I. PENDAHULUAN. areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1999 mengalami kenaikan yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (MINI PLANT)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

PELUANG PENGEMBANGAN PABRIK KELAPA SAWIT SKALA KECIL DI DAERAH RIAU 1 (The opportunity in Developing a Small Scale Oil Palm Industry in Riau Region)

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan rakyat, cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

/1 /.(1 tl ) 1.:,.. \ ANALISIS BIAYA DAN PENERIMAAN PRODUKSI CPO DI PTPN V SEI PAGAR KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU BOYYUSUF A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1, Letak dan Keadaan Geogrqfls Desa Pantai Raja terletak di kecamatan Perhentian

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Group atau Astra International Group dimana perusahaan ini bergerak dalam

KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

Sakti Hutabarat Staf pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara.

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

POSITION PAPER KPPU TERHADAP PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholdernya. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan

PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama periode 1998-2003 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya sebesar 12,2%. Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1999 mengalami kenaikan yang cukup signifukan, yaitu sebesar 13,7% dari 2,8 juta hektar menjadi 3,2 juta hektar. Kemudian di tahun 2000 mengalami lonjakan pertumbuhan sebesar 18,8% dari 3,2 juta hektar menjadi 3,s juta hektar. Namun pada tahun 2001 terjadi penurunan persentase pertumbuhan menjadi 17,3% lalu turun menjadi 8,2% di tahun 2002 dan kembali turun manjadi 3,O % di tahun 2003. Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia, 1998-2003 (Hektar) Perkebuanan Tahun Rakyat 1998 890.506 1999 1.038.289 2000 1.190.154 2001 1.566.031 2002 1.795.321 2003 1.810.641 Sumber: Infordev, 2004 Pcrkebuanan Besar (Negara) 489.143 516.447 528.716 540.728 556.323 560.557 Perkebunan Besar (Swam) 1.409.134 1.617.427 2.050.739 2.3 14209 2.430.222 2.554.882 Total 2.788.783 3.172.163 3.7693609 4.420.968 4.781.866 4.926.080 Pertumhul~an (%) Dilihat dari segi kepemilikan perkebunan kelapa sawit, maka areal l3,7 18.8 17.3 82 3,O perkebunan perkebunan terbesar d i d oleh perkebunan besar swasta (PBS). Pada posisi kedua adalah perkebunan rakyat (PR), dan tempat ketiga adalah perkebunan besar negara (PBN). Perkebunan milik swasta bertambah dengan masuknya investor baru baik lokal maupun asing, sedangkan perkebunan rakyat berkembang dengan adanya program Perkebunan Inti Rakyat Perkebunan (PIR- BUN) sejak tahun 1980 dan Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans) sejak tahun 1986 terutama di propinsi-propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Pengertian PIR-BUN secara konsepsional adalah suatu

pola pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, berkesinambungan, melalui sistem pengelolaan usaha mulai dari produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil. Tabel 2. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia Menurut Wilayah dan Status Pengolahannya, 2003 Jika diklasifikasikan berdasarkan kepulauan, maka sumatera merupakan kontributor utama baik luas areal maupun produksi kelapa sawit nasional dengan total areal mencapai 75,4% dari total areal nasional. Kemudian di posisi berikutnya adalah Kalirnantan sebesar 20,4%, Sulawesi 2,8%, serta Irian Jaya dan Jawa masing-masing sebesar 1,2% dan 0,3%. Pada tahun 2003 luas tanaman kelapa sawit di wilayah Riau merupakan yang terbesqx dengan luas areal mencapai 1.326.023 Ha atau sekitar 26,9% dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional seluas 4,9 juta Ha.

Pada umumnya perkebunan kelapa sawit besar memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit, sedangkan perkebunan rakyat umumnya justru tidak memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit. Produksi perkebunan rakyat yang berupa tandan buah segar (TBS) kemudian diolah pada perkebunan besar yang memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit. Walaupun pola PIR juga dijalankan oleh perkebunan swasta, perkebunan besar negara tampaknya memiliki peran yang lebih besar dalam pola PIR yang berhubungan dengan perkebunan rakyat tersebut. Produksi CPO pada tahun 1999 mengalami pertumbuhan sebesar 6,5%. Sementara itu pada tahun 2000 juga terjadi lonjakan produksi menjadi 7,6 juta ton dari sekitar 6 juta ton yang berarti mengalami pertumbuhan sebesar 26,2%. Untuk tahun 2001 produksi CPO mencapai 9,09 juta ton, kemudian di tahun 2002 produksinya naik sebesar 10,1% menjadi 10,02 juta ton. Higga tahun 2003 produksi CPO di Indonesia telah mecncapai 10,68 juta ton atau naik sebesar 6,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Dapat disimpukan rata-rata pertumbuhan produksi CPO dari tahun 1998-2003 adalah 13,88% per tahun Tabel 3. Perkembangan Produksi Minyak Sawit (CPO) Menurut Pengusahaannya, 1998-2003 Perkebunan Tahun Rakyat 1998 1.348.163 1999 1.544.300 2000 1.977.814 2001 2.800.744 2002 3.134.323 2003 3.648.774 Pertumbuhan Rata-rata (%) Pcrkebunan Besar (Negara) 1.857.089 1.845.599 1.970.578 1.606.458 1.642.825 1.673.212 Perkehunan Besar (Swasta) 2.434.902 2.615.000 3.632.109 4.690.270 5.242.837 5.360.916 TOTAL 5.640.154 6.004.899 7.580.501 9.097.472 10.019.985 10.682.902 Pertumbuhan (%) 6,s 26,2 20.0 10,l 6.6 13.88 Sumber: Direktorat Ienderal Perkebunanllnfordev, angka diolah Mengingat luas areal perkebunan kelapa sawit di propinsi Riau merupakan terbesar dibandiigkan propinsi lainnya di Indonesia, maka produksi kelapa sawitnya sekaligus merupakan terbesar dibandingkan propinsi lainnya. Pada tahun

2003, produksi kelapa sawit di propinsi Riau mencapai sekitar 3,3 juta ton atau sekitar 32,5% dari total produksi kelapa sawit nasional yang berjumlah 10,3 juta ton. Sementara itu propinsi Sumatera Utara berada di urutan kedua dengan produksi mencapai sekitar 2,l juta ton atau 21,2% terhadap produksi nasional. Tabel 4. Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Menurut Wiayah dan Status Pengolahannya, 2003 12 I Nus8 Tenggara I I I I 1 I JAWA-BALI 13.430 1 13.153 1 4.842 1 31.425 1 03 13 1 Kal. Barat I 261.573 1 100.963 1 155.175 1 517.711 1 4.8 Sumbcr: Direktorat Jendsral Pcrkebunannnfordev, data dialah Jia dibandmgkan proporsi wilayah luas tanaman dan proporsi produksi CPO, dimana share wilayah sumatera mencapai 75,4% luas tanaman nasional dengan produksi CPO yang mencapai 85% dari produksi CPO nasional, maka dapat dilihat bahwa produktivitas di wilayah Sumatera juga lebih tinggi rjibandiigkan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia. Sebaliknya suatu perbandingan antar propinsi menunjukkan bahwa propinsi Riau dan Sumatera Utrara menunjukkan tingkat produktiitas CPO tertinggi. Salah satu perkebunan besar rnilik negara (PBN) yang berada di propinsi Riau adalah PTPN V yang dalam pengelolaannya memiliki 23 kebun sendiriiti

yang memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sebesar 68.61 1 Ha. Disamping itu juga melakukan kemitraan dengan petani plasma yaitu melakukan pembelian hasil produksi kebun plasma berupa TBS (Tandan Buah Segar). Pada tahun 2003, PTPN V mengintensitkan pembelian TBS dari pihak I11 (petani non plasma) untuk memenuhi idle capacity dari sekitar PKS PTPN V. Untuk mengolah hasil kebun sendiii dan kebun plasma, PTPN V merniliki 12 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas olah 550 ton TBS per jam dengan hasil olahan minyak sawit (CPO) dan inti sawit. 1.2. Pewpusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka nampak bahwa sebagian besar perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia berada di pulau Sumatera dengan propinsi terluas adalah Riau. PTPN V yang merupakan perkebunan besar milk negara mempunyai peran yang sangat besar terhadap usaha perkebunan kelapa sawit di propinsi Riau sejalan dengan program PIR-BUN dan PIR-Trans, yang salah satu lokasi perkebunan kelapa sawit dan PKS berada di Sungai Pagar. Untuk mengetahui kinerja keungan pada PTPN V dan PTPN V Sei Pagar sebagai salah satu PKS yang d i i oleh PTPN V, maka investasi pada pabrik kelapa sawit (PKS) haruslah memberikan tingkat keuntungan ekonomi dari keuntungan operasi setelah dikurangi biaya oportunitas dari nilai yang diinvestasikan, sehingga para shareholders dan peminjam modal mengetahui usaha yang aman dari resiko yang dapat diperbandingkan. Dengan diketahuinya pendqpatan, biaya, maka dapat kita telaah tingkat perolehan keuntungan (keqpulabaan) dr~p nilai tambah ekopppis.

Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar kemampulabaan dan nilai tambah ekonornisnya yang dihasilkan oleh PTPN V Sei Pagar dan PTPN V tersebut. Dengan membandingkan hasil penilaian kierja keuangan PTPN lainnya dan perusahaan perkebunan swasta, maka gambarm kinerja keuangan di PTPN V akan lebih baik lagi. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis kierja keuangan PTPN V Sungai Pagar, Riau. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini secara rinci bertujuan untuk: 1. Menganalisis kemampulabaan PTPN V Sei Pagar. 2. Menentukan harga pokok (biaya rata-rata produksi) dan kondisi titik impas PTPN V Sei Pagar. 3. Merumuskan saran perbaikan untuk meningkatkan kinerja keuangan PTPN V Sei Pagar. 4. Menganalisa nilai tambah ekonomis PTPN V. 5. Memperbandingkan kinerja keuangan PTPN V dengan PTPN lain dan perusahaan perkebunan swasta sejenis. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan infonnasi kepada manajemen PTPN V SEI Pagar, PTPN V, para investor, dan masyarakat urnum lainnya tentang: 1. Kinerja keuangan PTPN V SEI Pagar. 2. Pencapaian kinerja keuangan PTPN V dapat diat dari sisi kepentingan perusahaan dan pemegang sabam.