BAB I PENDAHULUAN. Sumber: BPS Jawa Barat (2013)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

BAB I PENDAHULUAN. regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri kecil menengah sebagai salah satu

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Analisis Isu-Isu Strategis

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Perkembangan UMKM Kota Bandung dan Jawa Barat Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sektor yang meningkat secara pesat. Banyak masyarakat Indonesia yang menjadi pelaku bisnis UMKM untuk memenuhi biaya hidupnya. Hal tersebut juga dirasakan pada kota Bandung, UMKM di kota Bandung dan Jawa barat saat ini terus menerus mengalami perkembangan yang pesat dan semakin memiliki potensial dari setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Pemerintah kota Bandung dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dapat dilihat dalam tabel 1.1: Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Jawa Barat Periode 2010-2012 Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total 2010 8.616.294 106.591 7.408 1.536 8.731.829 2011 8.626.671 116.062 8.181 1.728 8.752.642 2012 9.042.519 115.749 8.235 1.853 9.168.356 Sumber: BPS Jawa Barat (2013) Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan UMKM dari jumlah unit Mikro hingga Besar di Jawa Barat pada periode tahun 2010-2012. Tahun 2010-2011, unit usaha mikro mengalami peningkatan dari jumlah 8.616.294 unit menjadi 8.626.671 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang terbilang tinggi menjadi dari 8.626.671 menjadi 9.042.519 unit. Pada Unit usaha kecil di tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dari 106.591 unit menjadi 116.062 unit namun mengalami penurunan lagi sebesar 115.749 unit pada tahun 2012. Sedangkan unit usaha menengah pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dari jumlah 7.408 unit menjadi 8.181 unit dan terus melanjutkan peningkatan 1

menjadi 8.235 unit pada tahun 2012. Untuk unit usaha besar pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dari 1.536 unit menjadi 1.728 unit dan terus meningkatan menjadi 1.853 unit pada tahun 2012. UMKM memiliki peranan yang cukup berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto untuk meningkatkan perekonomian di Jawa Barat dapat dilihat pada table 1.2: Tabel 1.2 Peranan UMKM Terhadap PDRB (Persen) Jawa Barat 2011-2012 Tahun Skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Besar 2011 54,20 % 45, 80 % 2012 54, 55 % 45, 45 % Sumber: BPS Jawa Barat (2013) Tabel 1.2 ini menjelaskan peranan UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Pada tahun 2011, peranan UMKM memiliki 54,20% terhadap PDRB Jawa Barat dan mengalami peningkatan menjadi 54,55 % pada tahun 2012. Sebaliknya, usaha besar mengalami penurunan dari 45,80% pada tahun 2011 menjadi 45,45% pada tahun 2012. Pertumbuhan perekonomian di Jawa Barat tidak terlepas dari peranan UMKM kota Bandung. Sebagai kota Industri Kreatif, pertumbuhan sektor industri di kota Bandung pada tahun 2012 sangat signifikan, khususnya industri kecil. Pada tahun 2010 terdapat 3.108 unit usaha industri kecil formal dan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 3.164 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 51.366 orang. Selain itu ada juga industri non formal yang jumlahnya 12.266 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja mencapai 43.321 orang. (BPS Kota Bandung 2013) 2

Selain itu, kota Bandung juga memiliki sentra bisnis yang memiliki potensi untuk berkembang. Terdapat 7 Kawasan industri dan perdagangan yang berpotensi menjadi pusat bisnis sekaligus tempat wisata industri berkelas internasional di masa yang akan datang. Adapun ketujuh sentra tersebut sebagai berikut: Tabel 1.3 Tujuh Sentra Industri Berpotensi di Bandung Tahun 2012 No Sentra Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi/Tahun (Unit) (Orang) 1 Sentra Industri Rajut Binong Jati 293 2.143 852.200 Lusin 2 Sentra Industri Produk Tekstil Cigondewah 313 567-3 Sentra Industri Jeans Cihampelas 59 352-4 Sentra Industri Sepatu Cibaduyut 577 3.008 3.114.022 Pcs 5 Sentra Industri Sablon Kaos Suci 409 2.721 177.300 Lusin 6 Sentra Industri Tahu Cibuntu 408 1.518 2.161 Juta Pcs 7 Sentra Industri Boneka Sukamulya 17 212 768.940 Lusin Total 2.076 10.521 - Sumber : http://sentraindustribandung.com/ Tabel 1.3 menunjukkan 7 sentra industri yang berpotensi di Bandung yang terdiri dari jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi per tahun. Pada sentra industri rajut Binong Jati memiliki unit usaha kurang lebih sebanyak 293 unit,memiliki 2.143 tenaga kerja dan berkapasitas 852.200 lusin untuk setiap produksi per tahun. Sentra industri tekstil Cigondewah memiliki kurang lebih 313 pengusaha tekstil dan memiliki 567 tenaga kerja. Sentra industri Jeans Cihampelas memiliki kurang lebih 59 pengrajin jeans dan menyerap tenaga kerja sebesar 352 orang. Sentra industri sepatu Cibaduyut 3

memiliki kurang lebih 577 pengusaha sepatu,memiliki 3.008 pengrajin sepatu dan memproduksi tiap tahunnya sebesar 3.114.022 pcs sepatu. Pada sentra industri kaos suci memiliki kurang lebihnya 409 unit usaha,memiliki 2.721 pengrajin sablon dan setiap tahunnya memproduksi 177.300 lusin. Sentra industri tahu cibuntu memiliki kurang lebih 408 pengusaha tahu,memiliki tenaga kerja 1.518 orang dan setiap tahunnya memproduksi 2.161 Juta Pcs tahu. Dan sentra industri boneka Sukamulya mempunyai kurang lebih 17 unit usaha,menyerap tenaga kerja sebesar 212 orang dan menghasilkan 768.940 Lusin untuk setiap tahunnya. 1.1.2. Profil Sentra Industri Tahu Cibuntu Terletak di Jalan Babakan Ciparay, kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi tahu. Tahu dengan ciri warna kuning alami ini dikenalkan pertama kalinya oleh seseorang berkebangsaan cina pada tahun 1937 dan baru mulai melejit pamor tahu cibuntu ini sekitar tahun 1972 (http://www.peluangusaha.kontan.co.id/). Saat ini terdapat kurang lebih 408 produsen tahu. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 2.161 Juta potong dengan nilai investasi Rp. 13.472 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 1.518 Orang. Tahu cibuntu masih laris di pasar-pasar tradisional. Selain di pasar-pasar, tahu cibuntu juga tidak jarang didagangkan secara langsung oleh pedagang sayur atau pedagang tahu keliling (biasanya menggunakan sepeda/motor). Tahu cibuntu memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingkan dengan tahu tahu yang lain, kelebihan tahu cibuntu ini adalah aromanya yang tidak berbau kurang sedap dan juga rasanya yang gurih alami, hal ini karena tahu khas cibuntu dibuat secara manual dengan pengawasan secara langsung dan juga air yang digunakan untuk tahu cibuntu ini berasal dari air sumur/artesis yang berada di kawasan cibuntu dengan kualitas yang baik. Selain itu, tahu ini menggunakan pengawet alami (kunyit) sehingga tidak ada kekhawatiran akan adanya bahan kimia yang terdapat pada tahu. Persaingan antara produsen tahu kini kian ketat. Banyak di antara para 4

pedagang keliling yang kini juga beralih menjadi produsen dan memproduksi tahu sendiri dengan menyewa pabrik tahu untuk pembuatannya. Namun, persaingan tersebut masih bisa dibilang sehat karena mereka bersaing untuk menjual produk mereka kepada konsumen yang berbeda beda. Para pedagang batagor, tukang kupat tahu, hingga ibu-ibu masih mengandalkan tahu dari cibuntu sebagai tahu yang mereka gunakan untuk berjualan ataupun untuk konsumsi secara langsung sebagai makanan sehari hari (http://www.bandungtourism.com/) Berikut adalah tabel jumlah unit usaha yang berada pada Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung: Tabel 1.4 Jumlah Unit Usaha Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung Periode 2012-2013 No. Tahun Unit Usaha (Unit) 1. 2012 408 2. 2013 348 Sumber: BPS Jawa Barat (2014) diolah. Tabel 1.4 menunjukan jumlah unit usaha yang terdapat di Sentra Industri Tahu Tempe Cibuntu Bandung. Pada tahun 2012, unit usaha yang terdapat di Sentra Industri Tahu Tempe Cibuntu Bandung berjumlah 408 unit. Sedangkan pada tahun 2013, unit usaha yang terdapat di Sentra Industri Tahu Tempe Cibuntu Bandung menurun menjadi sejumlah 348 unit. Berikut beberapa proses kegiatan bisnis di industri Tahu Cibuntu (sumber dari 2 responden pra penelitian) : 5

Pada industri Tahu Tempe Cibuntu ada beberapa proses besar yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk kegiatan bisnis sehari harinya, dapat dilihat pada gambar 1.1: Gambar 1.1 Proses Kegiatan Bisnis Tahu Cibuntu Permintaan dan Penawaran Tahu cibuntu dipasok ke berbagai pasar dan rumah makan secara rutin karena selalu adanya permintaan.. Proses Distribusi Mendistribusikan melalui jalur darat dengan menggunakan sepeda, motor dan mobil. Proses Produksi Tahu diproduksi di pabrik dengan menggunakan alat tradisional dan moderen Proses Pemasaran Pemasaran dilakukan dengan cara menjual langsung dan melalui perantara pedagang keliling. sumber: hasil wawancara yang digambarkan oleh penulis,2015 6

Proses kegiatan bisnis tahu cibuntu dimulai dengan adanya permintaan dari beberapa pasar dan rumah makan di daerah Bandung. Bukan hanya pasar di lokasi cibuntu saja, melainkan hingga pasar yang lokasinya cukup jauh dari cibuntu. Proses produksi tahu dimulai dengan membeli kedelai berkualitas. Kedelai yang digunakan berasal dari amerika, karena kualitasnya yang lebih stabil terjaga disbanding dengan kedelai lokal. Lalu kedelai itu direndam selama semalaman sebelum dilanjutkan pada proses pemasakan. Setelah proses pemasakan, adonan dimasukan kedalam cetakan tahu, pada proses ini adonan tahu masih berwarna putih. Setelah adonan mengeras, tahu siap dipotong potong dan memulai proses pewarnaan. Cara mewarnainya, tahu yang sudah dipotong potong direbus kedalam air mendidih yang sudah dicampur dengan kunyit sehingga warnanya akan menjadi kuning. Setelah pewarnaan selesai, tahu siap untuk dijual. Proses pemasaran tahu dilakukan dengan cara menjual tahu langsung di tempat produksi, pedagang pasar sekitar langsung membeli tahu dari tempat produksi. Selain itu, beberapa pelaku usaha juga ada yang memasarkan tahu buatan mereka dengan cara menjual keliling menggunakan motor atau sepeda khusus yang dibuat sedemikian rupa sehingga ada tempat untuk menyimpan tahu. Proses distribusi yang dilakukan oleh pelaku usaha tahu cibuntu yaitu menggunakan jalur darat yaitu mengantarkan pesanan tahu mereka menggunakan sepeda, motor dan juga mobil ke berbagai wilayah. 1.2. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan 7

meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-asean (crmsindonesia.org. Diakses Senin, 2 Maret 2015). Tjatur (politisi PAN) menyatakan dengan masuknya Indonesia kedalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka sudah tidak ada lagi sekat bagi Negara Negara di ASEAN untuk memasarkan produknya ke Indonesia. Dengan demikian, persaingan di dunia usaha pun akan semakin ketat. Sehingga persaingan yang dialami bukan hanya sesama perusahaan atau pelaku usaha yang berada di dalam negeri melainkan seluruh perusaha atau pelaku usaha yang terdapat di Negara Negara ASEAN (news.liputan6.com. Diakses Selasa, 5 Mei 2015). MEA akan memberkan dampak perubahan pada ASEAN untuk menjadi kawasan dengan sistem aliran bebas barang dan jasa, investasi serta tenaga kerja terampil dan aliran modal lebih bebas. Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam MEA, secara otomatis sedikit banyaknya akan mempengaruhi persaingan pasar di Indonesia. Oleh karena itu UMKM tidak akan bersaing di dalam Indonesia saja namun hingga ke kawasan ASEAN (Purwaningsih dan kusuma 2015). Menurut Jauhari (2010) UMKM merupakan salah satu bidang usaha yang memberikan kontribusi secara signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dilihat dari penyerapan tenaga kerja oleh UMKM dan juga kegiatan usaha yang dekat dengan masyarakat. Keberadaan UMKM sangat diharapkan eksistensinya dalam menumbuhkan perekonomian dan mempunyai daya saing yang tinggi. Pengelolaan modal intelektual sangat berpengaruh dalam pengembangan UMKM. Modal intelektual tidak hanya memiliki dampak positif pada kinerja keuangan saat ini saja, tetapi juga menunjukkan kinerja keuangan masa depan. (Widiastuti dan Sulistyandari 2014). Henry (2013) menambahkan bahwa diperlukan pengetahuan dalam meningkatkan potensi serta penerapan 8

fungsional pada IC sebagai strategi bisnis. Intellectual capital juga merupakan sumber dari human capital, relational capital yang disebabkan oleh dampak lingkungan, dan structural capital sebagai bentuk konsekuensi hubungan internal dan eksternal. (Jardon dan maria, 2009) Pada sebuah organisasi, intellectual capital dianggap sangat penting karena dengan intellectual capital yang dimiliki akan meningkatkan kinerja karyawannya, dimana ketika kinerja karyawan meningkat akan sangat membantu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. (Alawy 2010) Hal tersebut menunjukkan bahwa modal intelektual mempunyai peran yang cukup penting dan strategis bagi peningkatan kinerja dan kualitas sebuah organisasi atau perusahaan. Sentra Tahu Cibuntu yang merupakan salah satu sentra potensial di kota Bandung, masih terbilang tradisional dalam melakukan proses produksi tahu. Adapun tahu yang dihasilkan adalah tahu yang memiliki ciri berwarna kuning dimana warna yang digunakan adalah berasal dari bahan alami yaitu menggunakan kunyit. Dalam pemasarannya pelaku usaha di Sentra Tahu Cibuntu masih terbilang tradisional juga karena pemasarannya secara langsung melalui para pedagang di pasar. Proses distribusi produk tahu ini melalui dua cara, ada produk tahu yang dikirim ke para pedagang di pasar dan ada juga pedagang yang secara langsung mengambil produk tahu ke pabrik. Sentra Tahu Cibuntu juga sudah sangat dikenal oleh masyarakat sekitar karna rasa tahunya selain gurih, tahu di Cibuntu tidak berbau, selain itu tahu yang dihasilkan memiliki rasa yang lebih berbeda dari pada tahu ditempat lainnya. Namun begitu Sentra Tahu Cibuntu tidak terlepas dari berbagai permasalahan internal perusahaan. Para pelaku usaha masih sering disibukkan untuk pencarian solusi atas pemecahan masalah yang ada pada usahanya. (Hasil survey pra penelitian) Menurut pak Ence sebagai humas pabrik tahu NJ, sempat ada beberapa kendala mengenai pegawai yang keluar dari pekerjaannya tanpa izin atau tanpa sepengetahuan pihak manajemen. (Hasil wawancara dengan pak Ence, Humas pabrik tahu NJ, 2015) 9

Menurut pak Dedi sebagai ketua Paguyuban Tahu Cibuntu Bandung, saat ini dalam proses kegiatan kerja pembuatan tahu cibuntu sudah tidak ada campur tangan pemerintah. Seharusnya campur tangan pemerintah itu berupa berlangsungnya kegiatan koperasi. Koperasi yang seharusnya berfungsi sebagai pemutar uang untuk UMKM kini sudah beku. Sehingga pengrajin kecil sulit mendapatkan modal. Dengan sulitnya mendapatkan modal, tidak sedikit dari pengrajin yang seharusnya mereka memiliki usaha sendiri, menjadi harus ikut kepada usaha milik orang lain. UMKM di Sentra Tahu Cibuntu Bandung pun masih banyak yang belum menjalankan dan memiliki prosedur dalam keseharian proses kerjanya. (Hasil wawancara dengan pak Dedi, Ketua Paguyuban Tahu Cibuntu Bandung, 2015) Di Sentra Tahu Cibuntu terbagi menjadi beberapa lingkup usaha diantaranya lingkup pabrik dan linngkup rumahan. Di Sentra Tahu ini juga terdapat permasalahan yang umum terjadi yaitu beberapa di antaranya adalah pekerja yang tidak betah menjadikan arus pergantian pekerja lebih cepat sehingga menggannggu kinerja dari bisnis, keterbatasan modal usaha sehingga memaksa para pelaku usaha untuk meminjama modal kepada Rentenir. Keberadaan rentenir ini dirasa sangat merisaukan para pelaku usaha sehingga harapan pelaku usaha agar pemerintah mau memfasilitasi koperasi simpan pinjam khususnya di Sentra Tahu Cibuntu. (hasil survey pra penelitian) Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh narasumber di sentra tahu cibuntu diatas, maka masih ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Sentra Tahu Cibuntu. Sentra Tahu Cibuntu yang merupakan sentra potensial di Kota Bandung, pada umumnya para pelaku usaha memiliki permasalahan pada kesulitan tenaga kerja, masih terbatasnya prosedur yang ada pada bisnis, keterbatasan modal usaha, serta pelaku usaha masih kesulitan dalam menjalin hubungan dengan pemerintah. Dalam pemecahan masalah pada Sentra Tahu Cibuntu ini diperlukan metode yang tepat dalam perumusan solusi pada permasalahan di Sentra Tahu Cibuntu yakni Intellectual Capital. Intellectual Capital memiliki hubungan positif dengan kinerja UKM. (Muhammad, et al, 2015). Intellectual capital dapat menjadi solusi kinerja 10

UMKM Tahu Tempe Cibuntu untuk meningkatkan daya saing agar mampu bersaing dalam kawasan perdagangan bebas ASEAN. Dengan mengoptimalkan komponen IC yang diharapkan proses produksinya akan lebih baik. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengelolaan Intellectual Capital (IC) pada UMKM sentra industri tahu cibuntu untuk menghadapi persaingan pasar 2015. Penulis mengambil judul penelitian Studi Intellectual Capital (IC) Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung. 1.3. Perumusan Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi hal yang sangat diperlukan untuk dapat memperkecil kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara negara-negara ASEAN dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. Masuknya Indonesia kedalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, maka sudah tidak ada lagi batasan antara Negara Negara di ASEAN untuk memasarkan produknya ke Indonesia. Dengan demikian, persaingan di dunia usaha pun akan semakin ketat. Oleh karena itu UMKM tidak akan bersaing di dalam Indonesia saja namun hingga ke kawasan ASEAN. UMKM merupakan salah satu bidang usaha yang memberikan kontribusi secara signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dilihat dari penyerapan tenaga kerja oleh UMKM dan juga kegiatan usaha yang dekat dengan masyarakat. Pengelolaan modal intelektual sangat berpengaruh dalam pengembangan UMKM. Modal intelektual tidak hanya memiliki dampak positif pada kinerja keuangan saat ini saja, tetapi juga menunjukkan kinerja keuangan masa depan. Dalam penelitian ini, untuk menciptakan keunggulan bersaing perlu dilakukan penelitian Intellectual Capital untuk meningkatkan potensi inovasi UMKM sehingga dapat memanfaatkan pengetahuan secara efisien. Maka diakukan penelitian Intellectual Capital terhadap tiga komponen utamanya yaitu Human Capital, Structural Capital dan Relational Capital dengan menggunakan metode pengukuran Intellectual Capital Statement yang 11

berpedoman pada European Union dengan referensi Intellectual Capital Statement made in Europe, European ICS Guidlines, DG Research (EC 2008a). Metode pengukuran ini menggunakan analisis data QQS Assessment, Impact Analysis, dan Management Portofolio. Berdasarkan pedoman yang digunakan, analisis data yang digunakan ini akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki UMKM Tahu Cibuntu, tingkat kepentingan faktor IC, posisi komponen IC, dan dapat merumuskan strategi IC. 1.4. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah Intellectual Capital (IC) serta kekuatan dan kelemahannya pada UMKM di Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung? 2. Bagaimanakah posisi komponen Intellectual Capital (IC) pada UMKM di Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung? 3. Bagaimanakah strategi Intellectual Capital (IC) pada UMKM di Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung? 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan diatas. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui Intellectual Capital (IC) serta kekuatan dan kelemahannya pada UMKM di Setra Industri Tahu Cibuntu Bandung. 2. Mengetahui posisi komponen Intellectual Capital (IC) pada UMKM di Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung. 3. Mengetahui strategi Intellectual Capital (IC) pada UMKM di Sentra Industri Tahu Cibuntu Bandung. 12

1.6. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai tambahan litelatur atau kajian pustaka untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Bagi peniliti, penelitian ini berguna dalam hal mengaplikasikan teori yang telah didapat dalam perkuliahan dengan lingkungan bisnis dalam kehidupan yang sesungguhnya di lapangan kerja serta penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang berfokus dalam pelaksanaan evaluasi bisnis. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini memiliki kegunaan bagi sentra industri yang terkait agar dapat meningkatkan keunggulan bersaing (competitive adventage) dan dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat untuk masa saat ini dan masa yang akan datang. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1. Batasan Penelitian Berdasarkan pada tahapan penelitian, dalam penelitian ini hanya akan membahas mengenai QQS Assessment, Impact Analysis, dan IC Management Portofolio dikarenakan waktu yang dimiliki oleh penulis terbatas. 1.7.2 Lokasi dan Objek Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat pada sentral industri tahu cibuntu kota Bandung yang beralamatkan pada jalan babakan ciparay, Bandung. Objek penelitian ini adalah intellectual capital yang terdapat pada sentral industri tahu cibuntu Bandung. 1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian Penulis melakukan penelitian ini terhitung dari bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2015. Berikut ini merupakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut: 13

Tabel 1.5 Waktu dan Periode Penelitian No. Kegiatan Ja nu Febuari Maret April Mei Ju ni Ju li Agu stu s Septe mber Okt ober Nov emb er Des emb er Jan uar i Fe bu Maret Pengumpulan 1 study literatur Pengerjaan 2 BAB 1 Pengerjaan 3 BAB 2 Pengerjaan 4 BAB 3 Pengumpulan 5 proposal Pengerjaan 6 BAB 4 Pengerjaan 7 BAB 5 Pengumpulan 8 Skripsi 14

1.8.Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini tersusun atas lima bab yang masing-masing terkait satu dengan yang lainnya dan tersusun secara berurutan seperti berikut : a. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdari dari tinjauan objek penelitian yang akan menerangkan secara singkat lingkup objek yang akan diteliti, lalu latar belakang permasalahan yang diangkat sesuai dengan alasan yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian, lalu diikuti dengan perumusan masalah beserta tujuan dari penelitian ini serta sistematika penulisan yang menjabarkan urutan dari penulisan penelitian ini. b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini terdiri dari teori-teori serta pembahasan dari hasil penelitan sejenis sebelumnya yang menunjang dan dijadikan landasan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. c. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, operasional variable, jenis dan sumber data, responden penenlitian, metode pengumpulan data, pengujian instrument penelitian, dan teknis analisis data. d. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan data penelitian serta hasil yang didapat dari penelitian kemudian disajikan dalam pembahasan yang menyeluruh sesuai dengan tujan penelitian. e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahaasan di bab sebelumnya yang disesuaikan dengan tujan awal penelitian serta dilengkapi dengan saran yang disesuaikan dengan kekurangan yang masih ada dalam proses dan hasil dari penelitian. 15