99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami kelesuan. Hal ini tentu berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

BAB I PENDAHULUAN. menggandrungi dan menyadari bahwa memiliki bisnis sendiri merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan globalisasi ditandai dengan semakin tingginya intensitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. baik unit usaha yang bergerak dalam penjualan barang maupun jasa, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan kerja baru sehingga dapat mendukung laba ekonomi rumah tangga, kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil secara mayoritas merupakan suatu usaha untuk mencegah adanya persaingan usaha yang tidak sehat (Djamhari, 2006). Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Negara kita pada beberapa waktu yang lalu, banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sedangkan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. UMKM setiap tahunnya mengalami perkembangan di dalam kontribusinya baik dari segi unit usaha, maupun penyerapan tenaga kerja. Begitu halnya dengan Kota Bandung, jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung pada tahun 2012 sebanyak 99,37 persen atau sebanyak 147.073 unit usaha. Sedangkan yang tergolong usaha besar (UB) hanya sekitar 0,63 persen atau sebanyak 926 unit usaha (BPS Kota Bandung). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kota Bandung ditopang oleh UMKM. Berikut data jumlah unit usaha UMKM dan Usaha besar : Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha UMKM dan Usaha Besar Hasil Pendataan Identifikasi Usaha Tahun 2012 Skala Persentase Unit Usaha Usaha Besar 0,63 % Usaha Mikro 99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung Selain itu, UMKM lebih banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012, tenaga kerja yang terserap UMKM sebanyak 87,93 persen, sedangkan tenaga

2 kerja yang terserap oleh usaha besar (UB) sebanyak 12,07 persen. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa UMKM lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB). Kota Bandung merupakan kota dengan penduduk yang sangat aktif dan berkembang cepat, termasuk pesatnya perkembangan industri kecil. Kota Bandung ditunjuk sebagai pilot project kota kreatif se-asia Timur dan Asia Tenggara berdasarkan pertemuan Yokohama Juli 2007. Selain itu, pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Ekonomi Kreatif Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung pun berlangsung semakin pesat, terutama dalam sektor fashion, desain, dan musik. Perkembangan industri kreatif tersebut berdampak terhadap produktivitas ekonomi daerah yang juga mengindikasikan peningkatan intensitas sistem kegiatan. (sumber: www.detik.com). Di era liberalisasi perdagangan, ditandai dengan maraknya produk impor sebagai intervensi komoditas produk konsumsi asing yang masuk bebas tanpa terbendung lagi, sehingga dibutuhkan akselerasi pengembangan usaha yang berdaya saing tinggi dan serangkaian langkah strategis untuk tetap memperkuat prioritas kebutuhan dalam menggerakkan sektor riil, salahsatunya adalah optimalisasi kawasan perindustrian perdagangan. Pratomo dan Soejono (Ingranti, 2009:125) mengemukakan bahwa keberadaan sentra dapat mempermudah munculnya bisnis dengan sumber daya alam produktif dalam sektor industri. Sentra industri sendiri bertujuan untuk mengelompokkan sejumlah industri yang memiliki sifat yang lebih mirip (serupa). Pemerintah Kota Bandung menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri, salah satunya adalah Sentra Industri Rajut Binong Jati. Sentra Industri Rajut Binong Jati terletak di Jalan Binong Jati, Kecamatan Batununggal, Bandung. Fokus sentra ini adalah berbagai macam jenis pakaian yang berbahan rajut, diantaranya seperti sweater, jaket, cardigan, syal, baju hangat dan lain-lain. Sebelum dibentuknya sentra industri rajut, sejak tahun 1960-an usaha rajut sudah ada. Usaha ini diawali dengan ajakan kerjasama warga Tionghoa dengan

3 warga sekitar untuk membangun industri rajutan. Saat itu, usaha rajutan masih menggunakan mesin tradisional. Kemudian usaha ini semakin berkembang. Tahun 70-an, delapan hingga sepuluh orang sudah membuka usaha yang serupa. Data dari Dinas KUKM Perindustrian Perdagangan menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah unit usaha secara signifikan. Berikut merupakan perkembangan sentra industri rajut : Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha sentra Industri Rajut Binong Jati 2006-2012 Tahun Jumlah unit usaha Jumlah tenaga kerja Kapasitas produksi 2006 352 2.938 1.013.760 2007 375 3.110 1.080.000 2008 390 3.120 1.123.200 2009 390 3.120 1.123.200 2010 390 3.120 1.123.200 2011 350 2.115 965.000 2012 293 2.143 984.426 Sumber : Dinas KUKMPERINDAG Kota Bandung Dari tabel diatas tampak bahwa pada tahun 2006 sampai tahun 2008, terjadi peningkatan yang signifikan, yaitu jumlah unit usaha pada tahun 2006 sebanyak 352 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2.938 dan kapasitas produksi sebanyak 1.013.760 lusin per tahun, pada tahun 2007 jumlah unit usaha bertambah menjadi 375 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja 3.110 orang dan kapasitas produksi sebanyak 1.080.000 lusin per tahun, kemudian pada tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah unit usaha sebesar 390, dengan jumlah tenaga kerja 3.120 orang dan kapasitas produksi sebanyak 1.123.200 lusin per tahun. Namun pada tahun 2011 mengalami penurunan jumlah unit usaha. 40 pengusaha memutuskan untuk menutup usahanya karena mengalami kerugian dan mahalnya bahan baku yaitu bahan benang acrylic yang tidak sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan. Jumlah tenaga kerja pun menjadi berkurang dan kapasitas produksi menurun menjadi 965.000 lusin per tahun. Pada tahun 2012, jumlah unit usaha semakin menurun, dari 350 unit usaha menjadi 293 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2,143 orang dan kapasitas produksi sebanyak 984,426 lusin per tahun.

4 Tahun 2008, merupakan puncak kejayaan bagi Sentra Industri Binong Jati, karena sedang maraknya fashion berbahan rajut, salahsatunya cardigan. Menurut salah satu pemilik usaha rajut binong jati, bahwa pada saat itu permintaan mengalami kenaikan sehingga jumlah unit usaha pun mengalami pertambahan. Namun, pada tahun 2010, tidak semua pengusaha dapat mempertahankan usahanya dan memilih untuk menghentikan usahanya tersebut. Setelah melakukan pra-penelitian pada 10 pengrajin rajut Binong Jati, diketahui bahwa penjualan rajut mengalami penurunan. Nama Pengrajin Tabel 1.3 Perkembangan Hasil Penjualan Para Pengrajin Sentra Rajut Binong Jati per-bulan (selama tiga bulan) Periode Oktober-Desember 2013 Penjualan per-bulan Oktober November Desember Limas Rp.58.500.000 Rp. 78.000.000 Rp. 39.000.000 Karina Rp. 120.000.000 Rp. 88.000.000 Rp. 20.000.000 Arifin Rp. 56.000.000 Rp42.000.000 Rp. 33.600.000 Uli Rp. 84.000.000 Rp. 63.000.000 Rp. 52.500.000 Nuralina Rp. 140.000.000 Rp. 114.450.000 Rp. 112.000.000 Solihin Rp 28.000.000 Rp. 24.000.000 Rp19.200.000 Ade Sumarna Rp. 35.000.000 Rp. 17.500.000 Rp. 26.250.000 Udung Rp. 135.000.000 Rp. 116.100.000 Rp. 108.000.000 Wapih Rp. 21.000.000 Rp. 14.000.000 Rp. 10.500.000 Eka Wijaya Rp. 56.000.000 Rp. 60.000.000 Rp. 40.000.000 sumber: data observasi pra-penelitian, sudah diolah. Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil penjualan para pengrajin sebagian mengalami penurunan dari jangka waktu 3 bulan tersebut. Meskipun ada yang sempat mengalami kenaikan pada bulan November, namun pada bulan Desember, hasil penjualan rajut mengalami penurunan. Penurunan hasil penjualan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, karena sentra industri ini berhubungan dengan fashion, selera masyarakat sangat menentukan dalam permintaan terhadap rajut.

5 Jika pengrajin tidak bisa mengikuti trend fashion yang sedang booming di masyarakat, tentu permintaan terhadap rajut pun akan mengalami penurunan. Sentra industri ini sebenarnya memiliki peluang yang cukup tinggi untuk bisa memperluas dan mengembangkan usaha rajut. Letaknya yang strategis, memiliki peluang untuk banyak dikunjungi para wisatawan untuk membeli buah tangan berupa kerajinan rajut, baju atau sweater. Namun, belum ada akses jalan masuk yang mudah menuju area sentra sehingga orang-orang kurang tertarik untuk mengunjungi area sentra. Berbeda halnya dengan sentra industri Jeans Cihampelas yang sudah menjadi kawasan kluster wisata dimana daerah tersebut memiliki akses yang mudah serta memiliki daya tarik bagi para wisatawan karena daerah ini terdapat mall, hotel, factory outlet, restoran dan sebagainya. Untuk mengetahui keberhasilan usaha industri rajut Binong Jati, maka judul penelitian yang akan penulis angkat adalah, STUDI DESKRIPTIF KEBERHASILAN USAHA INDUSTRI RAJUT BINONG JATI 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana peranan modal kerja pengusaha industri rajut Binong Jati? 2. Bagaimana peranan perilaku kewirausahaan pengusaha industri rajut Binong Jati? 3. Bagaimana peranan kemampuan manajerial pengusaha industri rajut Binong Jati? 4. Bagaimana peranan pemasaran rajut Binong Jati? 5. Bagaimana banyaknya pengadaan bahan baku pengusaha industri rajut Binong Jati? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peranan modal kerja pengusaha industri rajut Binong Jati

6 2. Untuk mengetahui peranan perilaku kewirausahaan pengusaha industri rajut Binong Jati 3. Untuk mengetahui peranan kemampuan manajerial pengrusaha industri rajut Binong Jati 4. Untuk mengetahui peranan pemasaran rajut Binong Jati 5. Untuk mengetahui banyaknya pengadaan bahan baku pengusaha industri rajut Binong Jati 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang keberhasilan usaha Industri 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya dibidang perekonomian. 3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis. b. Manfaat Praktis 1. Bagi pengusaha kecil, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui keberhasilan usaha industri 2. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong usaha kecil 3. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha industri 4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait industri rajut Binong Jati