BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Inventaris Menurut Soemarsono S.R. (l994,pl5) inventaris adalah daftar barangbarang yang digunakan di perusahaan atau di kantor yang menyertakan barga, jumíah, jenis dan keadaannya. Sedangkan Inventansasi menurut Muhammad Ali (2000:78), inventaris adalah daftar yang memuat semua barang perusahan dan sebagainya yang dipakai dalam melaksanakan tugas. Daftar yang dimaksud ialah berupa cacatan tentang semua alat dan bahan yang disediakan untuk dipergunakan dalam pengolahan usaha yang dijalankan maupun sebagai peralatan operasional perusahan. 3.2. Konsep Dasar Perawatan 3.2.1. Pengertian Perawatan Pengertian Perawatan atau yang sering disebut juga dengan Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ialah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja terhadap suatu fasilitas dengan menganut suatu sistematika tertentu untuk mencapai hasil telah ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004). 3.2.2. Jenis - Jenis Perawatan Didalam konsep dari Perawatan terbagi menjadi dua jenis yang sering digunakan yaitu Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance. 8
9 Berikut adalah pengertian dari jenis-jenis Perawatan : 1. Preventive Maintenance Adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknisekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan. Tujuan Preventive Maintenance adalah untuk dapat mencapai suatu tingkat pemeliharaan terhadap semua peralatan produksi agar diperoleh suatu kualitas produk yang optimum. Salah satu dari tujuan Preventive Maintenance adalah untuk menemukan suatu tingkat keadaan yang menunjukan gejala kerusakan sebelum alat-alat tersebut mengalami kerusakan fatal. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan membuat perencanaan dan penjadwalan kegiatan maintenance dengan interupsi sekecil mungkin terhadap proses produksi. 2. Corrective Maintenance Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu Preventive Maintenance. Pada umumnya, Corrective Maintenance bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem ke kondisi semula. Corrective Maintenance, dikenal sebagai breakdown atau run to failure maintenance. Pemeliharaan hanya dilakukan setelah peralatan
10 atau mesin rusak. Bila strategi pemeliharaan ini digunakan sebagai strategi utama akan menimbulkan dampak tingginya kegiatan pemeliharaan yang tidak direncanakan dan inventori part pengganti. 3.2.3. Tujuan Maintenance Maintenance memiliki tujuan tujuan untuk unit peralatan produksi itu sendiri, berikut adalah poin poin dari tujuan maintenance: 1. Memperpanjang usia pakai dari alat produksi terutama bagi peralatan yang sulit diganti suku cadangnya. 2. Memaksimalkan tingkat kegunaan dari alat produksi tersebut agar bisa digunakan sesuai fungsinya dan meminimalisir kesalahan produksi. 3. Memelihara peralatan dan fasilitas dari kerusakan dan keausan. 4. Menjamin kesiapan operasional dari semua peralatan ketikan kegiatan produksi dilaksanakan. 5. Menjamin keselamatan personil ketikan menggunakan alat tersebut. 3.3. Penjadwalan Penjadwalan adalah suatu proses pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk melakukan beraneka ragam pekerjaan pada bidang manufaktur dengan mesin-mesin dan tenaga kerja sebagai sumber dayanya dan job sebagai tugas yang harus diselesaikan. Menurut Jay heizer dan Barry Render (2001:466) menjelaskan penjadwalan sebagai berikut Penjadwalan yang efesien dalah bagaimana
11 perusahaan dapat memenuhi batas tanggal seperti yang dijanjikan kepada pelanggan dan menghadapi kompetisi berdasarkan waktu. 3.3.1. Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan produksi menurut Roberto S. Russel dan Bernard W. Tayor III (2006:719) adalah 1. Meeting customer due date (Membuat tanggal jatuh tempo konsumen) 2. Minimize job lateness (Meminimalkan keterlambatan kerja) 3. Minimize response time (Meminimalkan waktu respon) 4. Minimize completion time (Meminimalkan waktu penyelesaian) 5. Minimize time in the system (Meminimalkan waktu dalam sistem) 6. Minimize overtime (Meminimalkan kelebihan waktu) 7. Maximizing machine or laborutilization (Memaksimalkan penggunaan mesin atau tenaga kerja) 8. Minimize late time (Meminimalkan waktu keterlambatan) 9. Minimize work in the Processinventory (Meminimalkan persediaan barang dalam proses) 3.3.2. Manfaat Penjadwalan Menurut Jay Heizer and Barry Render (2001:466) akan pentingnya penjadawalan adalah dengan implikasi strategis, adalah sangat jelas bagi perusahaan akan pentingnya penjadwalan dengan penjadwalan yang efektif, perusahaan menggunakan asetnya dengan efektif dan menghasilkan kapasitas dolar yang diinvestasikan menjadi lebih besar, yang sebaliknya akan
12 mengurangi biaya Penjadwalan, menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan dengan demikian pelayanan kepada pelanggan menjadi baik keuntungan yang ketiga dari bagusnya penjadwalan adalah keunggulan kompetitif dengan pengiriman yang bisa diandalkan. Fungsi pokok dari penjadawalan adalah untuk membuat arus barang dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu yang direncanakan melalui produksi. Hal ini membuat penyelesaian dan pengiriman produk akan dilakukan tepat waktu, dan secara tidak langsung menghindari keterlambatan penerimaan kepada konsumen. 3.3.3. Kriteria Proses Penjadwalan Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada volume pesanan, ciri operasi,dan keseluruhan kompleksitas pekerjaan, sekaligus pentingnya tempat pada masingmasing dari empat kriteria. Menurut Jay Heizer and Barry Render (2001:468) menyebutkan kriteria dari penjadwalan adalah sebagai berikut: 1. Meminimalkan waktu penyelesaian. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata penyelesaian. 2. Memaksimalkan utilisasi. Ini dinilai dengan menentukan persentase waktu fasilitas itu digunakan. 3. Meminimalkan persediaan barang dalam proses. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem. hubungan antara jumlah pekerjaan dalam sistem dan persediaan barang dalam
13 proses adalah tinggi. dengan demikian semakin kecil jumlah pekerjaan yang ada di dalam sistem, maka akan semakin kecil persediaannya. 4. Meminimalkan waktu tungggu pelanggan. Ini dinilai dengan menentukan rata-rata jumlah keterlambatan. 3.3.4. Proses Penjadwalan Menurut Jay Heizer and Barry Render (2001: 468) untuk mengolah fasilitas dengan cara yang seimbang dan efesien manajer membutuhkan perencanaan produksi dan sistem pengendalian. Proses penjadwalan harus melalui tahapan sebagai berikut: 1. Penjadwalan pesanan yang akan datang tanpa mengganggu kendala kapasitas pusat kerja individual. 2. Mengecek ketersediaan alat-alat dan bahan baku sebelum memberikan pesanan ke suatu departemen. 3. Membuat tanggal jatuh tempo untuk masing-masing pekerjaan dan mengecek kemajuan terhadapa tanggal keperluan dan waktu tempuh pesanan. 4. Mengecek barang dalam proses pada saat pekerjaan bergerak menuju perusahaan 5. Memberikan feedback pada pabrik efesiensi pekerjaan dan memonitor waktu operator untuk analisis distribusi tenaga kerja dan gaji dan upah.
14 3.4. Sistem Flowchart Diagram Menurut (Hartono J., 1999) merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urutan-urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam system. Bagan alir system digambar dengan menggunakan simbol simbol yang tampak seperti berikut ini. Gambar 3.1 : Bagan Alir System 3.5. Data Flowchart Diagram (DFD) Bagan alir dokumen(document flowchart) atau di sebut juga bagan alir folmulir (form flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang
15 menunjukkan arus dari laporan dan folmulir termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem (Hartono J., 1999). Menurut (Putrodjoyo, 1994) Data Flow Diagram merupakan transfer data dari alat storage luar melalui unit pemroses dan memori, serta keluar ke storage luar. (Kenneth E. Kendall, 2002) menyatakan bahwa melalui Data Flow Diagram (DFD), penganalisis sistem dapat merepresentasi proses-proses data di dalam suatu organisasi. Pendekatan aliran data menekankan logika yang mendasari sistem. Pendekatan aliran data memiliki 3 (tiga) kelebihan utama melalui penjelasan naratif mengenai cara data-data berpindah disepanjang sistem, yaitu: 1. Kebebasan dari menjalankan implementasi teknis sistem yang terlalu dini. 2. Pemahaman lebih jauh mengenai keterkaitan satu sama lain dalam sistem dan subsistem. 3. Mengkomunikasikan pengetahuan sistem yang ada dengan pengguna melalui diagram aliran data. Tabel 3.1 Simbol Data Flow Diagram No Simbol Nama Simbol Keterangan 1 External Simbol ini menunjukkan kesatuan Entity atau dilingkungan luar sistem yang Boundary dapat berupa orang, organisasi
16 2 Data Flow 3 0 PRCS_1 atau Aliran Data Proses atau sistem lain yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan pengaruh berupa input atau menerima output Aliran data dapat digambarkan dengan tanda panah dan garis yang diberi nama dari aliran data tersebut Dalam simbol tersebut dituliskan nama proses yang akan dikerjakan oleh sistem dari transformasi aliran data yang kelur. Suatu proses mempuyai satu atau lebih input data dan menghasilkan satu atau lebih output data. 4 1 Stor_3 Data Store Data store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file atau catatan menual, dan suatu agenda atau buku. Data store digunakan untuk menyimpan data sebelum dan sesudah proses lebih lanjut