kelapa dengan kalsium dalam media air selama pengolahan kelapa belum banyak dikaji, serta pengaruh penambahan kalsium terhadap stsabilitas emulsinya Sehingga perlu diteliti interaksi Ca(II) dengan blondo hasil samping pengolahan minyak kelapa dengan metode penggaraman melalui kajian adsorpsi. Di samping itu guna meningkatkan pemanfaatan blondo agar mengadsorpsi Ca(II) lebih maksimal, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan daya adsorpsi blondo, sehingga dapat dipertimbangkan kegunaannya untuk pemanfaatan lebih lanjut. Secara umum penelitian ini bermaksud untuk menentukan kandungan kalsium dalam blondo pada metode pancingan dan metode penggaraman, serta meningkatkan daya adsorpsi blondo sebagai salah satu alternatif bahan pangan yang berkalsium tinggi. Di samping itu, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari pengaruh pemanasan terhadap kemampuan blondo dalam mengadsorpsi Ca(II). 2. Menentukan besarnya kapasitas, energi dan laju adsorpsi Ca(II) pada blondo hasil samping pengolahan minyak kelapa melalui metode penggaraman. METODOLOGI Pembuatan krim kelapa Beberapa buah kelapa yang sudah tua diambil daging buahnya, dikupas kulit arinya,

121 diparut dengan mesin pemarut/pemarut tangan dan hasilnya diperas dengan penambahan aquades. Santan hasil pemerasan dimasukkan dalam corong pemisah dan didiamkan selama kurang lebih 2 jam, sehingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas adalah krim santan, lapisan bawah adalah skim santan kelapa. Krim santan dipisahkan dari campuran larutannya. Pembuatan larutan standar kalsium Ditimbang 3,668 gram garam CaCl 2.2H 2 O, kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume 1 liter dan didapat larutan standar Ca(II) dengan konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dibuat konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 ppm diencerkan dengan aquadest, lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom. Proses pembuatan blondo dengan metode pancingan dan metode penggaraman Sebanyak 300 ml krim santan kelapa dimasukan ke dalam sebuah gelas beaker, lalu ditambahkan 300 ml minyak kelapa (pancingan) dengan volume 1:1, kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah yang pertama (metode pancingan). Pada gelas beaker kedua, krim santan ditambah dengan 200 ml larutan jenuh CaCl 2, lalu diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit, kemudian diisi pada corong pisah yang kedua (metode penggaraman). Kemudian kedua corong pisah tersebut didiamkan selama satu malam, sehingga terpisah menjadi tiga lapisan. Pada corong pertama, lapisan atas (minyak), lapisan tengah (campuran minyak dan blondo) diambil kemudian disentrifugasi dan lapisan bawah (air) (dianalisis kandungan Ca(II) dengan spektrofotometer serapan atom). Hasil sentrifugasi berupa blondo, dicuci dengan menggunakan alkohol teknis secara variasi untuk menghilangkan minyaknya dan dicuci dengan aquadest, diperoleh blondo cair murni dan jika akan dilakukan pengolahan lebih lanjut dapat disimpan dalam lemari es agar tahan lama. Perlakuan yang sama dilakukan pada corong pisah kedua. Kajian pengaruh pemanasan terhadap kemampuan blondo mengadsorpsi Ca(II) a. Perlakuan pada krim santan kelapa Krim santan kelapa yang telah diperoleh dibagi dalam dua perlakuan sebagai berikut, perlakuan pertama tidak dipanaskan, sedangkan perlakuan kedua dipanaskan dalam gelas beker pada suhu 49 o C, 59 o C dan 80 o C. b. Pengaruh pemanasan terhadap kemampuan blondo mengadsorpsi Ca(II) Dalam langkah ini, dibuat seri larutan garam Ca(II) dengan konsentrasi 20, 50, 100, 200, 400 dan 1000 ppm. Krim santan kelapa disajikan dalam 6 beker gelas yang masing-masing berisi 100 ml (147,62 gram). Setiap gelas beker ditambahkan 50 ml larutan garam Ca(II) dengan konsentrasi tersebut di atas. Kemudian larutan diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 15 menit. Larutan kemudian didiamkan selama semalam, sehingga diperoleh tiga lapisan, yaitu: lapisan atas adalah minyak, sedangkan lapisan tengah campuran minyak dan blondo diambil kemudian disentrifugasi, sedang lapisan bawah adalah air. Konsentrasi Ca(II) dalam air diukur dengan spektrofotometer serapan atom, Ca(II) yang teradsorpsi dapat dihitung dari konsentrasi mula-mula dikurangi konsentrasi dalam air. Sebanyak 100 ml krim santan kelapa sebelum pemanasan diganti dengan krim santan kelapa yang telah dipanaskan pada suhu 49 o C, 59 dan 80 o C, diperlakukan sama seperti perlakuan di atas. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemecahan Emulsi Krim Santan Kelapa Dalam santan terdapat tegangan muka antara protein minyak dan protein- air, tegangan muka protein minyak lebih besar daripada tegangan muka protein air dengan minyak sebagai fasa diskontinyu dan air sebagai fasa kontinyu. Pemecahan emulsi krim kelapa dengan metode pemancingan menyebabkan tegangan muka medium kontinu protein naik, minyak dari santan akan bergabung dengan minyak pemancing. Pada metode penggaraman molekul krim santan akan mengadakan tumbukan dengan ion Ca(II), emulsi krim santan kelapa tidak stabil dan pecah, ini mengakibatkan fraksi air minyak dan blondo akan saling terpisah karena perbedaan berat jenisnya [4]. Ca(II) akan bereaksi dengan blondo yag bercampur dengan air, membentuk endapan senyawa Caproteinat kompleks. Oleh karena itu kandungan kalsium yang terdapat dalam blondo ini mempunyai kalsium yang lebih besar dari pada blondo dari santan dengan metode pemancingan. Dari kedua metode tersebut akan menghasilkan minyak kelapa yang jernih, juga blondo yang mengandung minyak dan tidak tahan lama untuk disimpan. Oleh karena itu selanjutnya dilakukan pencucian dengan alkohol. Hasil pengukuran dengan spektrofotometri serapan atom menunjukkan bahwa blondo yang

122 diperoleh dengan cara pemancingan dan cara penggaraman masing-masing mengandung kalsium 0,01137 mol/l dan 0,02845 mol/l. Isoterm Adsorpsi Kalsium dengan Blondo Dari data-data hasil penelitian, akan dibahas pengaruh pemanasan terhadap kemampuan blondo mengadsorpsi Ca(II). Berdasarkan kurva 1 diketahui bahwa kandungan kalsium yang terikat pada blondo berbanding liner dengan penambahan konsentrasi garam CaCl 2.2H 2 O. Dari konsentrasi 20 mg/l sampai dengan 1000 mg/l larutan garam CaCl 2 yang ditambahkan ke dalam pemecahan krim santan 100 ml (147,6178 gram ). Begitu pula dengan adanya perlakuan terhadap krim santan kelapa tanpa maupun dengan pemanasan sebagai adsorben juga memberikan pengaruh terhadap kandungan kalsium dalam blondo. Jika temperatur dinaikkan pada suhu 49 o C dan 59 o C, maka kandungan kalsium dalam blondo akan meningkat. Namun pada temperatur 80 o C ternyata justru kandungan kalsium dalam blondo menurun. Kadar kandungan kalsium yang terdapat dalam blondo tergantung dari kandungan protein yang terdapat dalam krim santan kelapa yang dihasilkan. Menurut Thieme [5], komposisi protein dalam daging buah kelapa, paling banyak terdapat pada daging buah kelapa yang setengah tua, maka untuk beberapa pengambilan sampel secara random akan menghasilkan rerata banyaknya kandungan kalsium yang terikat berbeda. Adnan [6] memberikan data penelitian bahwa kandungan protein paling banyak pada suhu 40 o C, di mana kandungan protein dipengaruhi oleh suhu pemisahan fasa krim santan serta skim kelapa dan oleh ph dari santan. Menurut Darmono [7] dengan pertambahan rantai peptida, maka kemampuan protein untuk mengikat ion logam juga bertambah. Kandungan protein lebih banyak terdapat pada krim santan kelapa yang dipanaskan pada suhu 59 o C sehingga kemampuan blondo untuk mengikat kalsium lebih banyak. Data perhitungan dilakukan pada harga konsentrasi sebelum tercapai titik jenuh, yaitu 20-400 mg/l karena bila lapisan permukaan adsorben telah jenuh, maka hanya subtitusi molekul dari satu komponen dengan komponennya yang lain. [Ca (II) teradsoprsi (mg/g) Kurva 1 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0 500 1000 1500 [Ca (II) awal (mg/l) Suhu 29 oc Suhu 49 oc Suhu 59 oc Suhu 80 oc Gambar 1 Pengaruh Konsentrasi Ca(II) pada proses pemecahan krim kelapa terhadap Ca(II) teradsorpsi pada protein kelapa [Ca(II) teradsorpsi (mg/g) 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 kurva 2 0.0 suhu 29 oc 0 100 200 300 400 500 [Ca(II) awal (mg/l) Suhu 49 oc Suhu 59 oc Suhu 80 oc Gambar 2 Kurva isoterm adsorpsi Langmuir pada variasi suhu

123 Tabel 1 Parameter Isoterm Langmuir Adsorben Parameter Isoterm Adsorpsi langmuir pada Suhu b K E O C mol/g mg/g Mol -1 kj/mol 29 2,65132.10-05 1.06265 3652,9841 20,5971 49 6,09.10-05 2.4412 11173,0403 24,9540 59 9,93739.10-05 3.98291 34868,3454 28,8704 80 3,5422.10-05 1.41972 4793,4532 24,8728 Tabel 2 Parameter Kinetika Langmuir Hinshelwood Adsorben Parameter Kinetika Langmuir-Hinshelwood pada variasi konsentrasi Ca(II) pada suhu ( o C) k (menit) -1 K (mol/l) -1 29 0,0021-72,269 49 0,0054-97,927 59 0,0510-200,43 80 0,3.10-4 +26,368 Hasil interaksi secara umum disajikan pada gambar 2. Semua kurva pada gambar 2 mempunyai pola yang sesuai dengan teori yang disajikan Langmuir, yaitu jumlah logam teradsorpsi mulamulai naik sejalan dengan kenaikan konsentrasi adsorbat dan pada konsentarsi jenuh jumlah logam yang teradsorpsi relatif konstan. Dengan masing - masing persamaan : Y 1 = 37717 x + 10.325, r = 0.9917 ; Y 2 = 16418x + 9,7963, r = 0,99885 ; Y 3 = 16418x + 9,7963, r = 0,99879 ; Y 4 = 28231x + 39,264, r = 0,99514. Kapasitas adsorpsi dan harga tetapan kesetimbangan adsorpsi dapat diestimasikan menggunakan model persamaan Langmuir : C/m = 1/bK + 1/b c. Dari kurva pada gambar 2, diperoleh kapasitas adsorpsi yang disajikan dalam tabel 1. Kapasitas paling besar terjadi pada adsorpsi oleh krim santan yang dipanaskan pada suhu 59 o C, sebesar 3,98291 mg/g, dengan harga K = 34868,3454 mol -1. Dapat dikatakan pemanasan yang relatif baik, pada suhu tersebut, karena meningkatkan kapasitas adsorpsi blondo terhadap kalsium. Untuk menghitung energi adsorpsi dari masing-masing kenaikan suhu dapat digunakan persamaan : E = RT ln K. Dari data dalam tabel 1, berdasarkan batasan energi yang dinyatakan oleh Adamson [1], maka interaksi Ca(II) dengan blondo tanpa pemanasan melibatkan energi fisika, sedangkan yang dipanaskan pada suhu 49 o C, 59 o C dan 80 o C melibatkan energi kimia. Hal ini berarti terjadi ikatan kimia tersebut dengan jenis ikatan kovalen, diperkirakan terjadi ikatan koordinasi antara Ca (II) dengan protein. Penentuan kinetikanya yaitu dengan penerapan model kinetik Langmuir Hinshelwood memberikan harga k (tetapan laju adsorpsi) dan harga K (konstanta kesetimbangan adsorpsi), dengan membuat kurva linear ln (C o /C a )/(C o -C a ) versus t/(c o -C a ). Seperti tercantum pada tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan panas pada adsoben menyebabkan laju adsorpsi menjadi cepat. Dari tabel 2 terlihat bahwa ion Ca (II) pada suhu kamar laju reaksinya kecil dari pada laju adsorpsi Ca (II) pada kenaikan suhu 49 o C dan 59 o C namun pada suhu 80 o C laju reaksi sangat kecil. KESIMPULAN 1. Pembuatan blondo yang merupakan hasil samping pengolahan minyak kelapa dengan metode penggaraman mengandung kalsium sebesar 0,02845 mol/l, dan pada metode pancingan sebesar 0,01137 mol/l 2. Pemanasan krim santan kelapa meningkatkan kemampuan blondo dalam mengadsorpsi Ca(II), pada pemanasan krim santan kelapa dengan temperatur 59 o C, blondo mengadsorpsi Ca(II) paling besar yaitu sebesar 3,98291 mg/g atau 9,93739.10-6

124 mol/g, dengan tetapan konstanta kesetimbangan (K) sebesar 34868,35 mol -1. 3. Berdasarkan hasil perhitungan energi adsorpsi, krim santan kelapa tanpa pemanasan, Ca(II) yang teradsorpsi pada blondo terjadi adsorpsi fisika sebesar 20,5972 kj/mol, dengan laju adsorpsinya 2,1.10-3 menit -1, sedangkan jika krim santan dipanaskan pada suhu 49 o C, 59 o C dan 80 o C, maka Ca(II) yang teradsorpsi pada blondo terjadi adsorpsi kimia, dengan besarnya energi masingmasing sebesar 15,93; 19,88; 23,63; 19,30 kj/mol, dengan laju adsorpsinya berturut-turut yaitu; 5,4.10-3 ; 51.10-3 dan 0,3.10-4 menit -1. DAFTAR PUSTAKA 2. Belitzh, H.D., and M.Grosch, 1987, Food Chemistry, Springer-Verleg, Berlin. 3. Somaatmaja, D., 1973, Isolasi protein dan Teknologinya, Balai Penelitian, Bogor. 4. Yuliani, 1988, Analisa Mineral dalam Blondo Santan Kelapa yang Diendapkan dengan CaSO 4.2H 2 O, Skripsi Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada. 5. Thieme, J.G., 1968, Coconut Oil Processing, FAO of The United Nations, Rome. 6. Adnan, M., 1974, Quality Evaluational Coconut Oil Prepared by Wet Proses, Research Report, 34-36. 7. Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup,UI-Press, Jakarta. 1. Adamson, A.W., 1990, Physical Chemistry of Surfaces, 5 Th ed., John Wiley and Sons, Inc. New York.