ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Materi Pembelajaran : 10. WORKSHOP/PELATIHAN II PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:

Perencanaan Struktur Baja

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

Komponen Struktur Tarik

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

ELEMEN STRUKTUR TARIK

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEKUATAN ELEMEN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KAJIAN KEKUATAN SAMBUNGAN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Struktur Baja 2. Kolom

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

ANALISIS BIDANG KERN PADA PROFIL BAJA RINGAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

Bab II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE ANALISIS

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka (framed structure), di mana elemen elemennya kemungkinan

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

REVIEW DESAIN STRUKTUR GEDUNG CENTER FOR DEVELOPMENT OF ADVANCE SCIENCE AND TECHNOLOGY (CDAST) UNIVERSITAS JEMBER DENGAN KONSTRUKSI BAJA TAHAN GEMPA

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODE PERANCANGAN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB I. Perencanaan Atap

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR UNISMA BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 1 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

III. DASAR PERENCANAAN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

DAFTAR PUSTAKA. Analisis Harga Satuan Pekerjaan Kota Bandung. Dinas Tata Kota Propinsi Jawa Barat

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI DIAGRAM INTERAKSI SHEARWALL BETON BERTULANG PENAMPANG C DENGAN BANTUAN VISUAL BASIC 9

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA PROYEK GEDUNG PGN DI SURABAYA.

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 3 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 7 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN KUDA KUDA BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda. Mulai. Data perencanaan & gambar rencana

Transkripsi:

ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD Ghinan Azhari 1 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id 1 azharighinan@gmail.com Abstrak Analisa ini memberikan penjelasan mengenai sambungan batang tarik dengan berdasarkan metode tegangan kerja (Allowable Stress Design, ASD) dan berdasarkan metode beban terfaktor (Load and Resistance Factor Design, LRFD). Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah cukup lama digunakan, namun beberapa tahun terakhir metode desain dalam struktur baja mulai beralih ke metode lain yang lebih rasional, yakni metode LRFD. Metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban. Oleh karena itu metode LRFD ini dianggap cukup andal. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729-2002, berdasarkan pada metode FOSM. Batang tarik umumnya terdapat pada struktur rangka batang, batang tarik ini sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil-profil tersusun. Dalam menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto, di daerah yang jauh dari sambungan, kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada daerah sambungan, serta kondisi geser blok pada sambungan. Faktor tahanan komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial harus kuat terhadap tarik leleh dan terhadap kuat tarik fraktur. Luas penampang netto batang tarik yang disambung dengan paku keling (rivet) atau baut (bolt) harus dilubangi. Ini mengakibatkan berkurangnya luas penampang yang dibutuhkan untuk memikul gaya tarik, sehingga kekuatan tarik batang akan berkurang, SNI 03-1729-2002 menyebutkan dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh. Dalam metode LRFD untuk menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan dari kondisi leleh geser dari luas penampang kotor/bruto, kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada daerah sambungan, kondisi geser blok pada sambungan dan dari ketiga kondisi keruntuhan tersebut diambil nilai terkecil yaitu 114 kn. Untuk metode ASD kekuatan batang tarik pada beban maksimum yang dapat dipikul kurang dari 6,3 ton, dan untuk pembebanan sementara kurang dari 8,2 ton. Kata Kunci Allowable Stress Design (ASD), Load and Resistance Factor Design (LRFD), batang tarik I. PENDAHULUAN Dua metode yang sering digunakan dalam perencanaan struktur baja adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja/working stress design (Allowable Stress Design/ASD) dan perencanaan kondisi batas/limit states design (Load and Resistance Factor Design/LRFD). Metode ASD dalam perencanaan struktur baja telah digunakan dalam kurun waktu kurang lebih 100 tahun. Dan dalam 20 tahun terakhir prinsip perencanaan struktur baja mulai beralih ke konsep LRFD yang jauh lebih rasional dengan berdasarkan pada konsep probabilitas. Untuk lebih memahami latar belakang pengembangan metode LRFD dengan ilmu probabilitas. Dalam metode LRFD tidak diperlukan analisa probabilitas secara penuh, terkecuali untuk situasi-situasi tidak umum yang tidak diatur

ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2015 dalam peraturan. Oleh karena itu metode LRFD ini dianggap cukup andal. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729-2002. Ada beberapa tingkatan dalam desain probabilitas. Metode probabilitas penuh Fully Probabilistic Method merupakan cara analisa yang paling kompleks. Metode probabilitas penuh memerlukan data-data tentang distribusi probabilitas dari tiap-tiap variabel acak (seperti tahanan, beban dan lain-lain) serta korelasi antar variabel tersebut. Metode First-Order Second Moment (FOSM) yang menggunakan karakteristik statistik yang lebih mudah dari tahanan dan beban. Metode ini mengasumsikan bahwa beban Q dan tahanan R saling bebas secara satistik. Metode LRFD untuk perencanaan struktur baja yang diatur dalam SNI 03-1729-2002, berdasarkan pada metode FOSM. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Perencanaan. Dalam struktur baja ada dua konsep dasar perencanaan, yaitu perencanaan berdasarkan beban terfaktor (Load and Resistance Factor Design/LRFD) dan perencanaan berdasarkan tegangan kerja (Allowable Stress Design/ASD). 1. Perencanaan Berdasarkan LRFD Secara umum suatu struktur dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: φr n Σγ i Q i R n = tahanan nominal φ = faktor tahanan γi = faktor beban Qi = beban mati, beban hidup, angin dan gempa. Kombinasi muatan (SNI 03-1729-2002, 6.2.2), a. 1,4 D. b. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (L a atau H). c. 1,2 D + 1,6 (L a atau H) + (γ L L atau 0,8 W). d. 1,2 D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (L a atau H). e. 1,2 D ± 1,0 E + γ L L. f. 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E). Keterangan: D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap. L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain. L a = beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material,atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak. H = beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air. W = beban angin. E = beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-2002. Dengan, γ L = 0,5 bila L < 5 kpa, dan γ L = 1 bila L 5 kpa. Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan harus sama dengan 1,0 http://jurnal.sttgarut.ac.id 2

Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah dimana beban hidup > 5 kpa (500 kg/m 2 ). Dari enam kombinasi muatan diatas dipilih beban kerja yang paling menentukan (paling besar). 2. Perencanaan Berdasarkan ASD Perencanan dalam struktur baja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Untuk pembebanan tetap, σ fy Akibat pembebanan sementara, σ (1,3) fy Pada bagian kanan persamaan mengambarkan kekuatan bahan, dimana fy adalah tegangan leleh baja sesuai mutu baja, dan sebelah kiri menggambarkan tegangan yang terjadi yang dihasilkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-lain) yang bekerja. Kombinasi muatan (PPPURG 1987), a. Pembebanan tetap, D + L b. Pembebanan sementara, D + L + W D + L + E Keterangan: D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap. L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain. W = beban angin. E = beban gempa, yang ditentukan menurut (SNI 03-1726-2002). III. METODE PENELITIAN A. Kekuatan Tarik Nominal Metode LRFD Dalam menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu : a. Kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto, didaerah yang jauh dari sambungan. b. Kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada daerah sambungan. c. Kondisi geser blok pada sambungan. Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi: N u φ N n N n = kekuatan nominal penampang. φ = faktor tahanan/reduksi 1. Pada kondisi leleh dari luas penampang bruto Bila kondisi leleh yang menentukan, maka kekuatan nominal N n dari batang tarik harus memenuhi persamaan berikut, N n = A g. f y A g = luas penampang bruto (mm 2 ) 3 2015 Jurnal STT-Garut All Right Reserved

ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2015 f y = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa) Pada kondisi ini faktor tahanan adalah φ = 0,90 2. Pada kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif/netto pada sambungan Pada batang tarik yang mempunyai lubang, pada daerah penampang yang berlubang tersebut bentuk tegangan tarik tidak linear, terjadi konsentrasi tegangan pada tepi lubang. Apabila kondisi fraktur/putus yang menentukan maka kekuatan nominal tarik (N n ) tersebut harus memenuhi persamaan sebagai berikut, N n = A e. f u 5 A e = luas penampang efektif/netto (mm 2 ) f u = tegangan putus sesuai mutu baja (Mpa). Pada kondisi ini faktor tahanan adalah φ = 0,75. 3. Kekuatan Tarik Nominal Metode ASD Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial N harus memenuhi : - Untuk pembebanan tetap, σ (0,75). f y / - Akibat pembebanan sementara, σ (0,75). (1,3) f y / σ = tegangan tarik beban kerja. = N n /A g (ditempat sambungan A net ). 0,75 = faktor tahanan yang diberikan apabila penampang berlubang memikul gaya tarik, (ditempat sambungan, ditempat lain = 1,0). f y = tegangan leleh sesuai mutu baja (MPa). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Sambungan Batang Tarik Baja Data-data : Mutu baja BJ-34, fy = 210 Mpa, fu = 340 Mpa Baut ½, dn = 12,7 mm, lubang d = 12,7 mm + 2 mm = 14,7 mm x = e = 16,9 mm, luas profil bruto Ag = 6,91 cm 2 = 691 mm 2, ix = iy = r = 1,82 cm Panjang batang tarik, Lk = 2,50 m A. Metode LRFD Faktor tahanan komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial (tabel 6.4.2 SNI 03-1729-2002), http://jurnal.sttgarut.ac.id 4

Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut terhadap kuat tarik leleh φ = 0,90 terhadap kuat tarik fraktur φ = 0,75 1. Kekuatan tarik nominal terfaktor (Nu) Kekuatan tarik nominal terfaktor dihitung sebagai berikut: a). Kondisi leleh Nu φ Nn = φ. Ag. fy = 0,90. (691 mm 2 ). (210 Mpa) = 130599 N = 130,6 kn b). Kondisi fraktur/putus terletak pada sambungan Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang paku), A net = (691 mm 2 ) (14,7 mm). (6 mm) = 602,8 mm 2 Luas penampang netto efektif, U = 1 (x/l) 0,9 = 1 (16,9/100) = 0,831 < 0,9 Maka, Ae = U. Anet = 0,831. (602,8 mm 2 ) = 500,93 mm 2 φ Nn = φ. Ae. fu = 0,75. (500,93 mm 2 ). (340 Mpa) = 126737 N = 127,7 kn 7 c). Kondisi geser blok Luas, Agt = (6 mm). (30 mm) = 180 mm 2 Agv = (6 mm). (130 mm) = 780 mm 2 Ant = (180 mm 2 ) ½. (14,7 mm). (6 mm) = 135,9 mm 2 Anv = (780 mm 2 ) 2 ½. (14,7 mm). (6 mm)= 559,5 mm 2 fu. Ant = (340 Mpa). (135,9 mm 2 ) = 58701 N = 5,8 ton 0,6 fu Anv = 0,6. (340 Mpa). (559,5 mm 2 ) = 114138 N = 11,4 ton. fu. Ant < 0,6 fu. Anv Maka kekuatan tarik nominal, Nn = 0,6 fu. Anv + fy. Agt = 114138 + (210 Mpa). (180 mm 2 ) = 151938 N Kekuatan tarik nominal terfaktor, φ Nn = 0,75. (151938 N) = 113953,5 N = 114 kn Yang menentukan adalah yang terkecil dari ketiga kondisi tersebut, yaitu Nu φ Nn = 114 kn atau Nu φ Nn = 11,4 ton. 2. Kelangsingan Kelangsingan batang tarik dihitung sebagai berikut, λ = Lk/r = 250/1,82 = 137 < 240 (memenuhi) 3. Luas penampang netto minimum Luas penampang minimum (SNI 03-1729-2002 fs.10.2.2.), Anet > 85 % Ag = 0,85. (691 mm 2 ) = 587,35 mm 2 < 602,8 mm 2 (memenuhi) Luas penampang netto yang terjadi masih di atas syarat luas penampang minimum B. Metode ASD Luas penampang netto (potongan melalui satu lobang), Anet = (691 mm 2 ) (14,7 mm). (6 mm) = 602,8 mm 2 Faktor tahanan 0,75 untuk penampang batang tarik berlobang Kekuatan batang tarik dihitung sebagai berikut, a. Pembebanan Tetap. σ (faktor tahanan). fy, atau 5 2015 Jurnal STT-Garut All Right Reserved

P fy (0,75). A net, atau P (0,75). (602,8 mm 2 ). 210 MPa = 63294 N = 63,3 kn = 6,3 ton ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2015 b. Pembebanan Sementara σ (faktor tahanan).(1,3). fy, atau P fy (0,75). (1,3). A net, atau P (0,75). (602,8 mm 2 210 MPa ). (1,3). = 82282,2 N = 82,3 kn = 8,2 ton Maka, untuk pembebabanan tetap, beban maksimum yang dapat dipikul kurang dari 6,3 ton, dan untuk pembebanan sementara kurang dari 8,2 ton. V. PENUTUP 9 a. Kesimpulan Dalam struktur baja ada dua konsep dasar perencanaan, yaitu perencanaan berdasarkan tegangan kerja (Allowable Stress Design, ASD) dan perencanaan berdasarkan beban terfaktor (Load and Resistance Factor Design, LRFD). Dalam metode LRFD untuk menentukan kekuatan nominal penampang suatu batang tarik, harus ditinjau terhadap tiga macam kondisi keruntuhan yang menentukan, yaitu kondisi leleh dari luas penampang kotor/bruto yang dihasilkan sebesar 130,6 kn, kondisi fraktur/putus dari luas penampang efektif pada daerah sambungan sebesar 127,7 kn, serta kondisi geser blok pada sambungan sebesar 114 kn, dan diambil nilai kekuatan nominal terkecil yaitu 114 kn. Untuk metode ASD kekuatan batang tarik ditentukan dengan pembebanan tetap pembebanan sementara. Maka untuk pembebabanan tetap, beban maksimum yang dapat dipikul kurang dari 6,3 ton, dan untuk pembebanan sementara kurang dari 8,2 ton. b. Saran Tahanan nominal suatu struktur tarik ditentukan oleh tiga macam tipe keruntuhan yakni leleh dari penampang bruto, fraktur dari penampang efektif dan geser blok pada sambungan. Sedapat mungkin dalam mendesain suatu komponen struktur tarik, keruntuhan yang terjadi adalah leleh dari penampang brutonya, agar diperoleh tipe keruntuhan yang daktail. Kinerja suatu batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, namun hal yang perlu diperhatikan adalah masalah sambungan karena adanya sambungan pada suatu batang tarik akan memperlemah batang tersebut. DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen PU; Pedoman Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002 [2] Departemen PU; 1987; Pedoman Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1987, Yayasan Penerbit PU; Jakarta [3] Setiawan, Agus; 2008; Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD; Penerbit Erlangga; Jakarta [4] Peraturan Perencanaan Bangunan Baja; 1987; Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan [5] Departemen PU; Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002; Jakarta http://jurnal.sttgarut.ac.id 6