BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK ANTARA RESIN SEMEN DAN SEMEN IONOMER KACA PADA RESTORASI VENEER INDIREK RESIN KOMPOSIT NANOHIBRID INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Abrasi merupakan suatu lesi servikal pada gigi dan keadaan ausnya

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB I PENDAHULUAN. dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan ,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) resin komposit adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

COMPARATIVE OF TENSILE STRENGTH BETWEEN CEMENT RESIN AND GLASS IONOMER CEMENT TYPE 1 TO MICROHYBRID COMPOSITE RESIN INDIRECT VENEER RESTORATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

Objective: To study there are any difference of shear bond strength between two cementation materials.

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan merupakan warna gigi normal manusia. Warna gigi ini ditentukan oleh warna dentin yang melapisi di bawahnya, ketebalan dentin, ketebalan email, translusensi dan warna pulpa. Warna gigi ini dapat mengalami perubahan warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995). Perubahan warna gigi tersebut dapat terjadi saat atau setelah terbentuk email dan dentin. Faktor yang menyebabkan perubahan warna gigi adalah sejumlah noda (stain) sebagai hasil prosedur perawatan dental dan dapat juga karena perubahan warna yang mengenai bagian dalam struktur gigi selama pertumbuhan gigi (perubahan warna intrinsik). Sebagian besar perubahan warna terjadi di dalam dentin dan relatif sukar dirawat secara eksternal, namun apabila perubahan intrinsik lebih superfisial dan jelas lebih dapat diputihkan secara eksternal. Keberhasilan dari pemutihan ini, leih bergantung pada kedalaman perubahan warna di dalam email ketimbang pada warna dari perubahan warna itu sendiri (Walton dan Torabinejad, 1997). Tujuan perawatan kedokteran gigi adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupan manusia, hal ini dapat dicapai dengan mencegah penyakit, menghilangkan rasa sakit, memperbaiki efisiensi pengunyahan, dan meningkatkan pengucapan (Anusavice, 2004), tetapi dalam perawatan tersebut, seringkali pasien menginginkan nilai estetik yang baik 1

2 untuk penampilan dan meningkatkan rasa percaya diri (Saharjo, 2011). Seperti yang terdapat dalam hadits Rasulullah SAW dibawah ini, menyebutkan bahwa Allah itu menyukai keindahan. إ ن للا ال ج م ال ي ح ب ج م يل Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan (HR. Muslim). Perawatan kedokteran gigi adalah restorasi dengan sewarna gigi, kawat gigi, pemutihan gigi, rekonstruksi gusi, dan veneer untuk mendapatkan estetis (Saharjo, 2011). Veneer gigi adalah lapisan tipis yang direkatkan pada permukaan gigi dan ditujukan untuk memperindah susunan, tampilan, dan warna gigi, serta mengisi celah antar gigi (Sodiq, 2014). Terdapat dua macam teknik veneer yaitu veneer direk dimana pengerjaannya langsung pada gigi pasien dan veneer indirek yang membutuhkan kerjasama dengan tekniker laboratorium kedokteran gigi (Heymann dkk, 2002). Salah satu bahan untuk restorasi veneer adalah bahan dasar porselen dan bahan dasar komposit (Sodiq, 2014). Kelebihan bahan dasar porselen yaitu lebih kuat, memiliki daya tahan warna lebih baik dari resin komposit dan memberikan hasil lebih maksimal, kekurangan bahan dasar porselen ini dari segi harga bahan ini memang mahal (Sodiq, 2014). Kelebihan bahan dasar komposit yaitu memiliki warna yang menyerupai dengan warna gigi, penghantar panas yang rendah, relatif mudah dimanipulasi, tahan lama untuk gigi anterior, dan tidak larut dalam cairan mulut serta biokompabilitas yang tinggi, tetapi resin komposit juga memiliki kelemahan yaitu tidak memiliki

3 kekuatan yang baik dan terdapat penyusutan pada saat polimerisasi yang menyebabkan terbentuknya celah antara dinding kavitas dan resin komposit yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran mikro (Yumira, 2010). Bahan restorasi resin komposit secara umum telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi gigi dengan kualitas estetis dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan gigi. Kegunaan utama resin komposit adalah sebagai bahan restorasi baik pada gigi anterior dan posterior. Resin komposit pertama kali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962 dan bahan ini berkembang sebagai bahan restorasi karena mempunyai sifat estetis yang baik (Yumira, 2010). Salah satu macam resin komposit adalah resin komposit nanohibrid yang merupakan gabungan dari komposit microfiller dan komposit nanofiller, ratarata berukuran 0,2-3 µm. Komposit nanohibrid memiliki sifat fisik dan mekanis yang baik serta mudah dipoles (permukaannya halus) (Uskovic, 2010). Resin komposit tidak mampu berikatan secara kimiawi dengan jaringan keras gigi sehingga dapat menyebabkan marginal leakage, marginal stain, karies sekunder dan iritasi pulpa sehingga dibutuhkan suatu bahan adhesif (Philips, 1991). Terdapat berbagai macam bahan adhesif, salah satunya adalah self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 (Anusavice, 2004). Philips, (1991) mengatakan bahwa semen resin sebagai pelekat restorasi estetis merupakan komposit microfilled atau hibrid dengan kandungan utama resin Bis-GMA atau urethane dimethacrylate, dan filler silica atau glass dan semen

4 ionomer kaca tipe 1 atau disebut dengan ASPA (Aluminate Silicate and Polyacrilic Acid), selain sebagai bahan restorasi, SIK dapat digunakan sebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapis kavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit, serta sebagai semen adhesif pada perawatan estetis (Anusavice, 2004). Ukuran partikel gelas SIK bervariasi, yaitu 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting (Heymann dkk, 2002). Uji kekuatan tarik merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kekuatan perlekatan bahan kedokteran gigi, diamati daerah yang terjadi patah atau lepasnya perlekatan. Dan letak terjadi patah atau lepasnya perlekatan yang terjadi pada daerah interface antara struktur gigi dengan bahan self adhesif semen adhesif (Dewi, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kekuatan tarik dari bahan self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 pada restorasi veneer indirek resin komposit nanohibrid. Uji tarik dilakukan untuk mengetahui seberapa bagus kualitas dari sebuah self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan : Apakah terdapat perbedaan kekuatan tarik antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 pada restorasi veneer indirek komposit nanohibrid.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kekuatan tarik antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 pada restorasi veneer indirek komposit nanohibrid. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan tarik antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 pada restorasi veneer indirek komposit nanohibrid. b. Untuk mengetahui manakah yang memiliki kekuatan tarik lebih baik antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengetahui kekuatan tarik dari masing-masing self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 pada restorasi veneer indirek resin komposit nanohibrid. 2. Bagi Peneliti Lain Memberikan gambaran kepada penelitian lain untuk membuat suatu penelitian baru dan mengembangkan penelitian yang sudah ada. 3. Bagi Dunia kedokteran gigi Penelitian ini dapat menambah informasi ilmiah terutama bidang biomaterial mengenai bahan mana yang lebih baik dan lebih tahan untuk digunakan pada restorasi veneer indirek resin komposit nanohibrid.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Perbedaan Kekuatan Tarik Perlekatan Resin Komposit Sinar Tampak pada Gigi dengan Sistem Bonding Generasi V dan Generasi VII (G-bond) oleh Kristina Wijaya Gunawan dkk, (2008). Penelitian ini membandingkan dua bahan adhesif tersebut dengan menggunakan resin komposit sinar tampak dan direndam dalam akuades selama 24 jam dengan suhu kamar. Hasil yang diperoleh adalah kekuatan tarik perlekatan resin komposit sinar tampak pada gigi dengan sistem bonding generasi VII lebih tinggi daripada sistem bonding generasi V. 2. Comparative evaluation of tensile bond strength of Composite resin to etched and unetched glass ionomer Cement-an in vitro study oleh Aditya Mitra dkk, (2012). Penelitian ini membandingkan etsa asam dan semen ionomer kaca tipe 1 liner dengan semen ionomer kaca tipe 1 tanpa etsa asam untuk mengetahui kekuatan ikatan tarik yang baik pada bahan restorasi. Kedua jenis bahan yang diteliti tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam kekuatan tarik, baik dilapisi ataupun tidak dilapisi oleh etsa asam. 3. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mencari tahu tentang perbedaan kekuatan tarik self adhesif semen relyx TM U200 dengan semen ionomer kaca tipe 1 Fuji I pada restorasi veneer indirek komposit nanohibrid.