BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Distribusi Selaginella

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN BAHAN BIOAKTIF Selaginella plana dan S. willdenovii PADA BEBERAPA MEDIA TANAM DWI SUCI SETIYANINGSIH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KEANEKARAGAMAN DAN PENYEBARAN Selaginella spp. DI INDONESIA DARI TAHUN Andik Wijayanto

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

Bab III Bahan dan Metode

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA TENGAH HERLINA PANJAITAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR Candida sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK BONGKOK (Salacca edulis Reinw.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SELAGINELLA RINI SYAHRAYNI HASIBUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

III BAHAN DAN METODE

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI TANAMAN PEKARANGAN RUMAH PENDUDUK DI KECAMATAN PACIRAN DAN LAREN, KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR MOH.

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

RIZKI SITI NURFITRIA

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN SELAGINELLA DI JAWA BARAT RAHMADIAN HARLI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di

BAB III METODE PENELITIAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Tanaman Obat Keluarga TOGA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Transkripsi:

BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

ABSTRAK ANDIK WIJAYANTO. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh TATIK CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN. Studi biodiversitas dan etnobotani Selaginella dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat keanekaragamannya dan mengkaji kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Studi keanekaragaman Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella pada 6 titik pengambilan sampel. Studi etnobotani Selaginella dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan masyarakat desa sekitar gunung Bunder, desa Citalahab Sentral, dan desa Kasepuhan Adat Banten Kidul. Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum teridentifikasi. Dua spesies pertama ditemukan dominan di lokasi ini. Masyarakat di ketiga desa tersebut telah mengenal Selaginella dengan nama paku rane. Selain itu masyarakat desa Citalahab Sentral dan desa sekitar gunung Bunder juga mengenalnya dengan nama rande. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sekitar TNGHS untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemampuan antioksidan Selaginella diuji dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil berdasarkan reaksi Fenton. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. Ekstrak S. plana menunjukkan kemampuan antioksidan terbaik pada konsentrasi 75 µg/ml. Kata kunci: Selaginella, biodiversitas, etnobotani, antioksidan, Taman Nasional Gunung Halimun- Salak (TNGHS) ABSTRACT ANDIK WIJAYANTO. Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp. from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS). Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN. Biodiversity and ethnobotany of Selaginella were studied in Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS) to describe the diversity and the use of Selaginella as medicinal plant. The diversity study of Selaginella was done by exploring Selaginella at 6 sampling points. The ethnobotany study of Selaginella was done by interviewing respondents at the villagers around Bunder Mountain, Citalahab Sentral, and Kasepuhan Adat Banten Kidul. There were eight species Selaginella found in TNGHS which were S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina and one species that has not been identified yet. The first two species were found dominantly in this location. The community in the location of study called Selaginella as paku rane. At the villages around Bunder mountain and Citalahab Sentral, Selaginella is also called as rande. The plant was traditionally used as fresh vegetables, postnatal and wound treatment, and body fitness maintenance. Antioxidant ability of Selaginella was tested by performing hydroxyl radical scavenging activity based on Fenton reaction. Three species of Selaginella were tested their hydroxyl radical scavenging activity. S. plana was the most potential species as an antioxidant followed by S. ornata and S. willdenovii. The crude extract of S. plana showed the best antioxidant activity at concentration of 75 µg/ml. Key words: Selaginella, biodiversity, ethnobotany, antioxidant, Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS)

BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN Selaginella spp. ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS) ANDIK WIJAYANTO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Judul : Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) Nama : Andik Wijayanto NIM : G34104068 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si NIP 131 878 938 Dr. Ir. Miftahudin, M.Si NIP 131 851 281 Diketahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr.Drh. Hasim DEA NIP 131 578 806 Tanggal Lulus :

PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Tiada sekutu bagi-nya. Dia-lah yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Sholawat dan salam kepada hamba dan utusan-nya, Muhammad bin Abdullah SAW, penutup para nabi dan rasul. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai Desember 2008 dengan judul Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Penghilangan Radikal Hidroksil dari Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Penulis menyampaikan terima kasih kepada umi, abi, dan kakak yang tetap setia menemani dengan penuh kehangatan; Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Miftahudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah mencurahkan ilmu, waktu, dan perhatiannya; pihak TNGHS yang telah mengizinkan peneliti untuk mengambil sampel di TNGHS, Dr. Rita Megia selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik, serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan Bio41 IPB yang senantiasa memberikan motivasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Bogor, Januari 2009 Andik Wijayanto

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan tanggal 28 September 1985 di Ngawi, Jawa Timur. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Soetjipto dan Ibu Harni Suprihatin. Tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 2 Ngawi dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama masa SMU dan perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat kerohanian, konservasi lingkungan, jurnalistik, seni sastra dan beladiri, latihan kepemimpinan, dan pendalaman ilmu hayati. Tahun 2007-2008 penulis aktif menjadi asisten praktikum, yaitu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, Ilmu Lingkungan, dan Biologi Dasar. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2007 di PT. DaFa TEKNOAGRO MANDIRI, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbanyakan bibit beragam jenis tanaman dengan kultur jaringan maupun teknik konservatif, dengan judul Perbanyakan Jati (Tectona grandis Linn. f) di PT DaFa TEKNOAGRO MANDIRI. Penulis juga pernah menjadi pemakalah pada Lokakarya Nasional Herbarium Seminar dan Kongres PTTI ke VIII di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi CSC-LIPI pada tahun 2008.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... vix PENDAHULUAN... 1 Tujuan... 2 BAHAN DAN METODE... 2 Waktu dan Tempat... 2 Bahan dan Alat... 2 Biodiversitas... 2 Etnobotani... 2 Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 2 Metode... 2 Biodiversitas... 2 Etnobotani... 3 Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 3 HASIL... 4 Biodiversitas... 4 Etnobotani... 5 Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil... 6 PEMBAHASAN... 6 SIMPULAN... 8 SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 8 LAMPIRAN... 10

DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS...... 5 2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat... 5 3 Tingkat naungan spesies Selaginella... 5 4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS.... 5 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit...... 6 2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml... 6 3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid... 7

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil... 11 2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS... 12 3 Spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS dan pola percabangannya (A) S. willdenovii, (B) S. ornata, (C) S. plana, (D) S. involvens, (E) S. alutacia, (F) S. intermedia, (G) S. subalpina, (H) S. sp1... 13 4 Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella... 14 5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit... 15 6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit... 15 7 ANOVA faktorial RAL 2 faktor aktivitas penghilangan radikal hidroksil pada α 0.05... 16 8 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 30 menit... 16 9 Uji lanjut Duncan untuk interaksi faktor spesies dan konsentrasi α 0.05... 16

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu wilayah geografis yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat tinggi. Namun pengelolaan maupun pemanfaatan berbagai kekayaan hayati dan budaya ini belum optimal, khususnya hasil hutan bukan kayu atau Non Timber Forest Product (NTFPs) serta pengkajian pengetahuan masyarakat terhadapnya. Selama ini hutan hanya dipandang sebagai sumber kayu bahan bangunan saja karena hasil kayu memberikan devisa yang cukup besar bagi pemerintah (Purwanto 2007). Hal ini mengakibatkan terjadinya penebangan pohon yang tidak memperdulikan kelestarian hutan yang berkelanjutan, sehingga kerusakan eksistem hutan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi kerusakan ekosistem hutan, diperlukan solusi alternatif pengelolaan sumber daya hutan yang lebih konservatif dan menguntungkan masyarakat. Salah satu solusinya adalah mempertimbangkan peran NTFPs. Menurut Purwanto (2007) dan Ahmed dan Latif (2004), peran NTFPs berkisar 10-80% dari keseluruhan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang potensi pemanfaatan NTFPs. Salah satu NTFPs yang berpotensi sebagai bahan obat adalah Selaginella. Selaginella termasuk divisi Lycopodiophyta, kelas Selaginellopsida, ordo Selaginalles, famili Selaginellaceae. Selaginella termasuk tumbuhan herba perennial. Akar ada yang panjang, pendek, atau rizofor. Batang kecil, tegak, atau menjalar dengan akar di setiap intervalnya. Percabangan menggarpu. Daun tersusun spiral atau berhadapan, sepasang daun kecil menyerupai sisik di bagian lateral dan median batang yang sebagian besar dengan ukuran yang berbeda. Daun median lebih kecil dan berbeda bentuk dengan daun lateral. Strobili terdapat di ujung percabangan. Spora dua tipe yaitu mikrospora dan megaspora. Selaginella tumbuh di berbagai iklim dan tipe tanah dengan keanekaragaman tertinggi di hutan hujan tropis (Tjitrosoepomo 1994, Xian- Chun 2001; Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003; Setyawan & Darusman 2008). Lebih dari 400 spesies Selaginella tersebar di dunia (Winter & Amoroso 2003) bahkan dapat mencapai lebih dari 700 spesies (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003). Di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, telah teridentifikasi sebanyak 23 spesies (Alston 1935), antara lain S. intermedia, S. ornata, S. willdenovii, S. plana, S. caudata, dan S. remotifolia (Tjitrosoepomo 1994). Di Indonesia, Selaginella mempunyai nama lokal yang beragam antara lain tapak dara, cakar ayam, cemara kipas gunung, rumput solo (suku Jawa), paku rane biru (suku Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), rutu rutu (Maluku) (Winter & Amoroso 2003; Setyawan & Darusman 2008), dan rorak (Minahasa) (Zumsteg & Weckerle 2007). Selain itu, Selaginella juga dikenal dengan nama shi shang bai, juan bai, chuan pai, huan hun ts ao (Cina), sondotnulogo (Malaysia), pakongcipres, pakaunkung, pakong-tulog (Filipina), dok hin (Thailand), mong lung rong, cay chan vit, thach bachi (Vietnam) (Winter & Amoroso 2003; Thomas 2002; Thomson 2007). Di Indonesia, Selaginella menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; Winter & Amoroso 2003). Selaginella juga menyebar di berbagai negara di dunia, antara lain dapat ditemukan di Malaysia, Taiwan, Filipina, Thailand, Burma, India, Jepang, Papua Nugini, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; United States Department of Agriculture 2002; Winter & Amoroso 2003). Sebagai tanaman obat, Selaginella digunakan sebagai penenang dan perawatan pasca persalinan (Khare 2007), anti kanker dan antimutagenik (Thomson 2007), anti peroksidasi lipid (Gayathri et al. 2005), anti bakteri dalam pengobatan penyakit kardiovaskuler, kanker hidung, tenggorokan, paru-paru, dan hati; obat demam, meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan darah statis, hepatitis, diare, dan disentri (Winter & Amoroso 2003), melindungi sel dari sinar ultra violet (Sah et al. 2005), dan antioksidan (Gayathri et al. 2005; Pambudi et al. 2007; Chikmawati & Miftahudin 2008). Antioksidan dapat disintesis dalam sel (misal glutathion peroksidase dan superoksidase dismutase/sod), diperoleh dari bahan makanan (misal vitamin E, vitamin C, fenolat, flavonoid, atau karotenoid), dan secara farmakologis dari suplemen dan obat (misal n- asetilsistein) (Tuminah 2000). Senyawa antioksidan ini penting untuk mengurangi kerusakan oksidatif sel maupun jaringan yang disebabkan antara lain oleh Reactive Oxygen Species (ROS). Banyak ROS yang merupakan radikal bebas seperti radikal superoksida, radikal nitrat oksida, radikal lipid peroksil, dan radikal hidroksil (Tuminah 2000; Arief 2007).

2 Radikal hidroksil merupakan jenis ROS yang paling reaktif dan dapat beregenerasi di dalam sel hidup melalui reaksi Fenton. Selain itu, radikal hidroksil juga dapat bereaksi dengan berbagai senyawa seperti protein, asam nukleat, dan lipid, bahkan radikal hidoksil dapat menyerang target tanpa spesifikasi tertentu sehingga berpotensi mengakibatkan kerusakan sel maupun jaringan (Lautan 1997; Halliwell 2002). Di dunia, eksplorasi keanekaragaman spesies Selaginella telah banyak dipelajari, antara lain keanekaragaman Selaginella di India (Panigrahi & Dixit 1966), Thailand (Tagawa & Iwatsuki 1967), Taiwan (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003), dan Cina (Xian-Chun 2001). Selain keanekaragaman, kegunaan Selaginella di dunia juga telah banyak dipelajari, seperti potensi S. bryopteris sebagai antioksidan dan perlindungan sel terhadap sinar UV (Sah et al. 2005), antioksidan pada S. labordei (Chen et al. 2005), Selaginellaceae sebagai indikator kualitas hutan (Beukema & Noordwijk 2004), antikanker pada S. tamariscina (Lee et al. 2004), dan antioksidan pada S. involvens, S. delicatula, dan S. wightii (Gayathri et al. 2005). Namun di Indonesia tumbuhan Selaginella belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah, dan dipublikasikan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini terbukti dengan masih sedikitnya jurnal-jurnal atau artikel ilmiah yang membahas Selaginella di Indonesia sebagai tanaman obat. Tujuan Mengkaji dan mengidentifikasi keanekaragaman Selaginella spp., mengetahui kegunaannya sebagai obat tradisional oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), dan membuktikan secara ilmiah kemampuannya sebagai antioksidan dalam penghilangan radikal hidroksil. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Desember 2008. Pengambilan sampel dan studi etnobotani Selaginella dilakukan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun- Salak (TNGHS). Sampel untuk pembuatan ekstrak S. plana diambil dari kampus IPB Darmaga. Identifikasi dan pembuatan herbarium dan eksrak Selaginella dilakukan di Laboratorium Herbarium dan Taksonomi Tumbuhan. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dilakukan di Laboratorium Penelitian Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB.. Bahan dan Alat Biodiversitas. Bahan yang digunakan dalam eksplorasi ke lapang dan pembuatan herbarium yaitu buku catatan lapang, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, kertas koran, spesimen Selaginella kering, kertas HVS, dan kertas pembungkus. Alat yang digunakan kantong plastik besar, label, isolasi/tali, pisau, pensil, kamera, altimeter, lem, pulpen, alat pengepres, oven dan alat penerang. Bahan yang digunakan dalam identifikasi yaitu buku tulis. spesimen Selaginella segar, herbarium Selaginella, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Alat yang digunakan yaitu kaca pembesar, penggaris, dan pulpen. Etnobotani. Bahan dan alat yang digunakan dalam studi etnobotani meliputi buku catatan lapang, kuesioner, Selaginella segar yang didapatkan disekitar lokasi studi, pensil, kamera, altimeter, alat penerang, dan alat perekam. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Bahan tanaman yang digunakan terdiri dari tiga spesies yaitu S. ornata, S. plana dan S. willdenovii. S. ornata, dan S. willdenovii berasal dari TNGHS sedangkan S. plana berasal dari kampus IPB Darmaga. Bahan kimia yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah ekstrak Selaginella, FeSO 4 1 mm, 1,10- phenanthroline 1 mm, bufer fosfat 0.2 M ph 5, dan H 2 O 2 0.17 M (Lampiran 1). Alat yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah alat-alat standar uji laboratorium, meliputi blender, rotasi evaporator, corong gelas, freeze dryer, tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, ph meter, spektrofotometer cahaya tampak Genesis 20, oven, dan inkubator. Metode Biodiversitas. Studi biodiversitas Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada 6 titik pengambilan sampel yaitu : A : sekitar Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 950 mdpl. B : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki - HM 15 - Desa Citalahab Sentral - Timbangan 3 - Timbangan 2 - Timbangan 1

3 Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 950-1100 mdpl. C : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki Balai TNGHS 690-1000 mdpl. D : Balai TNGHS - Kelapanunggal 670-700 mdpl. E : Cibatok - Gn. Bunder - Cikampak 765-801 mdpl. F : Sukawayana - Ciptarasa 150-750 mdpl (Lampiran 2). Hasil koleksi Selaginella yang diperoleh dari lapang sebagian digunakan untuk pembuatan herbarium dan sebagian yang lain untuk pembuatan ekstrak. Nilai kelimpahan diperoleh dengan pendekatan jumlah individu dalam satu rumpun dan frekuensi rumpun Selaginella yang diperoleh dari hasil eksplorasi dengan kriteria tertentu. Untuk jumlah individu dalam satu rumpun diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu: 1-3 individu/rumpun : sangat sedikit 4-10 individu/rumpun : sedikit 11-50 individu/rumpun : banyak > 50 individu/rumpun : sangat banyak Frekuensi rumpun juga diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu: 1-3 kali : sangat jarang 4-10 kali : jarang 11-30 kali : sering > 30 kali : sangat sering Pembuatan herbarium mengikuti metode standar (Lawrence 1955). Seluruh bagian tumbuhan dicuci. Satu individu Selaginella diletakkan diantara dua tumpukan kertas HVS didalam lipatan kertas koran. Tumpukan ditambah sesuai dengan banyaknya spesies yang akan dibuat herbarium dan disesuaikan dengan kapasitas oven yang akan dipakai. Kemudian tumpukan spesimen tadi dipres dengan alat pengepres dari kayu berukuran 31 cm x 40.5 cm di bagian terbawah dan teratas, dan dikeringkan dalam oven 60 0 C selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Selanjutnya spesimen kering ditempelkan pada kertas herbarium dengan ukuran standar (30.5 cm x 43.25 cm). Label herbarium (7 cm x 10.3 cm) diletakkan di sudut kanan bawah dari kertas. Informasi dalam label meliputi nama spesies, propinsi dan kabupaten, lokasi, tipe vegetasi, catatan, tanggal, altitut, kolektor, dan nomor koleksi. Herbarium disimpan di lemari herbarium dengan dibungkus kertas berwarna gelap berukuran 31 cm x 45.5 cm). Identifikasi jenis-jenis Selaginella dilakukan dengan membandingkan sampel segar maupun herbarium yang diperoleh dengan koleksi herbarium atau foto dari spesies yang telah teridentifikasi dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Etnobotani. Studi etnobotani dilakukan dengan menggunakan ethnodirect sampling methode, yaitu menggali informasi dari para ahli lokal terhadap aspek etnobotani Selaginella. Studi ini dilakukan di tiga titik pengambilan sampel yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral (20 Februari 2008), desa disekitar Gunung Bunder (12 April 2008), dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul (17 April 2008) (Lampiran 2). Cara pengambilan data menggunakan wawancara semi struktural dengan 3 responden, yaitu dukun, pemandu, dan warga sekitar lokasi studi etnobotani. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah spesies Selaginella yang terdiri dari tiga taraf, yaitu S. ornata, S. plana, dan S. willdenovii. Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak Selaginella yang terdiri dari lima taraf, yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml. Percobaan dilakukan 3 kali ulangan sehingga total unit percobaan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah 45 unit. Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan menggunakan prinsip reaksi Fenton (Mahesh et al. 2007, dengan modifikasi katalis Fe, ph, dan waktu inkubasi). Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dipersiapan ekstrak Selaginella. Ekstrak dibuat dari bagian tajuk (daun dan batang). Ekstraksi dimulai dengan mencuci ketiga spesies Selaginella tersebut dan memasukkan ke kantong kertas. Setelah itu kantong dimasukkan ke ruang pemanas dengan suhu 50-60 o C selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Setelah tumbuhan Selaginella remah, spesimen di blender hingga halus berbentuk tepung, kemudian dimasukkan ke botol untuk disimpan sementara. Selanjutnya tepung dimaserasi dengan etanol 70% (5g/100ml) selama 24 jam dengan 4 jam pengadukan tetap dengan kecepatan 200 rpm kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil saringan diuapkan dengan alat rotasi evaporator pada suhu 60 0 C dengan kecepatan 200 rpm selama 2 jam. Hasilnya dikeringbekukan dengan freeze dryer sampai membentuk pasta dan disimpan di alat

4 pendingin pada suhu 4 0 C sampai siap dilakukan pengujian. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dimulai dengan pencampuran reaksi yang mengandung 60 µl FeSO 4 1.0 mm, 90 µl 1,10- phenanthroline 1mM, 2.4 ml buffer fosfat 0.2 M (ph 5), 1.5 ml ekstrak Selaginella (0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml) dan penambahan 150 µl H 2 O 2 0.17 M untuk memulai reaksi. Setelah diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit, nilai absorban diukur dengan spektrofotometer pada λ 510 nm. Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan rumus : % Penghilangan = [(A 1 -A 0 ) / A 0 100] dengan A 0 sebagai absorban kontrol dan A 1 sebagai absorban perlakuan. Data hasil uji dianalisis sidik ragamnya (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan. Analisis ini menggunakan program SPSS 15.0 pada selang kepercayaan α 0.05 dan 0.01. HASIL Biodiversitas Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii (Desv.) Baker, S. ornata (Hook. & Grev.) Spring, S. plana (Devs. Ex Poir) Hieron, S. intermedia (Blume) Spring, S. involvens (Sw.) Spring, S. alutacia Spring, S. subalpina Alderw dan satu spesies belum teridentifikasi (Lampiran 3). Kunci identifikasi sederhana dapat digunakan untuk membedakan antar spesies yang ditemukan (Lampiran 4). Selaginella willdenovii merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kaku. Tipe pertumbuhan batang memanjat (scandent) atau condong menaik (ascending). Semua daun iridesen hijau kuning kebiruan, daun lateral pada batang utama renggang dengan jarak 0.2-1 cm dan berbentuk jorong-lanset. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat di tanah remah atau padat, basah atau kering, ternaungi sebagian atau terpapar, dan terdapat pada ketinggian 150 1100 mdpl. Selaginella ornata merupakan tumbuhan herba non xerofit. Terdapat rizofor (akar udara pada setengah batang bagian pangkal). Tipe pertumbuhan batang tegak, mudah patah, dengan bagian bawah batang berwarna merah kecoklatan. Daun berwarna hijau, daun lateral jorong-garis. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun. Habitat di tanah basah, dipinggir aliran air, ternaungi penuh atau sebagian, dan terdapat pada ketinggian 150-1100 mdpl. Selaginella plana merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda kekuningan mengkilat, daun lateral jorong-lonjong, jarak antar daun median maupun lateral rapat. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tanah remah atau padat, terpapar, ditemukan pada ketinggian 150 1000 mpl. Selaginella involvens merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizoma panjang merayap. Tipe pertumbuhan batang scandent, pola percabangan meruncing. Daun berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap, daun lateral bulat telur. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat tanah remah, pada tebing, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 690 1000 mdpl. Selaginella alutacia merupakan tumbuhan herba xerofit yang berukuran sangat kecil sekitar 3-5 cm. Perakaran kecil dan pendek, terdapat diantara percabangan batang utama. Tipe pertumbuhan batang merayap membentuk sudut sekitar 45 0 seperti mangkuk (decumbent). Perbandingan daun median dengan daun lateral sebesar 1/3-1/2, daun lateral bulat telur. Habitat pada tanah remah, kering, terpapar, dan ditemukan pada ketinggian 150 700 mdpl. Selaginella intermedia merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kuat dengan rizofor tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang ascending atau parabola, percabangan membentuk setengah lingkaran teratur dan rapat. Daun lateral rapat, bergerigi kecil (denticulate), jorong-lanset; daun median tidak rapat dan tersusun dua daun; ujung daun median yang berbentuk jarum dan keras (arista) mempunyai panjang setengah dari panjang daun median. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tebing, tanah remah dan basah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 670 1100 mdpl. Selaginella subalpina merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizofor yang tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang ascending atau parabola, pola percabangan mengumpul di ujung percabangan primer dan membentuk setengah lingkaran yang renggang. Daun berwarna hijau, hijau kekuningan, dan merah keputihan; daun lateral denticulate, jorong-lanset; daun median rapat dan tersusun tiga daun; arista mempunyai panjang kurang

5 dari setengah panjang daun median. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah remah, basah atau kering, ternaungi sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 950 1100 mdpl. Selaginella sp1 merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak, berwarna hijau muda keputihan. Daun berwarna hijau tua, mengkilap, terdapat variasi putih keperakan; jarak antar daun median maupun lateral renggang, daun lateral lanset-lonjong, dan orientasi horizontal. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah basah, remah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian sekitar 950 mdpl. Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai pola percabangan yang berbedabeda. S. willdenovii mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur teratur. S. ornata mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk sudip. S. plana mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur teratur. S. involvens mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk lanset. S. alutacia mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur acak. S. intermedia mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur dan rapat. S. subalpina mempunyai pola percabangan dikotom yang mengumpul di ujung percabangan membentuk setengah lingkaran seperti ginjal dan renggang. S. sp1 mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur (Lampiran 3). Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai kelimpahan berbeda. S. willdenovii dan S. ornata ditemukan dominan di lokasi ini (Tabel 1). Tabel 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS No Spesies Kode Kelimpahan wilayah Frekuensi ind/rumpun 1 S. willdenovii A, C, D, E, F banyak sangat sering 2 S. ornata A, B, C, D, E, F sangat banyak sangat sering 3 S. plana C, D, F sangat sedikit sangat jarang 4 S. involvens C sangat jarang sedikit 5 S. alutacia D, F sedikit sangat jarang 6 S. intermedia B, D, E sangat sering sedikit 7 S. subalpina B sangat sedikit sangat jarang 8 S. sp1 A sangat sedikit sangat jarang Spesies Selaginella ditemukan pada ketinggian yang berbeda-beda. Terdapat satu spesies yang ditemukan pada ketinggian 0-900 m, yaitu S. alutacia; dua spesies ditemukan pada ketinggian 900-1100 m, yaitu S. subalpina dan S. sp1; dan spesies lainnya ditemukan pada kedua ketinggian tersebut. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 2). Tabel 2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat Ketinggian (m) Spesies 0-900 S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. alutacia, S. intermedia 900-1100 S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1 Selain itu, spesies Selaginella juga ditemukan pada tempat dengan tingkat naungan yang berbeda-beda. S. alutacia dan S. plana termasuk tipe terpapar, S. willdenovii tipe terpapar dan ternaungi sebagian, dan spesies lainnya termasuk tipe ternaungi penuh dan sebagian. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 3). Tabel 3 Tingkat naungan spesies Selaginella Tingkat naungan Ternaungi penuh (heliophobous) Spesies S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. sp1 Ternaungi sebagian S. willdenovii, S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1 Terpapar (heliophilous) S. willdenovii, S. plana, S. alutacia Etnobotani Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral, Desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul memanfaatkan Selaginella untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda (Tabel 4). Tabel 4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS Parameter Nama daerah Spesies yang digunakan Citalahab Sentral rane rande spesies Selaginella Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul atau sekitar Gunung Bunder rane rane atau rande S.willdenovii (rane tangkal) S. willdenovii

6 % Penghilangan Radikal Hidroksil % Penghilangan Radikal Hidroksil Kegunaan lalapan pembersih darah kotor pasca persalinan menghentikan pendarahan pasca persalinan lalapan mengobati luka meningkat kan daya tahan tubuh Aktivitas penghilangan radikal hidroksil Uji ini diawali dengan optimasi inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi (0-30 menit), nilai % penghilangan radikal hidroksil juga semakin tinggi (Gambar 1; Lampiran 5 & 6). 60 50 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Inkubasi (menit) Gambar 1 Nilai rata-rata % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Faktor spesies dan konsentrasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penghilangan radikal hidroksil dan terdapat interaksi antara keduanya (Lampiran 7). Masing-masing spesies dengan berbagai konsentrasi yang diujikan memperlihatkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, relatif semakin tinggi pula nilai % penghilangan radikal hidroksilnya (Gambar 2; Lampiran 8). Selaginella plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil tertinggi dengan konsentrasi 75 µg/ml yaitu sebesar 98.98 %, sedangkan S. willdenovii memiliki kemampuan penghilangan radikal hidroksil terendah dengan konsentrasi 25 µg/ml yaitu sebesar 0.51 % (Gambar 2; Lampiran 8). 120 100 80 60 40 20 0 0 25 50 75 100 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi 0, 25, 50,75, dan 100 µg/ml. PEMBAHASAN Secara umum spesies Selaginella ditemukan pada daerah dengan kelembaban yang cukup, cahaya matahari dengan intensitas sedang dan ternaungi, tanah remah, pada tebing, tepi sungai, maupun area dengan permukaan yang datar. Di sekitar tempat tumbuh Selaginella ditemukan tumbuhan harendong (Melastoma affine), Nephrolepis, rumput gajah (Pennisetum pupureum), rumput gewor (Commelina), cocor bebek (Kalanchoe), urang aring (Eclipta alba), alang-alang (Imperata), keji beling (Strobilanthes), Begonia, dan lumut hati seperti Marchantia. Masing-masing spesies Selaginella mempunyai karakter khas yang dapat digunakan untuk membedakan antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Selaginella willdenovii mirip dengan S. involvens yaitu mempunyai pola pertumbuhan batang memanjat dan rizoma yang panjang merayap. Namun S. willdenovii mempunyai daun iridesen berwarna hijau kuning kebiruan sedangkan S. involvens hanya mempunyai satu warna pada daun dengan warna hijau atau merah kecoklatan mengkilap dan pola percabangan yang lebih meruncing ke ujung dibandingkan S. willdenovii. Selaginella ornata dan S. plana mempunyai tipe pertumbuhan batang yang sama, yaitu tegak. Namun kedua spesies ini mudah dibedakan karena S. ornata mempunyai rizofor dan batang bagian bawah berwarna merah kecoklatan dan mudah patah, sedangkan S. plana mempunyai bentuk percabangan seperti bulat telur dan daun lateral yang rapat. Selaginella alutacia sangat mudah dikenali dari ukurannya yang sangat kecil, yaitu 3-5 cm dan tumbuh pada habitat yang kering. Karakter ini tidak ditemukan pada spesies Selaginella lain yang ditemukan di TNGHS. Selaginella intermedia mempunyai pola percabangan yang mirip dengan S. subalpina yaitu membentuk setengah lingkaran. Namun S. intermedia mempunyai pola percabangan yang teratur dan rapat sedangkan S. subalpina mempunyai pola percabangan mengumpul di ujung percabangan primer dan renggang. Selain itu, kedua spesies ini mempunyai perbedaan pada perbandingan antara panjang arista dengan panjang daun median. S. intermedia mempunyai panjang arista setengah dari panjang daun median sedangkan S. subalpina mempunyai panjang arista kurang dari setengah panjang daun median.

7 Selaginella sp1 mempunyai jarak antar daun median maupun lateral yang renggang dengan orientasi daun lateral horizontal. Masyarakat sekitar TNGHS belum melakukan pembudidayaan terhadap tumbuhan Selaginella dan dalam pemanfaatannya, masyarakat mengambil Selaginella dari hutan, pinggir hutan, pinggir jalan, atau pekarangan rumah masyarakat. Masyarakat Desa Citalahab Sentral mengenal Selaginella dengan nama rane atau rande, dan tidak ada pembedaan spesies yang digunakan. Mereka memanfaatkan tumbuhan Selaginella sebagai pembersih darah kotor pasca persalinan dengan beberapa cara penggunaan, yaitu dimakan langsung sebagai lalapan, langsung direbus dan diambil airnya, dikeringkan lalu direbus dan diambil airnya, maupun ditumbuk dan dicampur dengan tumbuhan lain seperti ki rapet (Parameria laevigata), tangkur (Selliguea feei), dan kina (Chincona). Setelah itu direbus lalu disaring dan diambil airnya. Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan Selaginella untuk menghentikan pendarahan pasca persalinan tetapi mereka hanya menggunakan rane tangkal (S. willdenovii) dan tidak menggunakan rane diuk (S. plana). Hal ini berbeda dengan masyarakat Dayak dan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Mereka memanfaatkan S. plana sebagai obat untuk menghentikan pendarahan (Uluk et al. 2001; Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I 2000). Kemampuan S. plana sebagai obat pendarahan diperkuat dengan adanya uji secara ilmiah seperti yang telah dilakukan oleh Agustini (1995), membuktikan bahwa S. plana mampu mempersingkat waktu pendarahan pada mencit putih jantan. Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan Selaginella dengan cara dimakan langsung sebagai lalapan atau ditumbuk untuk dijadikan sambal dengan dicampur sirih (Piper betle), kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber officinale), dan beberapa bahan tumbuhan lainnya (sekitar 40 jenis) yang dikenal dengan nama peupeuh. Berbeda pula dengan masyarakat desa di sekitar Gunung Bunder, yang masih termasuk kedalam wilayah TNGHS, mereka menggunakan S. willdenovii untuk mengobati luka dengan cara mengunyahnya didalam mulut lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terluka. Selain itu, S. willdenovii juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan memakannya secara langsung sebagai lalapan. Data tersebut menunjukkan bahwa setiap suku atau budaya masyarakat yang berbeda memungkinkan perbedaan pola pemanfaatan suatu sumberdaya, dalam hal ini Selaginella, seperti penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Thulsi et al. (2006). Hasil uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil menunjukkan bahwa ekstrak S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil dengan tingkat penghilangan yang berbedabeda. Penghilangan ini relatif terus meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak (Gambar 2) dan terdapat interaksi antara faktor spesies dengan konsentrasi (Lampiran 7). Ekstrak S. willdenovii memiliki aktivitas penghilangan radikal hidroksil terendah, yaitu pada kisaran nilai 0.51 sampai 50.00 %. Diikuti S. ornata dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang lebih tinggi daripada S. willdenovii, yaitu pada kisaran nilai 24.49 sampai 61.23 %, dan S. plana dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil tertinggi, yaitu pada kisaran nilai 40.82 sampai 98.98 % (Lampiran 8). Konsentrasi 25 µg/ml S. willdenovii belum menunjukkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil. S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang tidak berbeda nyata, antara lain S. plana pada konsentrasi 25 µg/ml dengan S. willdenovii dan S. ornata pada konsentrasi 75 µg/ml. Untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan hasil terbaik, konsentrasi 75 µg/ml S. plana adalah solusi yang tepat. Data selengkapnya disajikan dalam lampiran 9. Kemampuan Selaginella sebagai antioksidan dipengaruhi oleh senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Metabolit utama pada Selaginella adalah biflavonoid (Setyawan & Darusman 2008). Biflavonoid merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran flavon dengan flavonon (Smith et al. 2000) (Gambar 3A dan B). A Gambar 3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid B

8 Biflavonoid efektif dalam penghilangan radikal hidroksil, radikal peroksil, dan anion superoksida (Packer dan Cadenas 2002). Potensi antioksidan senyawa biflavonoid diperkirakan disebabkan oleh pelepasan atom hidrogen yang terdapat pada gugus hidroksil (-OH). Radikal bebas berikatan dengan atom hidrogen tersebut sehingga energi aktivitasnya berkurang (Gurr et al. 2002). Hal ini dapat mencegah atau memperlambat terjadinya penuaan dini dan berbagai penyakit yang disebabkan cekaman oksidatif (Rose et al. 1982). SIMPULAN Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum teridentifikasi. S. willdenovii dan S. ornata merupakan spesies Selaginella yang dominan. Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral, desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul, memanfaatkan Selaginella untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. S. plana dengan konsentrasi 75 µg/ml adalah solusi yang tepat untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan kemampuan antioksidan terbaik. SARAN Pemilihan jalur eksplorasi keanekaragaman dan etnobotani Selaginella yang berbeda, misalnya ke Suku Badui. Penggunaan spesies Selaginella dan jenis Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang lain dalam uji antioksidan serta uji antioksidan secara in vivo. Penggunaan akar Selaginella sebagai ekstrak dalam uji antioksidan sehingga diketahui perbandingannya dengan ekstrak dari batang dan daun Selaginella. DAFTAR PUSTAKA Agustini M. 1995. Pengaruh pemberian ekstrak etanol tumbuhan sigaga (Selaginella plana Hieron) terhadap waktu pendarahan mencit putih jantan [abstrak]. Di dalam: [Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi]. Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ahmed A dan Latif A. 2004. Non-Timber Forest Products: A Substitute for Livelihood of the Marginal Community in Kalash Valley, Northern Pakistan. [Terhubungberkala]. http://www.siu.edu/ ~ebl/leaflest/ajaz.htm [27 Des 2007] Alston AHG. 1935. The Selaginella of the Malay Island:1 Java and the Lesser Sunda Island. Bul Jard Bot Buitenzorg Serie 3,13: 423-442. Arief S. 2007. Radikal Bebas. Surabaya: SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. [Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I]. 2000. Laporan Inventarisasi Flora dan Fauna di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Bandung: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Beukema H dan Noordwijk M van. 2004. Terrestrial pteridophytes as indicator of a forest-like environment in rubber production system in the lowland of Jambi, Sumatra. J Agr Ecos Env 104: 63-73. Chen K, Plumb GW, Bennett RN, dan Bao Y. 2005. Antioxidant activities of extract from five anti-viral medicinal plants. J Ethnophar 96: 201-205. Chikmawati T dan Miftahudin. 2007. Biodiversitas dan potensi marga Selaginella sebagai antioksidan dan antikanker. [Laporan Hasil Penelitian]. Bogor: FMIPA, IPB. Gayathri V, Asha VV, and Subramoniam A. 2005. Preliminary studies on the immunomodulatory and antioxidant properties of Selaginella species. Indian J. Phar 2005;37:381-385. Gurr MI, Harwood JL, dan Frayn KN. 2002. Lipid Biochemistry 5 th edition. UK: Blackwell Science. Halliwell B. 2002. Food-derived Antioxidants: How to evaluate their importance in food and in vivo. London: Taylor & Francis Pr. Iwatsuki K. 1973. Pteridophytes of Northern Sumatra: a report of botanical trip in 1971. Southeast Asian Studies 11(2):277-296. Jinn-Lai T dan Wang-Cheung S. 2003. Flora of Taiwan 2 nd Vol 1. Taiwan: National Taiwan Univ Pr.

9 Khare CP, editor. 2007. Indian Medical Plant an illustrated dictionary. New York: Springer. Lautan J. 1997. Radikal bebas pada eritrosit dan lekosit. J Cermin Dunia Kedokteran 116:50-53. Lawrence GHM. 1955. Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Co. Lee IS, Nishikawa A, Furukawa F, Kasahara K, dan Kim SU. 2004. Effect of Selaginella tamariscina on in vitro tumor cell growth, p53 expression, G1 arrest and in vivo gastric cell proliferation. J Plant Med 70: 718-722. [terhubung berkala]. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?d b=pubmed&uid=10503882&cmd=showdet ailview&indexed=google [26 Nov 2007]. Mahesh R, Nagulendran KR, Velavan S, Ramesh T, dan Begum VH. 2007. Studies on the antioxidative and free radical scavenging activities of myrobalan (Terminalia chebula Retz) throught various in vitro models. J Phar online 2:1-11. Packer L dan Cadenas E, editor. 2002. Handbook of Antioxidant 2 nd edition. New York: Marcel Dekker Inc. Pambudi A, Rosita I, Jazilah A, dan Faulina SA. 2007. Analisis kandungan senyawa golongan flavonoid Selaginella yang berpotensi sebagai antioksidan [PKM penulisan ilmiah]. Bogor: IPB. Panigrahi G dan Dixit RD. 1996. Studies in the systematics of Indian Selaginella I. J Indian Bot Soc 34(4): 191-209. Purwanto Y. 2007. Hasil hutan bukan kayu (NTFPs): terminologi dan perannya bagi masyarakat di sekitar hutan. Bogor: LIPI. Rose WM, Creighton MO, Stewart DHPJ, Sanwal M, dan Trevithick GR. 1982. In vivo effects of vitamin E on cataractogenesis in diabetic rats. Canadian J Opht 17:61-66. Sah NK, Singh SNP, Sahdev S, Banerji S, Jha V, Khan Z, dan Hasnain SE. 2005. Indian herb Sanjeevani (Selaginella bryopteris) can promote growth and protect against heat shock dan apoptotic activities of ultra violet and oxidative stress. J Biol Sci 30(4):499-505. Setyawan AD dan Darusman LK. 2008. Review: Senyawa biflavonoid pada Selaginella Pal. Beauv. dan pemanfaatannya. J Biol Div Biodiv 9:64-81. Smith AD, Datta SP, Smith GH, Champbell PN, Bentley R, McKenzie HA, Bender DA, Harris AJ, Goodwin TW, dan Parish JA. 2000. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology Revised Edition. New York: Oxford Univ Pr. Tagawa M dan Iwatsuki K. 1967. Enumeration of Thai pteridophytes collected during1965-66. Tokyo: Tokyo Univ Pr. Thomas SCL. 2002. Chinese and Related North American Herbs: Phytopharmacology and Therapeutic Values. New York: CRC Pr. Thomson GE. 2007. The Health Benefit of Traditional Chinese Plant Medicine: Weighing the scientific evidence. Australia: RIRDC Pr. Thulsi RK, Reddy KN, Pattanaik C, and Reddy CS. 2006. Ethnomedicinal Importance of Pteridophytes used by Chenchus of Nallamalais, Andhra Pradesh, India. [terhubung berkala]. http://www.siu.edu/ ~ebl/leaflest/reddy3.htm [27 Des 2007] Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara Pr. Tuminah S. 2000. Radikal bebas dan antioksidan kaitannya dengan nutrisi dan penyakit kronis. J Cermin Dunia Kedokteran 128:49-51. Uluk A, Sudana M, dan Wollenberg E. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR) Pr. [United States Department of Agriculture]. 2002. National Genetic Resources Program. Germplasm Resources Information Network - (GRIN) National Germplasm Resources Laboratory, Beltsville, Maryland. [terhubung berkala]. http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/ taxon.pl?33581 (11 April 2008) Winter WP de dan Amoroso VB, editor. 2003. Plant Resources of South-East Asia No 15(2). Cryptogams: Fern and Fern Allies. Bogor: Prosea Foundation Pr. Xian-Chun Z. 2001. Studies on the Chinese species of Selaginellaceae (I): Selaginella subgenus Tetragonostachys Jermy. J Acta Phytotax Sinica 39(4): 345-355. Zumsteg IS dan Weckerle CS. 2007. Bakera, a herbal steam bath for postnatal care in Minahasa (Indonesia): documentation of the plants used and assessment of the method. J Ethnophar 111: 641-650.

LAMPIRAN

11 Lampiran 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil Bahan Konsentrasi (mm) ph Volume Stok (ml) Penghitungan FeSO 4 1-100 1M = 151.92 g/l 1mM = 0.15192 g/1000 ml 1mM = 0.015192 g/ 100 ml 1,10-1 - 100 1M = 198.22 g/l phenanthro 1mM = 0.19822 g/1000 line ml 1mM = 0.019822 g/100 ml Bufer fosfat 200 5 200 Bahan A = NaH 2 PO 4. 2H 2 O 0.2 M 27.8 g dalam 1 l aquadest Bahan B = Na 2 HPO 4.2H 2 O 0.2 M 35.6 g dalam 1 l aquadest H 2 O 2 170-20 1 M= 34.016 g/1000 ml 1 L= 1.11 kg 1 L H 2 O 2 30% = 0.3 x 1110 g = 333 g jadi H 2 O 2 30% = 333 g/l : 34.016 g/l = 9.79 M M1V1 = M2V2 9.79 V1 = 0.17 x 20 V1 = 0.3473 ml Pencampuran 0.015192 g FeSO 4 + aquadest sampai volume 100 ml 0.019822 g 1,10- phenanthroline + aquadest sampai volume 100 ml 39 ml A + 61 ml B dilarutkan dalam 100 ml aquadest Untuk menaikkan ph tambahkan NaOH dan untuk menurunkan ph tambahkan HCl 0.35 ml H 2 O 2 30% + 19.65 ml aquadest

12 Lampiran 2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS Citalahab Sentral Desa sekitar Gunung Bunder B E Kasepuhan Adat Banten Kidul A C D F Keterangan: : Jalur eksplorasi biodiversitas : Lokasi studi etnobotani - : Titik pengambilan sampel

14 Lampiran 4 Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella 1.a. Xerofit, ukuran sangat kecil 3-5 cm...... S. alutacia 1.b. Non xerofit, ukuran lebih besar dari 5 cm...2 2.a. Batang tegak.....3 2.b. Batang menjalar atau memanjat......4 3.a. Batang bagian bawah berwarna merah kecokelatan... S. ornata 3.b. Batang bagian bawah berwarna hijau muda sampai tua...... 5 4.a. Daun tidak iridesen; berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap; daun lateral bulat telur...s. involvens 4.b. Semua daun iridesen; berwarna hijau kuning kebiruan; daun lateral jorong-lanset.. S. willdenovii 5.a. Pola pertumbuhan batang tegak menaik atau parabola 6 5.b. Pola pertumbuhan batang tegak.. 7 6.a. Arista mempunyai panjang setengah dari panjang daun median.....s. intermedia 6.b. Arista mempunyai panjang kurang dari setengah panjang daun median... S. subalpina 7.a. Jarak antar daun median maupun lateral rapat..s. plana 7.b. Jarak antar daun median maupun lateral renggang..s. sp1

15 Lampiran 5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Spesies Konsentrasi Ulangan Inkubasi (menit) (µg/ml) 5 10 15 20 25 30 S. willdenovii 25 1 0.057 0.050 0.044 0.038 0.033 0.028 2 0.054 0.044 0.041 0.037 0.035 0.032 3 0.064 0.058 0.054 0.049 0.043 0.038 50 1 0.073 0.063 0.055 0.051 0.046 0.041 2 0.070 0.065 0.060 0.053 0.049 0.044 3 0.067 0.062 0.056 0.051 0.047 0.041 75 1 0.085 0.076 0.064 0.057 0.048 0.042 2 0.080 0.074 0.068 0.061 0.053 0.049 3 0.081 0.076 0.069 0.062 0.059 0.056 100 1 0.082 0.075 0.067 0.058 0.052 0.046 2 0.083 0.077 0.070 0.063 0.056 0.050 3 0.084 0.079 0.073 0.068 0.059 0.053 S. ornata 25 1 0.076 0.070 0.062 0.055 0.047 0.041 2 0.074 0.068 0.061 0.053 0.045 0.039 3 0.074 0.068 0.06 0.052 0.048 0.042 50 1 0.079 0.075 0.066 0.058 0.052 0.045 2 0.079 0.072 0.065 0.057 0.050 0.044 3 0.081 0.071 0.063 0.052 0.045 0.040 75 1 0.081 0.075 0.068 0.060 0.055 0.049 2 0.082 0.076 0.069 0.061 0.053 0.047 3 0.080 0.071 0.063 0.057 0.049 0.044 100 1 0.089 0.082 0.073 0.065 0.057 0.051 2 0.086 0.079 0.072 0.063 0.057 0.050 3 0.089 0.083 0.077 0.069 0.062 0.057 S. plana 25 1 0.076 0.068 0.063 0.057 0.051 0.047 2 0.075 0.071 0.065 0.058 0.051 0.045 3 0.076 0.070 0.064 0.058 0.051 0.046 50 1 0.078 0.073 0.067 0.062 0.055 0.050 2 0.080 0.074 0.067 0.062 0.055 0.050 3 0.081 0.075 0.069 0.063 0.057 0.051 75 1 0.084 0.079 0.072 0.065 0.058 0.052 2 0.091 0.084 0.079 0.076 0.077 0.079 3 0.097 0.090 0.081 0.074 0.068 0.064 100 1 0.085 0.081 0.075 0.068 0.062 0.056 2 0.094 0.086 0.079 0.074 0.066 0.060 3 0.099 0.092 0.085 0.077 0.070 0.063 Rata-rata 0.080 0.073 0.066 0.060 0.053 0.048 Kontrol 0 1 0.066 0.061 0.052 0.044 0.040 0.033 2 0.063 0.057 0.049 0.042 0.039 0.032 3 0.068 0.064 0.055 0.046 0.040 0.033 Rata-rata 0.066 0.061 0.052 0.044 0.040 0.033 Lampiran 6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit Nilai % Penghilangan Inkubasi (menit) 5 10 15 20 25 30 21.544 20.845 27.457 35.354 35.091 48.034