BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

Mengenal Xylitol Gula Langka yang Menyehatkan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB II TEORI DASAR. 1. Hydroxyapatite

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bir merupakan minuman beralkohol dengan tingkat konsumsi nomor 2

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, salah satunya dengan perawatan ortodontik. Kebutuhan perawatan ortodontik

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. KOMPOSISI KALSIUM Hasil rata rata pengukuran komposisi kalsium pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 1. Rata rata komposisi kalsium email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20% 30,08% ± 16,86% 42,80% ± 4,36% 0,424 Konsentrasi xylitol 50% 20,07% ± 14,78% 41,27% ± 1,52% 0,045 Uji normalitas data menunjukkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Berdasarkan uji statistik dengan One Way Anova, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna rata rata komposisi kalsium email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan. Untuk mengetahui kelompok yang memiliki perbedaan bermakna dilakukan Uji Post Hoc, dan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Perbandingan rata rata komposisi kalsium email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan konsentrasi xylitol 20% tidak berbeda bermakna (p > 0,05). 2. Perbandingan rata rata komposisi kalsium email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan konsentrasi xylitol 50% berbeda bermakna (p < 0,05). 35

36 5.2. KOMPOSISI FOSFOR Hasil rata rata pengukuran komposisi fosfor pada sampel adalah sebagai berikut: Tabel 5. 2. Rata rata komposisi fosfor email Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20% 19,87% ± 7,09% 25,32% ± 2,13% 0,545 Konsentrasi xylitol 50% 11,69 ± 10,06% 24,82% ± 0,83% 0,047 Uji normalitas data menunjukkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Berdasarkan uji statistik dengan One Way Anova, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna rata rata komposisi fosfor email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan. Untuk mengetahui kelompok yang memiliki perbedaan bermakna dilakukan Uji Post Hoc, dan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Perbandingan rata rata komposisi fosfor email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan konsentrasi xylitol 20% tidak berbeda bermakna (p > 0,05). 2. Perbandingan rata rata komposisi fosfor email antara kelompok sampel kontrol dengan kelompok sampel perlakuan konsentrasi xylitol 50% berbeda bermakna (p < 0,05). 5.3. KOMPOSISI SENYAWA KRISTAL Hasil identifikasi senyawa kristal sampel pasca XRD adalah sebagai berikut: Tabel 5. 3. Komposisi senyawa kristal email Sampel S1 kontrol positif S1 kontrol negatif S1 perlakuan xylitol 20% S2 kontrol positif S2 kontrol negatif S2 perlakuan xylitol 50% Komposisi Senyawa Kristal Fluorapatit Fluorapatit Fluorapatit Hidroksiapatit Amorphous Fluorapatit

BAB VI PEMBAHASAN Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang mempunyai prevalensi yang besar di Indonesia, yaitu 90,05%. 6 Dampak dari karies tidak hanya terjadi pada struktur gigi, tetapi juga dapat mempengaruhi komponen lain di rongga mulut, kondisi tubuh secara keseluruhan, dan bahkan aktivitas sosial individu. Karies gigi membuat gigi mudah tanggal sebelum waktunya (premature loss) dan kemudian berkembang menjadi maloklusi yang dapat mengganggu proses pengunyahan. 4 Kavitas pada gigi karies juga dapat menjadi port d entre atau focal infection dari berbagai macam penyakit pada organ lain seperti penyakit kulit, jantung, dan THT. 5 Ketika penyakit gigi berkembang lebih jauh, maka aktivitas sosial penderitanya dapat terganggu sehingga mengurangi produktivitas, sedangkan produktivitas sangat menentukan kualitas hidup seseorang. Melihat dampak dampak tersebut dan mengingat tingkat prevalensi yang tinggi, maka diperlukan upaya penanggulangan, baik secara kuratif maupun preventif. Upaya pencegahan karies dapat mengubah status penyakit progresif ini jika diberdayakan, sehingga diperlukan metode metode pencegahan yang dapat diakses dan diterapkan oleh masyarakat secara mandiri, sesuai dengan visi Indonesia Sehat 2010. 27 Salah satu metode pencegahan yang dinilai efektif antara lain aplikasi agen agen pencegah karies, seperti fluoride yang sudah cukup lama dikembangkan dan xylitol yang mulai populer di Indonesia. Xylitol diklaim mempunyai efek cariostatic dan anticariogenic. Hal ini berkaitan dengan sifat xylitol tidak dapat difermentasi oleh bakteri kariogenik. Karena xylitol tidak difermentasi, maka xylitol tidak akan menghasilkan produksi asam pada plak dan level ph pada mulut akan tetap netral. Xylitol dalam konsentrasi tinggi diketahui membentuk kompleks dengan Ca 2+, berpenetrasi ke email terdemineralisasi dan berinterfensi dengan dissolved ions transport dari lesi ke demineralizing solution. 21 Efek positif juga terlihat pada pembentukan dan perbaikan kristal apatit pasca remineralisasi. 22 Sifat sifat xylitol tersebut menunjukkan potensi gula alkohol ini sebagai agen pencegah karies. Tidak seperti 37

38 fluoride, xylitol dapat dikonsumsi sehari hari dan tersedia dalam berbagai bentuk seperti permen karet, mint, tablet yang dapat dikunyah, lozenges, pasta gigi, mouthwashes, obat batuk, dan produk lainnya yang aman bagi tubuh. 9 Dengan konsumsi xylitol yang adekuat, email gigi akan lebih resisten terhadap proses demineralisasi sehingga karies pun dapat dicegah. Pada penelitian ini digunakan sampel email yang diambil dari gigi premolar dan molar yang diekstraksi untuk perawatan orthodontik. Perlakuan permukaan email dengan xylitol dilakukan dengan menggunakan larutan remineralisasi yang mengandung 20% dan 50% xylitol, waktu perendaman selama dua minggu dalam suhu 37. Larutan remineralisasi terdiri dari Ca 2+ 3-1 mμ, PO 4 0.6 mμ, F - 0.05 mμ. Komposisi ini disesuaikan dengan sifat larutan remineralisasi yang ideal yaitu hidrofilik, memiliki viskositas yang rendah sehingga memungkinkan untuk berpenetrasi ke dalam lesi subsurface, antibakteri, suplemen saliva, dan beraksi cepat (rapid-acting). 11 Dengan komposisi tersebut, tersedia ion ion yang dibutuhkan untuk proses remineralisasi. Konsentrasi xylitol 20% dalam larutan remineralisasi berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Takaaki Yanagisawa yang menunjukkan remineralisasi pada email yang mengalami demineralisasi. 22 Konsentrasi xylitol 50% berdasarkan rata rata kandungan xylitol pada permen karet sebagai bentuk yang paling sering dikonsumsi sehari - hari. Perendaman selama dua minggu dilakukan atas dasar penelitian penelitian oleh Takaaki Yanagisawa et al (Remineralization effects of xylitol in demineralized enamel, 2003), Twetman S dan Stecksen-Blicks C (Effect of xylitol containing chewing gums on lactic acid production in dental plaque from caries active pre-school children, 2003), serta Scheinin A et al (xylitolinduced changes of enamel microhardness paralleled by microradiographic observations, 1983) yang menunjukkan bahwa waktu aplikasi xylitol selama dua minggu terbukti berpengaruh terhadap kondisi email. 28,29 Suhu 37 dipilih karena sesuai dengan suhu tubuh manusia. Proses demineralisasi permukaan email pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan asam asetat 0.01 M dengan ph 4.0 selama 2 hari pada suhu 50. Penggunaan asam dengan ph 4.0 diasumsikan akan menyebabkan proses

39 demineralisasi kristal hidroksipatit, atau bahkan fluorapatit. 1 Suhu 50 dipilih karena unsur unsur logam yang mungkin terkandung di dalam email lebih reaktif pada suhu hangat sehingga demineralisasi dapat terjadi lebih siginifikan. 28 Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian laboratorik terhadap email yang diberikan perlakuan xylitol maupun tidak. Sebelum direndam di dalam larutan demineralisasi (asam asetat), setiap gigi dibagi menjadi sampel perlakuan dan sampel kontrol. Hal ini dilakukan agar kedua sampel berasal dari spesimen gigi yang sama dan diasumsikan mempunyai profil kimia awal yang relatif sama, baik komposisi kalsium, fosfor maupun senyawa kristal. Pengukuran komposisi kalsium dan fosfor pada penelitian ini dilakukan menggunakan EDX. Alat ini dapat mengukur komposisi berbagai unsur pada satu sampel yang dinyatakan dalan persen, sehingga dapat memberikan perbandingan komposisi unsur antara kelompok sampel perlakuan dengan kelompok sampel kontrol. Untuk mengidentifikasi komposisi senyawa kristal sampel, penelitian ini menggunakan metode XRD. Hasil XRD berupa spektrum, sudut 2θ dan d- spacing. Setiap kristal material solid mempunyai d-spacing yang berbeda beda. Setelah d-spacing didapatkan, maka dilakukan prosedur search/match, yaitu mencocokkan d-spacing sampel dengan International Center Diffraction Data (ICDD) sehingga didapatkan kristal yang terkandung di dalam sampel. Komposisi kalsium yang diperoleh pada penelitian ini adalah 30,08% ± 16,86% pada kelompok sampel kontrol negatif xylitol 20%, 42,80% ± 4,36% pada kelompok sampel perlakuan xylitol 20%, 20,07% ± 14,78%, pada kelompok sampel kontrol negatif xylitol 50%, dan 41,27% ± 1,52% pada kelompok sampel perlakuan xylitol 50%. Komposisi kalsium yang diperoleh pada penelitian ini adalah 19,87% ± 7,09% pada kelompok sampel kontrol negatif xylitol 20%, 25,32% ± 2,13% pada kelompok sampel perlakuan xylitol 20%, 11,69 ± 10,06%, pada kelompok sampel kontrol negatif xylitol 50%, dan 24,82% ± 0,83% pada kelompok sampel perlakuan xylitol 50%.

40 Komposisi senyawa kristal yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah fluorapatite untuk sampel S1 kontrol positif, negatif, dan sampel perlakuan xylitol 20%. Pada kelompok sampel S2, ditemukan kristal hydroxyapatite pada sampel S2 kontrol positif, material amorphous pada sampel S2 kontrol negatif, dan fluorapatite pada sampel S2 perlakuan xylitol 50%. Ketika kristal hidroksiapatit bereaksi dengan asam, ikatan kalsium dan fosfat terlepas menjadi HPO 2-4 dan Ca 2+ yang dijelaskan di reaksi berikut, 8H + + (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) - 6(HPO 4 ) + 10Ca 2+ + 2H 2 O Jika tidak terdapat inhibitor, maka kedua ion tersebut akan mengalami pengendapan spontan dalam lingkungan saliva ataupun larutan remineralisasi karena semua senyawa fosfat mempunyai sifat tidak dapat larut di dalam air kecuali jika berikatan dengan golongan logam alkali atau amonium, sedangkan kalsium merupakan anggota golongan alkali tanah yang kurang reaktif dan sulit larut. 30 Pengendapan spontan tersebut disebut juga primary precipitation. Ca 2+ 3- dan PO 4 akan membentuk garam kalsium fosfat yang dapat mengalami secondary precipitation atau pembentukan kristal pada larutan tersebut karena sifat tidak dapat larut dari senyawa fosfat. 30 Ion ion yang mengendap tersebut tidak dapat berpenetrasi ke dalam email yang mengalami demineralisasi. Xylitol merupakan inhibitor pengendapan garam kalsium yang baik. Xylitol membentuk kompleks dengan Ca 2+ sehingga tidak terbentuk garam kalsium fosfat. 31 Xylitol membentuk kompleks dengan kalsium dengan cara berkompetisi dengan molekul air pada primary hydration layer dari kalsium. 31 Maka dari itu, ion kalsium (Ca 2+ ) dan fosfat (PO 3-4 ) dapat berpenetrasi ke dalam email sebagai komponen utama remineralisasi. Syarat suatu material berpenetrasi ke dalam tulang dan gigi adalah biokompatibel, dalam bentuk terlarut (soluble form), bioresorbable, dan dalam ukuran sekecil mungkin (nanometer-sized). 32 Kalsium fosfat atau Ca 3 (PO 4 ) 2 berukuran 0.52 3.33 µm atau 5200 33.3000 Å. 34 Ukuran ini menyebabkan kalsium fosfat tidak dapat masuk ke dalan matriks interkristalin yang berukuran 17 Å ataupun lorong mikro kristal apatit. 11,12

41 Sebaliknya ion kalsium (Ca 2+ ) yang mempunyai jari jari ion 99 pm atau 0.99 Å dan ion fosfat (PO 3-4 ) yang mempunyai jari jari ion 31 pm atau 0.31 Å dapat dengan bebas masuk ke dalam matriks tersebut. Begitu pula dengan ion ion lain yang mempunyai jari jari ion yang sama dengan komponen hidroksiapatit, seperti F - dengan jari jari ion 1.17 1.19 Å atau 117 119 pm yang dapat menggantikan gugus OH -. 13,14 Hal ini menyebabkan meningkatnya komposisi kalsium dan fosfor pada email yang direndam pada larutan remineralisasi yang mengandung xylitol, terutama xylitol 50%, yang menunjukkan peningkatan komposisi yang signifikan. Hasil ini seiring dengan pernyataan bahwa xylitol dalam konsentrasi tinggi diketahui membentuk kompleks dengan Ca 2+, berpenetrasi ke email terdemineralisasi. 22 Hasil ini juga senada dengan hasil penelitian efek xylitol terhadap mineral tulang tikus wistar yang menunjukkan bahwa xylitol dalam diet tikus tersebut meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfor tulang. 35 Untuk sampel email, kelompok sampel yang direndam dalam larutan remineralisasi dengan konsentrasi xylitol 20% menunjukkan peningkatan komposisi kalsium dan fosfor, tetapi tidak sebermakna peningkatan kelompok sampel yang direndam dalam larutan remineralisasi dengan konsentrasi xylitol 50%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi xylitol, semakin bermakna peningkatan komposisi kalsium dan fosfor email. Berikut, reaksi yang terjadi dalam eksperimen ini 36 : H 2 O Ca 2+ + PO 3-4 + F - 3- + C 5 H 12 O 5 C 5 H 12 O 5 Ca.4H 2 O + PO 4 (xylitol) + F - Reaksi ini menunjukkan ikatan antara xylitol dan kalsium dalam reaksi. Reaksi alkohol dan logam alkali tanah tersebut menyebabkan baik ion F - 3- maupun PO 4 tidak membentuk garam solid dengan kalsium sehingga ion ion tersebut dapat berpenetrasi ke dalam matriks interkristalin dan membentuk fluorapatit dengan reaksi: 10Ca 2+ + 6PO 4 3- + 2F - Ca 10 (PO 4 ) 6 F 2

42 Bersinergi dengan hasil analisa EDX, hasil analisa XRD menunjukkan salah satu sampel email kontrol negatif (S1 kontrol negatif) mengandung senyawa kristal fluorapatit, sedangkan sampel kontrol negatif lainnya (S2 kontrol negatif) menunjukkan kandungan amorphous, yang berarti struktur atomnya tidak tersusun secara beraturan. Susunan ini disebabkan oleh demineralisasi gigi yang menghancurkan stuktur kristal hidroksiapatit yang tersusun dengan teratur. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh sampel perlakuan. Kedua sampel email yang direndam dalam larutan remineralisasi terbukti mengandung senyawa kristal fluorapatit, yang merupakan kristal yang terbentuk dari kalsium, fosfat, dan fluor. Untuk kelompok S1, hasil ini kurang signifikan karena baik kontrol positif maupun kontrol negatifnya juga diidentifikasi sebagai fluorapatit. Identifikasi tersebut mungkin disebabkan oleh email sampel yang dari awal mengandung fluorapatit yang lebih resisten terhadap asam sehingga perlakuan demineralisasi pada akhirnya kurang berpengaruh. Perlakuan xylitol pun menjadi kurang signifikan karena hal tersebut. Untuk kelompok S2, kristal yang diidentifikasi dari sampel perlakuan menunjukkan perubahan yang signifikan. Dari sampel S2 kontrol negatif yang amorphous, menjadi sampel S2 perlakuan yang merupakan fluorapatit. Sampel S2 kontrol positif sendiri menunjukkan kristal hidroksiapatit, kristal yang secara normal terdapat di email. Kristal hidroksiapatit tersebut menjadi amorphous setelah mengalami demineralisasi dan pasca remineralisasi menjadi fluorapatit. Rangkaian ini tidak lepas dari peran xylitol dalam menghambat pengendapan kalsium, fosfat, dan fluor sebagai komponen kristal fluorapatit. Xylitol berikatan dengan Ca 2+ sehingga ion logam alkali tanah tersebut tidak bereaksi dengan ion PO 3-4 ataupun ion F - untuk membentuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air dan berukuran lebih besar dari matriks interkristalin email. Terhambatnya pengendapan kalsium, fosfat, dan fluor mengakibatkan ketiga ion tersebut dapat berpenetrasi ke dalam email. Dengan demikian, xylitol menstabilkan kalsium, fosfat, dan fluor agar dapat merestorasi kristal yang telah terperforasi, membentuk kristal baru dan memelihara pertumbuhan kristal email gigi. 37