BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga agama, yaitu : Konghucu, Tao, dan Budha. Konghucu dan Tao merupakan agama asli dari Tiongkok sedangkan Budha merupakan agama asli India yang masuk ke Tiongkok. Setelah masuk ke Indonesia Konghucu dan Tao dianggap sebagai kepercayaan hal tersebut dikarenakan di Indonesia hanya mengakui 5 agama saja yang salah satunya adalah Budha. Namun Ke-tiga agama tersebut di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma. Umat Tri Dharma itu sendiri memiliki tempat ibadah yang dinamakan dengan Kelenteng Istilah Kelenteng merupakan istilah asli Indonesia, istilah ini hanya dapat ditemukan di Indonesia saja. Sebenarnya istilah kelenteng ini erat hubungannya dengan kebiasaan atau karakteristik sebutan-sebutan dalam bahasa daerah di pulau Jawa dan di Indonesia pada umumnya. Hal tersebut muncul karena disebabkan pada saat diselenggarakannya upacara atau sembahyang besar yang dilakukan didalam Kelenteng selalu terdengar bunyi genta-genta kecil yang berbunyi kelenting kelenting atau kelentong-kelentong pada bunyi genta besar. Bunyi-bunyian tersebut oleh orang yang tinggal atau berada di sekitar tempat suci tersebut kemudian disebut dengan KELENTING atau KELENTENG (Moertiko,1980) 1
Pada hakekatnya kelenteng merupakan tempat/rumah ibadah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta tempat kebaktian/penghormatan kepada para nabi dan para arwah suci yang memakai upacara sembahyang dengan landasan ritual bercorak Confucianistis, walaupun didalamnya juga diadakan ruang sembahyang untuk para suci Taois dan Budhist (Priambudi,1982). Kelenteng di Indonesia menyebar diseluruh daerah di Nusantara baik di kota-kota besar maupun kecil. Biasanya bangunan kelenteng dikota-kota besar lebih bagus dari pada bangunan kelenteng di kota-kota kecil. Tetapi ada juga kelenteng dikota-kota kecil yang sangat indah. Keberadaan kelentang di kota Tegal juga tdak dapat terlepaskan dari hal-hal tersebut. Di kota Tegal terdapat tiga kelenteng yang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Salah satunya adalah kelenteng Tek Hay Kiong. Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua yang terdapat di kota Tegal.usianya sudah mencapai 350 tahun. Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman maka fungsi kelenteng pun mulai bertambah atau dengan kata lain kelenteng tidak hanya digunakan untuk kegiatan yang bersifat keagamaan namun juga dapat digunakan untuk kegiatankegiatan yang bersifat non keagamaan. Keberadaan kelenteng Tek Hay Kiong Tegal ini juga tidak bisa terlepas dari hal-hal tersebut. Kelenteng yang berada dibawah kepengurusan Yayasan Tri Dharma Tegal ini tadinya hanya digunakan sebagai tempat beribadah saja, namun sesuai dengan tuntutan zaman maka fungsinya pun mulai bertambah. Selain kegiatan-kegiatan keagamaan kegiatan-kegiatan lain yang biasanya dilakukan di 2
kompleks kelenteng ini antara lain: kegiatan sosial, pendidikan, kesenian, dan olahraga. Kelenteng yang yang berdiri diatas lahan 4.944 m 2 ini memiliki beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kompleks tersebut baik kegiatan yang bersifat keagamaan maupun kegiatan yang bersifat non keagamaan. Tabel Data Fasilitas Penunjang Kegiatan Kompleks Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal No. Jenis kegiatan Fasilitas 1. Pendidikan - Gedung sekolah (SD, TK, Playgroup) - Kelas ketrampilan berbahasa Mandarin 2. Komersil - Ruko sewa, dan Toko perlengkapan 3. Sosial - Krematorium - Rumah duka - Balai pengobatan 4. Kesenian - Ruang musik 5. Keagamaan - Kelenteng - Lithang (Ruang Kebaktian) 6. Olahraga - Lapangan Basket Tabel 1.1.Data Fasilitas Penunjang Kegiatan Kompleks Kelenteng (Sumber: Wawancara pengurus Yayasan Tri Dharma Tegal, 2007) Dari beberapa fasilitas yang dimiliki oleh kelenteng ini terdapat beberapa fasilitas yang tidak terletak dalam kompleks kelenteng ini. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah krematorium, rumah duka, balai pengobatan dan hunian bagi para bikuni. 3
Gambar 1.1: Lokasi Fasilitas Di Luar Kompleks Sumber: Data Pribadi, 2007 Dari jumlah dan kualitas fasilitas-fasilitas pendukung baik yang bersifat keagamaan dan yang bersifat non keagamaan yang terdapat di kompleks kelenteng sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat kelenteng Tek Hay Kiong ini merupakan salah satu objek wisata budaya di kota Tegal. Yang di maksud dengan pengembangan disini adalah mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan baik yang bersifat keagamaan maupun non keagamaan, khususnya di bidang pendidikan yaitu pelatihan ketrampilan bahasa Mandarin sebagai salah satu fasilitas pendukung kegiatan yang bersifat keagamaan. Masyarakat Cina yang ingin mendirikan sebuah bangunan suci biasanya akan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Cina. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah ruang atau bangunan kelenteng adalah sebagai berikut: (Salmon Lombard, 2003) 1. Dikelilingi oleh pagar keliling. 2. Mempunyai keletakan simetris. 3. Mempunyai atap dengan arsitektur China, serta 4. Motif dekoratif untuk memperindah bangunan. 4
Arsitektur Cina sebagai acuan desain, dalam arti bahwa bangunan untuk pengembangan kompleks kelenteng ini mengambil unsur dari kelenteng itu sendiri sebagai acuan desain. Agar arsitektur tersebut dapat dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana mengembangkan kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal yang dapat mewadahi kegiatan yang dilakukan di kompleks kelenteng baik yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat non keagamaan dengan elemen arsitektur Cina sebagai acuan desain 1.3 Tujuan Mengembangkan kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal yang dapat mewadahi kegiatan yang dilakukan di kompleks kelenteng baik yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat non keagamaan dengan arsitektur Cina sebagai acuan desain. 1.4 Sasaran 1.Melakukan studi tentang arsitektur Cina 2.Melakukan studi tentang pengertian arsitektur Cina dan elemen-elemen arsitektur Cina 3.Melakukan studi tentang hal-hal spesifik dari arsitektur Cina seperti: ornamen, simbol, dan penggunaan warna. 1.5 Lingkup 1.Pengembangan kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal dibatasi pada bidang pendidikan 5
2.Arsitektur Cina dibatasi pada Arsitektur Cina tradisional 3.Jenis bangunan dibatasi pada bangunan religius ( kelenteng) 4.Kelenteng dibatasi pada kelenteng yang berada di pulau jawa 5.Elemen arsitektur dibatasi pada bentuk bangunan, struktur, dan pola peruangan. 6.Hal-hal spesifik lain pada arsitektur kelenteng dibatasi pada penggunaan simbol, ornamen dan warna. 1.6 Metode + Metode mencari data 1. Wawancara Ditujukan kepada kepala pengurus dan kepala pengelola kelenteng Tek Hay Kiong Tegal serta kepada kantor dinas pendidikan dan kebudayan kota Tegal. 2. Kuesioner Ditujukan kepada pengguna dan pengunjung kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. 3. Observasi Pengamatan langsung terhadap lingkungan kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. 4. Studi Pustaka / Literatur Mempelajari buku-buku tentang arsitektur Cina, kelenteng, elemenelemen dalam arsitektur Cina 6
5. Studi Banding Melihat langsung kelenteng yang berada di Semarang (kelenteng Sam Poo Kong) serta dari pustaka. + Metode menganalisis data 1. Kuantitatif Jumlah pengunjung pada saat perayaan Tahun Baru Imlek mencapai 800 orang. Sedangkan pengguna kompleks kelenteng yang lain mencapai 300 orang setiap harinya. Sumber : pengematan pribadi 2. Kualitatif Dari jumlah pengunjung dan pengguna kompleks kelenteng dapat dilihat bahwa fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas yang dilakukan dikompleks kelenteng baik aktifitas yang bersifat keagamaan maupun aktivitas non keagamaan. + Metode merancang data Dalam pengembangan kompleks kelenteng Tek Hay Kiong Tegal ini menggunakan prinsip-prinsip, antara lain: 1. Prinsip-prinsip dari bangunan kelenteng, prinsip-prinsip tersebut antara lain: harus dibangun diatas podium, bangunan harus dikelilingi oleh pagar, memiliki atap berarsitektur cina, memiliki motif dan dekoratif untuk memperindah bangunan, dan adanya simbolisasi yang dapat mengingatkan manusia pada penciptanya. 7
2. Prinsip yang mengungkapkan bahwa kelenteng bukan hanya sebagai tempat ibadah melainkan memiliki nilai-nilai ganda. Prinsip tersebut mengungkapkan bahwa: kelenteng merupakan gambaran jagad raya dalam bentuk kecil, mendirikan tempat ibadah sama saja menghadirkan Tuhan Yang Maha Esa, dan kelenteng merupakan bahtera penyelamat yang menyimpan semua bentuk mahluk hidup yang terdiri dari flora, fauna, dan manusia. 1.7 Sistematika Penulisan Bab 1. Pendahuluan. Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan. Bab2. Tinjauan Pengembangan Kompleks Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal Mengungkapkan potensi pengembangan kompleks di Tegal serta fasilitas yang menyertainya dan Mengungkapkan design requirement pengembangan kompleks kelenteng Contoh: Jumlah, lokasi, dan penyebaran kelenteng di Tegal, dan kualitas serta fasilitas-fasilitas yang ada pada kelenteng tersebut Bab 3. Tinjauan Teoritis Arsitektur Cina Mengungkapkan teori-teori tentang arsitektur dan elemen-elemen arsitektur Cina 8
Contoh: Warna, ornamen, penggunaan warna, material, serta simbolisasi. Bab 4. Analisis Menuju Konsep Pengembangan Kompleks Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep pengembangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada kelenteng tersebut. Bab 5. Konsep Pengembangan Kompleks Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural Contoh: Konsep desain pengembangan yang diwujudkan dalam bentuk penggunaan warna yang sama dengan kelenteng. 9