PERANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA MELALUI PAJAK (PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sebagai penyelaras kegiatan ekonomi pada masa-masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-

EVALUASI PENGENAAN KEBIJAKAN PPH FINAL PADA UMKM. Abstrak. Berdasarkan Skema ketentuan mengenai PPh Final dalam PP 46 dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu negara terdapat suatu sistem dimana setiap warga negara berhak

ANALISIS PERBEDAAN PERLAKUAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN Dedi Haryanto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada pajak (budgetair dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa Pemerintah akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp

Citra Mudjitianing Asih, Syafi i, Arief Rachman Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara, salah satunya pendanaan negara didapatkan dari pajak.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

1 BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual, maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DENGAN PEREDARAN BRUTO TERTENTU

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Inasius (2014) di Indonesia, jumlah UMKM mencapai 56 juta unit dan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada 2013 pemerintah mengeluarkan PP No 46 Tahun 2013 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki bermacam-macam ketentuan pajak untuk para

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. melakukanpembangunan Negara adalah Pajak. Pajak selain untuk. pembangunan Negara pajak juga digunakan untuk pendanaan di beberapa

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

2013, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembara

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha di Indonesia. Pajak merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sektor terpenting dalam pembangunan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber terpenting sebagai penghasilan bagi Negara. Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pemenuhan kriteria..., Risna Nadia 1 Mellysa Butar Butar, Universitas FISIP UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB III GAMBARAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

Judul : Mekanisme Penerapan PP Nomor 46 atas Omzet pada CV. X ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH

BAB5 PENUTUP. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tersebut. Untuk perubahan Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak yang diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang digunakan untuk

PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

final. Menurut Mustadir (2013) Sederhana dan mudah! Itulah nafas utama dari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pajak langsung, dan pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung adalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan Negara yang dominan.reformasi perpajakan mulai berjalan dan telah

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penerapan Tata Cara Pencabutan Pengukuhan PKP Sesuai Peraturan Diitjen Pajak Nomor 12 Tahun 2014 Pada KPP Pratama Manado

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesat dan memegang peranan penting dalam kekuatan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) FINAL TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERDASARKAN PP NO 46 TAHUN 2013

Transkripsi:

PERANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA MELALUI PAJAK (PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013) Oleh: Herman 1), Nurul Hidayah 1), Liana Raharja 2) E-mail: herman_ijan@yahoo.co.id 1) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana 2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Swiss dan German ABSTRACT Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) play an important role in the development of Indonesian economy. The Government has conducted the development of UMKM as a high priority sector with a string of development programs but UMKM still sustain a lot of challenges that deter them from future expanding their business. UMKM also have to pay tax for Government that be regulated by taxation law. Research data was obtained from UMKM Ministry from 2010 to 2012. This research examines the role UMKM revenue that became taxable income. The new regulation was issued by Peraturan Pemerintah No. 46 year 2013. UMKM contribute in the economy development in Indonesian for the further. Keywords: UMKM, tax regulation, taxable income, economy.

PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang lebih dikenal dengan UMKM, beberapa bulan terakhir ini menjadi sorotan masalah perpajakan. UMKM umumnya adalah pengusaha yang berbentuk orang pribadi ataupun badan yang jumlah modalnya relatif masih kecil. Salah satu modal utama UMKM adalah kreaktivitas dan sumber daya manusia, yang lebih dikenal dengan usaha pada karya. Usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut lebih mengutamakan operasional, sehingga pembukuan atau administrasi seringkali diabaikan. Pembukuan atau administrasi merupakan beban tambahan yang harus dikeluarkan oleh UMKM, apalagi pada saat belum menghasilkan. Salah satu satu untuk menghitung pajak penghasilan adalah melalui pembukuan dan tertib administrasi. Kendala yang dihadapi oleh UMKM adalah menyajikan laporan keuangan yang dapat dipercaya, akurat, dan tepat waktu, maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan standar yang dikenal dengan SAK ETAP. Standar tersebut mengatur lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan. Sesuai dengan Pasal 66 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mengharuskan direksi menyampaikan laporan keuangan tahunan, yang telah disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Guna mengetahui kinerja usaha melalui laporan keuangan, yang berisikan tentang hasil dan pengorbanan yang telah dilakukan selama satu periode keuangan. Pemajakan sering mengalami kendala pada saat pengusaha harus menghitung kembali laba fiskal, karena berbeda dengan laba akuntansi. Oleh karena itu, khusus UKM tetap membutuhkan seorang akuntan yang juga memahami peraturan perpajakan. Salah cara cara untuk memudahkan para pengusaha kecil dalam menghitung pajak adalah dengan mengenakan PPh yang bersifat final. PPh final sering menimbulkan pro dan kontra, sebab unsur keadilan patut dipertimbangkan. Melalui Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013, pengenaan PPh final atas pengusaha yang jumlah peredaran bruto dalam satu tahun pajak tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00. Hal ini tentu menyebabkan perbedaan pencatatan dan pelaporan laporan keuangan. Masalah ini kita akan bahas dengan pembatasan sebagai berikut: a. Bagaimana prediksi potensi dan kontribusi pajak dari UMKM dengan penerapan PP No. 46 tahun 2013? b. Bagaimana prediksi potensi dan kontribusi pajak dari UMKM yang terkait proses bisnis? KERANGKA TEORI Negara dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa (BPS, 2010), tentu merupakan suatu keuntungan tersendiri dibandingkan dengan negara lain, jika sumber daya manusia dikelola dengan baik. Komposisi penduduk dengan angkatan kerja sebesar 78,61% (BPS 2010), merupakan suatu kekuatan besar bagi Indonesia untuk mengisi perekonomian tanpa harus menggunakan tenaga asing. Namun, kita sering dihadapi dengan ketidaksiapan para angkatan kerja untuk menjalankan suatu usaha, dengan alasan tidak memiliki keterampilan dan modal. Angkatan kerja lebih memilih mencari kerja, karena salah satu cara yang paling cepat untuk mendapatan penghasilan.

Guna memberdayakan komposisi penduduk angkatan kerja yang begitu besar, pemerintah melalui Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, telah memantapkan langkah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui UMKM. Terbitnya UU ini diharapkan UMKM dari terproteksi dari ancaman ketidakadilan dalam persaingan usaha. UMKM adalah embrio untuk menghasilkan pengusaha besar dan tangguh dikemudian hari. Sebagaimana dalam pasal 7 UU No. 20 Tahun 2008, yaitu: Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Pertumbuhan UMKM di Indonesia sangat rentan terhadap persaingan yang tidak sehat karena modal UMKM umumnya kecil dan tidak seinovatif perusahaan besar. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat penting dalam mengatur sistem perekonomian yang mampu bertahan dan terus tumbuh. UMKM yang dapat bertahan dan tumbuh juga merupakan keuntungan bagi pemerintah, karena UMKM juga memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Salah satu peran UMKM adalah menyerapkan tenaga kerja yang sangat besar, dan atas penghasilan dikenakan pajak oleh pemerintah. Menurut Haron (2010), UKM di Malaysia juga merupakan usaha yang menarik untuk dikembangkan karena telah menyumbang 32% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di negaranya dan mampu menyerap 56,4% jumlah angkatan kerja. Indonesia dengan jumlah penduduk yang jauh lebih besar seharusnya bisa lebih baik dibandingkan dengan Malaysia, karena konsumen sudah tersedia. Oleh sebab itu, pemerintah tidak salah lagi untuk menjadikan UMKM sebagai usaha yang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu alasan pemerintah menerbitkan PP No. 46 Tahun 2013 adalah untuk menyederhanakan pemungutan pajak untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mulai diberlakukan 01 Juli 2013. Cara sederhana yang dimaksud adalah merubah dari pengenaan dari PPh Pasal 17 menjadi PPh Pasal 4 ayat 2 (final). Sesuai dengan Pasal 3 PP No. 46 Tahun 2013, besaran tarif PPh final adalah sebesar 1%, yang dikenakan dari penghasilan bruto. Syarat yang harus dipenuhi dalam pasal 2, PP ini antara lain: 1. Wajib Pajak orang pribadi atau badan, 2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak. PP ini kemudian dilaksanakan dengan menerbitkan PMK No. 107 Tahun 2013, pada tanggal 30 Juli 2013. Pasal 3 PMK, memberikan pedoman untuk menentukan jumlah peredaran bruto, yaitu dari usaha seluruhnya termasuk dari cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari: a. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, c. Usaha yang atas penghasilannya telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri. d. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Cara menentukan memenuhi PMK No. 107 atau setidaknya berdasarkan jumlah peredaran bruto pada tahun pajak sebelumnya, kecuali untuk wajib pajak baru didasarkan pada bulan saat wajib pajak terdaftar sampai dengan bulan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini yang disetahunkan. Khusus wajib pajak yang baru mendaftarkan, maka penghitungan didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya penghasilan dari usaha yang disetahunkan, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 PMK ini. METODOLOGI PENELITIAN Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Analisis. Metode Deskriptif Analisis merupakan suatu metode yang bertujuan untuk memberikan deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki berdasarkan data yang diperoleh disertai dengan analisis, sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang cukup jelas (Indriantoro, dan Supomo, 1999). Pembahasan masalah yang dirumuskan sebagaimana tersebut diatas, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan literatur-literatur dari mempelajari buku, peraturan perundang-undangan perpajakan dan Pemerintahan Pusat dan Daerah, serta artikel-artikel serta sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti untuk mendapatkan data-data sekunder yang dapat digunakan sebagai kerangka teori dalam menunjang proses penelitian dan pembahasan terhadap data aktual, dimana sebagian besar diperoleh dari perpustakaan, media cetak, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. PEMBAHASAN 1. Prediksi Potensi dan Kontribusi Pajak dari UMKM dengan Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Mulai 1 Juli 2013, pemerintah membelakukan tarif PPh final sebesar 1% untuk usaha yang omzetnya tidak melebihi Rp 4.800.000.000. Tujuan ini adalah untuk menyederhanakan pemajakan yang sebelumnya terlalu rumit, sehingga wajib pajak cenderung tidak memahami dalam menghitung PPh sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh dari UMKM, menggunakan asumsi usaha mikro dan kecil rata-rata omzet dalam setahun tidak melebihi Rp 4,8 miliar, maka: Tabel 1 Jenis Usaha PDB atas harga berlaku dalam Miliar Rupiah 2009 2010 2011 Rata-Rata Usaha Mikro 1,751,644.60 2,051,878.00 2,579,388.40 2,127,637.00 Usaha Kecil 528,244.20 597,770.20 722,012.80 616,009.07 Usaha Menengah 713,262.90 816,745.10 1,002,170.30 844,059.43 Usaha Besar 2,301,709.20 2,602,369.50 3,123,514.60 2,675,864.43 Total 5,294,860.90 6,068,762.80 7,427,086.10 6,263,569.93 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM setelah diolah

Tabel 1 menjelaskan betapa besarnya peranan UMKM dalam menyumbangkan PDB, yang jumlahnya melebihi dari pengusaha besar. Namun, sayangnya UMKM masih kurang berkontribusi dalam hal perpajakan yang menjadi dasar penerimaan negara. Berdasarkan asumsi rata-rata PDB selama 3 tahun, yang lebih kurang dapat diestimasikan sebagai omzet UMKM, maka prediksi penghitungan PPh 1% dari omzet adalah: Tabel 2 Rata-rata PDB dan PPh dalam Miliar Rupiah Jenis Usaha Rata-Rata PDB Pajak Penghasilan Usaha Mikro 2,127,637.00 21,276.37 Usaha Kecil 616,009.07 6,160.09 Usaha Menengah 844,059.43 8,440.59 Total 3,587,705.50 35,877.06 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM setelah diolah Prediksi Pajak Penghasilan sebesar Rp35.877,06 miliar, tentu merupakan nilai yang cukup besar dalam menyumbangkan penghasilannya ke negara. Berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, pendapatan pajak dalam negeri yang berasal dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan, masing-masing Rp5.615,84 miliar dan Rp204.447,28 miliar, total lebih kurang Rp210.063,12. Hasil penghitungan prediksi kontribusi PPh UMKM terhadap penerimaan PPh lebih kurang 17,08%. Tentu ini merupakan nilai yang cukup besar dalam berkontribusi terhadap pembangunan negara. Oleh karena itu, dengan kebijakan kemudahan dalam menghitung PPh terutang dapat menjadikan UMKM sebagai Wajib Pajak yang patuh. 2. Prediksi Potensi dan Kontribusi Pajak Dari UMKM Yang Terkait Proses Bisnis UMKM di Indonesia umum masih padat karya, yaitu masih lebih banyak menggunakan tenaga kerja. Keterlibatan tenaga kerja menimbulkan kewajiban UMKM untuk memotong pajak penghasilan karyawan, hal ini diatur dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 21. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses bisnis UMKM dapat dilihat data sebagai berikut: Tabel 3 Jenis Usaha Jumlah Tenaga kerja 2009 2010 2011 Rata-Rata Usaha Mikro 90,012,694.00 93,014,759.00 94,957,797.00 92,661,750.00 Usaha Kecil 3,521,073.00 3,627,164.00 3,919,992.00 3,689,409.67 Usaha Menengah 2,677,565.00 2,759,852.00 2,844,669.00 2,760,695.33 Usaha Besar 2,674,671.00 2,839,711.00 2,891,224.00 2,801,868.67 Total 98,886,003.00 102,241,486.00 104,613,682.00 101,913,723.67 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM setelah diolah Analisa ini menggunakan rata-rata tenaga kerja yang terlibat proses bisnis UMKM. Estimasi penghasilan tenaga kerja dengan rata-rata UMP daerah DKI berdasarkan Peraturan Gubernur No. 117 Tahun 2011, dengan besaran Rp 1.529.150,-. Penghitungan penghasilan setahun setelah dikurangi dengan biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),

lebih kurang akan menghasilkan PPh terutang Rp 80.000,-. Menurut estimasi data tenaga kerja yang berada di UMKM, dan menghasilkan PPh Pasal 21 lebih kurang Rp 7.928,95 miliar. Berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, pendapatan pajak dalam negeri yang berasal dari PPh Pasal 21 adalah Rp 89.195,19 miliar. Prediksi kontribusi PPh 21 dari UMKM terhadap PPh 21 keseluruhan adalah 8,89%. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) yang diatur dalam UU No. 42 Tahun 2009, juga merupakan salah satu unsur pajak yang timbul karena proses bisnis. Oleh sebab itu, peranan UMKM dalam perekonomian akan ikut dalam memungut PPn dari konsumen. Berikut ini adalah estimasi dari PDB yang dihasilkan yang lebih kurang merupakan objek dari PPn: Tabel 4 Rata-rata PDB dan PPN dalam Miliar Rupiah Jenis Usaha Pajak Pertambahan Rata-Rata PDB Nilai Usaha Mikro 2,127,637.00 212,763.70 Usaha Kecil 616,009.07 61,600.91 Usaha Menengah 844,059.43 84,405.94 Total 3,587,705.50 358,770.55 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM setelah diolah Berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, pendapatan pajak dalam negeri yang berasal dari Pajak Pertambahan Nilai adalah Rp 352.949,86 miliar. Prediksi kontribusi PPn dari UMKM terhadap PPn keseluruhan seharusnya menghasilkan nilai yang lebih besar dari penerimaan seharusnya. Namun, UMKM umumnya belum dikukuhkan sebagai PKP sehingga tidak berhak untuk memungut PPn. Selain itu, sebagian besar barang yang dihasilkan UMKM masih dalam kategori barang yang tidak dikenakan PPn. KESIMPULAN a. Penerapan PPh final sering menimbulkan pro dan kontra bagi wajib pajak, karena pada dasarnya pajak adalah menjadi beban yang mengurangi konsumsi dan penghasilan. Namun, penerapan penghitungan pajak yang sederhana diyakini akan mendorong para pengusaha kecil yang memiliki motivasi untuk membayar pajak, akan tetapi selama ini belum paham dalam menghitungnya. Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan peranan UMKM cukup besar dalam menciptakan PDB di Indonesia, yang akhirnya bila dikelola dengan baik akan memiliki kontribusi ke negara berupa pajak.

b. Penerapan PPh final sering menimbulkan pro dan kontra bagi wajib pajak, karena pada dasarnya pajak adalah menjadi beban yang mengurangi konsumsi dan penghasilan. Namun, penerapan penghitungan pajak yang sederhana diyakini akan mendorong para pengusaha kecil yang memiliki motivasi untuk membayar pajak, akan tetapi selama ini belum paham dalam menghitungnya. Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan peranan UMKM cukup besar dalam menciptakan PDB di Indonesia, yang akhirnya bila dikelola dengan baik akan memiliki kontribusi ke negara berupa pajak. c. Proses bisnis UMKM telah menciptakan lapangan kerja baru karena umumnya UMKM masih padat karya. Hal ini merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi pemerintah dalam mengatasi pengangguran. Salah satu faktor yang dapat dijadikan potensi untuk menggali sumber penerimaan negara. Demikian juga halnya dengan PPn yang melekat pada barang dan jasa yang dikenakan pada konsumen akhir. UMKM menjadi media yang sangat cocok untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar PPn, khususnya dengan cara menghindari barang bajakan yang tidak membayar PPn. Penelitian masih memiliki keterbatasan yaitu data yang digunakan masih berupa estimasi, karena PP ini baru berlaku. Oleh karena itu, itu memastikan efektivitas dan tepat sasaran PP ini perlu dilakukan terlalu penelilitan setiap saat. Penelitian ini menggunakan data 3 tahun terakhir, karena tahun 2008 terjadi krisis global, sehingga kurang cocok untuk digabungkan dalam data penelitian. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Sosial dan Kependudukan Haron, Datin dkk. 2010. Cases of Successful Malaysian Small adnd Medium Enterprises (SMEs): Does Business Advisory Services Hel Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Indriantoro, Nur, Supomo, B. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2010 sampai 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 46 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 107/PMK.011 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tahun 2011 Nomor 117 Tentang Upah Minimun Provinsi Tahun 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2 Tentang Usah Mikro, Kecil, dan Menengah. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 36. Perubahan Terakhir atas UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 42. Perubahan Terakhir atas UU Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 22 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.