BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah. kesegaran jasmani, dan prestasi (Nala, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan untuk mendapatkan pemain melalui jaringan orang tua dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi telah menembus setiap aspek kehidupan. Olahraga tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

PENGARUH KARAKTERISTIK, KEBIASAAN DAN KONSUMSI PANGAN TERHADAP KEBUGARAN ATLET SEPAKBOLA PSBL LANGSA T E S I S. Oleh SUPRIYANTI /IKM

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

Gizi Dalam Proses Latihan Sepakbola Untuk Anak-anak. Oleh: Nawan Primasoni, S.Pd.Kor. M.Or

2015 IPLEMENTASI FUZZY SUGENO DAN FORWARD CHAINING PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGATURAN NUTRISI DAN MAKANAN ATLET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian kesegaran jasmani banyak sekali diungkap oleh para pakar

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang ada di dalam ruangan, dengan jumlah pemain yang relatif

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani. tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.

2015 PENGARUH POLA MAKAN HARIAN TERHADAP INDEKS MASA TUBUH (IMT)

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

TINGKAT KESEGARAN JASMANI ATLET UKM TENIS LAPANGAN UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

NUSANTARA PGRI KEDIRI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Bagan Kerangka Pemikiran "##

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. atau kekurangan latihan fisik (Karhiwikarta, 1983). Pada saat berolahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

I. PENDAHULUAN. Untuk memulai aktifitas denagn kodisi fisik yang prima maka, dibutuhkan gizi

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Gizi Olahraga. Badraningsih L./UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkat Berat merupakan salah satu cabang olahraga di bawah naungan

BAB I PENDAHULUAN. Latihan beban merupakan olahraga yang sangat terkenal dan marak pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

Transkripsi:

74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Salah satu upaya untuk mendapatkan ketahanan fisik yang baik diperlukan status gizi yang baik dan tercukupi zat gizi dengan tepat. Pemanfaatan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sepakbola modern mutlak harus sudah dilakukan dalam pembinaan sepakbola melalui penerapan ilmu gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). Gizi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang olahragawan pada saat bertanding. Selain itu gizi dibutuhkan pula pada kerja biologik tubuh. Untuk penyediaan energi tubuh pada saat seorang olahragawan melakukan berbagai aktifitas fisik, misalnya pada saat latihan (training), bertanding dan saat pemulihan. Gizi juga dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti sel tubuh yang rusak (Ermita, 2004). Sepakbola merupakan olahraga yang cukup berat, mengingat seorang pemain harus dapat bermain selama 90 menit dan juga sangat memerlukan koordinasi otot dan kaki. Untuk menjadi pemain sepakbola yang mempunyai prestasi, pemain tidak hanya mengandalkan bakat saja tetapi juga didukung konsumsi energi yang sesuai dengan kebutuhan (Sumosardjono, 1994).

75 Konsumsi energi adalah sejumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi. Energi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi akan digunakan untuk aktivitas fisik (Depkes RI, 2002). Menurut Khomsan (2003), faktor yang mempengaruhi seseorang memilih makanan adalah pengetahuan tentang gizi. Hal lain yang juga berpengaruh dalam mengambil keputusan adalah faktor kebiasaan. Fakta ini mengisyaratkan bahwa pembentukan pola konsumsi makan harus dimulai sejak dini agar menjadi kebiasaan di kemudian hari. Menurut Depkes RI (2002), secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 kilo kalori per hari atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama, karena pemain sepakbola dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat. Kebutuhan gizi atlet sepakbola pada periode latihan sama dengan kebutuhan individu secara umum, namun perlu diperhatikan makanan sumber energi yang digunakan adalah yang mudah dicerna untuk menghindari pencernaan masih bekerja pada waktu pelatihan sedang berlangsung (Depkes RI, 2002). Demikian juga dengan kebutuhan gizi pada periode pertandingan, makanan sebaiknya mudah dicerna, rendah lemak, rendah serat, dan tidak menyebabkan masalah pada pencernaan atlet (tidak terlalu pedas, dan tidak mengandung bumbubumbu tajam serta tidak berlemak). Sedangkan makanan kecil/minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dan lain-lain) bisa diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan.

76 Pada periode setelah pertandingan, atlet harus segera minum air dingin (suhu 10-15 0 C) sebanyak satu gelas. Kemudian dapat dilanjutkan dengan sari buah/air ditambah gula dan garam. Selanjutnya atlet dapat makan makanan biasa untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik. Menurut Kuantaraf (1992), pengertian bugar bukan hanya sehat atau bebas dari sakit, tetapi dalam konteks sepakbola pengertian kebugaran adalah kesanggupan dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Indikator kebugaran bagi olahragawan adalah : kelenturan (flexibility), kecepatan (speed), kekuatan otot (muscular strength), daya tahan otot (muscular endurance), kelincahan (agility), ketahanan kardiorespirasi (cardiorespiratory endurance). Pengukuran kebugaran dilakukan secara keseluruhan pada hari latihan selama 3 (tiga) hari ( KONI, 2003). Per-Oleaf yang dikutip oleh Kuantaraf (1992), yang meneliti olahragawan balap sepeda olimpiade dari Swedia, menguji pencapaian mereka melalui beberapa makanan yang berbeda. Tiga hari pertama meraka diberikan makanan yang mempunyai kadar protein dan lemak yang tinggi dengan banyak daging di dalamnya. Ternyata mereka mempunyai daya tahan mengayuh sepeda tanpa berhenti dengan waktu 57 menit. Tiga hari berikutnya mereka diberikan makanan campuran, berupa kadar protein dan lemak yang rendah bercampur dengan karbohidrat. Ternyata daya tahan mereka mencapai 114 menit. Pada tiga hari berikutnya, makanan yang di berikan mempunyai kadar karbohidrat yang sangat tinggi bersama-sama dengan

77 sayuran dan ternyata daya tahan mereka mencapai 167 menit, ini menunjukkan bahwa kadar karbohidrat yang tinggi membuat olahragawan mempunyai tenaga yang lebih kuat. Penelitian Ermita (2004), tentang gizi pada olahragawan menyimpulkan bahwa kebutuhan gizi olahragawan sangat perlu mendapat perhatian yang serius mengingat kebutuhan energi tubuhnya lebih tinggi dibandingkan non olahragawan. Kebutuhan gizi yang memadai dibutuhkan tidak hanya pada saat bertanding tetapi juga pada waktu latihan. Tidak ada yang khusus dalam asupan makanan atau diet saat latihan namun ada beberapa hal yang perlu diawasi yaitu makanan sebaiknya bervariasi, jumlah lemak dan karbohidrat dalam makanan disesuaikan dengan kebutuhan olahragawan. Selain itu perlu diperhatikan asupan serat yang membantu kelancaran sistem pencernaan dan minum air yang cukup agar tidak timbul keluhan bila latihan di lingkungan panas. Penelitian Hasan (2000), mengungkapkan tentang kesegaran jasmani atlet sepakbola pra-pubertas (umur 8-12 tahun) di Makasar menunjukkan asupan makanan, aktifitas fisik dan status gizi dengan indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) tidak ada hubungan dengan tingkat kesegaran jasmani olahragawan sepakbola anak pra-pubertas dan status gizi dengan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) ada hubungan dengan tingkat kesegaran jasmani olahragawan. Penelitian tentang kebugaran atlet menggunakan indikator di atas yang dilakukan Sudarmo (2007), yang meneliti kondisi fisik atlet hockey Tim Jawa Tengah, menyimpulkan bahwa kebugaran fisik atlet hockey putra tim Jawa Tengah Tahun 2007 dengan test kemampuan 60% dalam katagori sedang dan 40% dalam

78 katagori kurang dengan setelah dilakukan pengukuran kebugaran fisik. Penelitian menyarankan agar pelatih dan atlet hockey tim Jawa Tengah mempertahankan komponen kondisi fisik yang sudah baik yaitu kekuatan dan kelincahan dan meningkatkan komponen kondisi fisik yang masih kurang baik yaitu kecepatan, daya tahan, power dan kelenturan guna pencapaian prestasi. Penelitian Wulandari (2004), tentang pengaruh asrama atlet sepakbola terhadap status gizi, aktivitas fisik dan kesegaran jasmani, menyimpulkan bahwa status gizi (IMT) atlet yang di asrama lebih baik daripada status gizi yang tidak di asrama dan terdapat perbedaan tingkat kesegaran jasmani (kebugaran) pada atlet sepakbola yang tinggal di asrama dengan di luar asrama. Penelitian Rosidi (2000), pada atlet sepakbola PSIS Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan indeks massa tubuh, status kesehatan dan aktivitas fisik dengan kesegaran jasmani menggunakan indikator ACSPFT (Asian Committee on the Standardization of Physical Fitnes Test) yaitu : kelenturan, kecepatan, kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan dan ketahanan kardiorespirasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran seorang atlet, yaitu olah raga (Moeloek, 1984), umur dan jenis kelamin, asupan gizi dan status Gizi (Depkes RI, 1997), kebiasaan merokok dan minum alkohol (Cooper, 1997). Kebugaran atlet sepakbola akan meningkat apabila mengonsumsi gizi sesuai dengan kebutuhan serta menghindari kebiasaan yang dapat menurunkan ketahanan fisiknya. Apabila atlet sepakbola tidak memiliki kebugaran yang optimal, bukan saja menyebabkan tidak dapat melakukan pertandingan dengan baik, tetap juga dapat menyebabkan atlet menjadi sakit. Namun dalam manajemen pengelolaan suatu klub/persatuan sepakbola

79 tidak pernah seorang atlet sepakbola mengalami sakit, karena konsumsi gizi sesuai dengan kebutuhan memungkinkan status kesehatan atlet senantiasa terjaga. Perkembangan status gizi atlet sepakbola yang diuraikan secara berurut mulai dari global/internasional, regional, nasional sampai ke daerah, yang ditunjukkan dari beberapa penelitian, seperti penelitian Kuantaraf (1992), tentang olahragawan di Amerika Serikat menemukan bahwa banyak olahragawan dan pelatih yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi dan hanya 11% dari pelatih pernah mengikuti pelatihan gizi serta dua pertiga dari olahragawan yang diteliti, tidak begitu mengetahui hubungan gizi dan pencapaian prestasi. Peranan ahli gizi dalam kegiatan olahraga di Inggris telah dikembangkan sejak 5 tahun yang lalu dan semakin dibutuhkan untuk mengatur makanan dalam rangka menjaga kesehatan, adaptasi latihan, dan meningkatkan performa selama sesi latihan dan perlombaan. Bahkan Federasi Sepakbola dunia telah mengeluarkan pernyataan bahwasanya gizi sangat berperanan dalam keberhasilan suatu tim. Penelitian yang dilakukan The National Academies (2005), menunjukkan bahwa asupan kalori yang kurang menyebabkan stamina atlet menurun, maka penelitian ini dirumuskan untuk menjawab pentingnya ketepatan terapi diit yang sesuai dengan kebutuhan kalori atlet sebagai salah satu faktor penting peningkatan stamina tubuh. Prestasi sepakbola Indonesia yang menurun menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan professional di Indonesia, untuk itu perlu sekali penanganan dan pengembangan dari pakar kesehatan agar olahraga tersebut dapat berhasil. Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga professional seperti

80 sepakbola menuntut tenaga ahli yang trampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat gizi dari para pemainnya. Penelitian Kartika (2006), tentang hubungan tingkat konsumsi gizi dan status gizi dengan ketahanan fisik pada atlet sepak bola di PSIS Semarang, menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi protein, dengan ketahanan fisik. Penelitian Penggalih (2004), tentang pengaruh ketepatan pemberian kalori diit pada atlit sepak bola secara individu dengan peningkatan stamina tubuh di PERSIBA Bantul, menyimpulkan bahwa stamina atlet meningkat setelah diberikan makanan sesuai kebutuhan. Penelitian Hasan (2008), tentang kebugaran atlet sepakbola menyimpulkan bahwa status gizi berhubungan dengan kebugaran, maka disarankan kepada pelatih agar memberikan perhatian khusus terhadap olahragawan, terutama status gizi (asupan gizi), aktifitas fisik dan kebugaran. Persatuan Sepakbola Langsa (PSBL) merupakan salah satu klub sepakbola yang terdapat di Kota Langsa. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dikatahui bahwa pengelolaan menu makanan bagi atlet sepakbola selama masa latihan, menjelang pertandingan dan selama masa pertandingan belum ada yang standar namun yang berlaku selama ini adalah menu harian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kebugaran atlet sepakbola PSBL Langsa.

81 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh karakteristik (umur dan status gizi), kebiasaan (merokok dan minum alkohol) dan konsumsi pangan (energi dan protein) terhadap kebugaran atlet sepakbola PSBL Langsa?. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik(umur dan status gizi), kebiasaan (merokok dan minum alkohol) dan konsumsi pangan (energi dan protein) terhadap kebugaran atlet sepakbola PSBL Langsa. 1.4 Hipotesis Karakteristik (umur dan status gizi), kebiasaan (merokok dan minum alkohol) dan konsumsi pangan (energi dan protein) berpengaruh terhadap kebugaran atlet sepakbola PSBL Langsa. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen pengelola PSBL Langsa dalam pengelolaan makanan atlet sepakbola. 2. Sebagai wahana pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya tentang gizi pada olahragawan. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan konsumsi energi dan kebugaran pada olahragawan.