Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

Mitha Destyowati ABSTRAK

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IMPLANT DI DESA BANJARANYAR KECAMATAN BALAPULANG KABUPATEN TEGAL

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMPLANT DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR DI BPS NY. HJ. FAROHAH DESA DUKUN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA KEMURANG WETAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN KB MOW DI DESA KALIPUCANG KULON WELAHAN JEPARA TAHUN 2013 Devi Rosita 1 INTISARI Peningkatan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. MOW merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Namun kenyataan di lapangan ibu-ibu jika ditanya tentang KB MOW persepsi mereka adalah MOW merupakan hal yang menakutkan karena dilakukan dengan tindakan operasi bahkan ada yang tidak mengetahui apa itu KB MOW. Tujuan dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemilihan KB MOW meliputi umur, jumlah anak, pengetahuan dan pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu multipara dengan umur 27-48 tahun yang belum menopause di desa Kalipucang Kulon sejumlah 820 orang yang diambil secara simple random sampling. Dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 responden. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Diolah secara editing, coding, scoring, tabulating, serta dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini adalah: KB MOW kebanyakan tidak dipilih oleh responden yang berumur 27-35 tahun karena beranggapan bahwa umur tersebut masih mampu untuk hamil dan melahirkan. KB MOW kebanyakan tidak dipilih oleh responden dengan jumlah anak 3-4 karena beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. KB MOW tidak dipilih oleh responden yang tingkat pengetahuannya cukup karena kurangnya informasi dari media elektronik maupun cetak. KB MOW tidak dipilih oleh responden yang tingkat pendidikannya dasar karena pendidikan kurang menyebabkan minat KB MOW kurang. Diharapkan bagi tenaga kesehatan adalah: Menggerakkan kegiatan program KB dengan memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang KB MOW, serta Skrining tentang adanya indikasi dan kontraindikasi KB MOW. Kata Kunci : KB MOW, Rendahnya Pemilihan PENDAHULUAN Peningkatan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usahausaha pencegahan peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. Upaya penyelamatan nasib manusia masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana (Sri Handayani, 2010;h.14). Program KB merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. HIKMAH 24

Tujuan program Keluarga Berencana yakni menciptakan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sedangkan sasaran program KB yaitu pasangan usia subur (sasaran langsung) dan pelaksana dan pengelola program KB (sasaran tidak langsung). (Sri Handayani, 2010;h. 39). T Tabel 1.1 Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor Suntik 47,19% Pil 26,81% IUD 11,03% Implant 8,26% MOW 3,53% Kondom 2,50% MOP 0,68% Sumber : BKKBN Indonesia 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 penggunaan kontrasepsi di Indonesia pada tahun 2012 didapatkan hasil pengguna MOW sebesar 3,53%. Tabel 1.2 Pengguna Kontrasepsi di Jawa Tengah Bulan Desember 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor Suntik 56,88% Pil 16,81% Implant 9,44% IUD 8,28% MOW 5,57% Kondom 1,85% MOP 1,16% Sumber : BKKBN Jawa Tengah 2012 Berdasarkan Tabel 1.2 penggunaan kontrasepsi di Jawa Tengah pada tahun 2012 didapatkan hasil pengguna MOW sebesar 5,57%. Tabel 1.3 Penggunaan Kontrasepsi di Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor IUD 3,80% MOW 3,33% MOP 1,71% Kondom 2,91% Implan 10,37% Suntik 56,58% Pil 21,30% Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.3 penggunaan kontrasepsi di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 di dapatkan hasil pengguna MOW sebanyak 3,33%. HIKMAH 25

Tabel 1.4 Penggunaan Kontrasepsi MOW di Kecamatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kecamatan Pengguna MOW Kedung 149 Pecangaan 294 Welahan 133 Mayong 322 Batealit 192 Jepara 683 Mlonggo 322 Bangsri 528 Keling 963 Karimun Jawa 18 Tahunan 371 Nalumsari 185 Kalinyamatan 334 Kembang 413 Pakis Aji 231 Donorojo 1.268 Total 6.406 Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.4 akseptor KB MOW terbanyak adalah di Kecamatan Donorojo (1.268 akseptor) dan akseptor KB MOW yang paling sedikit adalah di Kecamatan Karimun Jawa (18 akseptor). Tabel 1.5 Penggunaan Kontrasepsi MOW di Desa Kecamatan Welahan Tahun 2012 Kecamatan Pengguna MOW Welahan 42 Gedangan 6 Ketileng Singolelo 11 Kalipucang Wetan 8 Brantak Sekarjati 4 Teluk Wetan 19 Kalipucang Kulon 2 Gidangelo 3 Bugo 6 Kedung Sarimulyo 10 Kendeng Sidi Alit 8 Sidi Gede 4 Guwo Sobokerto 2 Karanganyar 5 Ujung Pandan 3 Total 133 Sumber: PLKB Welahan 2012 HIKMAH 26

Berdasarkan Tabel 1.5 akseptor KB MOW terbanyak adalah di Desa Welahan (42 akseptor) dan akseptor KB MOW yang paling sedikit adalah di Desa Kalipucang Kulon dan Desa Guwo Sobokerto (2 akseptor). Tabel 1.6 Kegagalan Pemakaian Kontrasepsi di Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah IUD 2 MOW 1 MOP 0 Kondom 0 Implan 3 Suntik 0 Pil 0 Total 6 Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.6 kegagalan pemakaian kontrasepsi di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 di dapatkan hasil sebagian besar kegagalan kontrasepsi adalah implan sebanyak 3 akseptor. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Abdul Bari, 2006; h.vii). Salah satu upaya yang dilakukan dalam mensukseskan program Keluarga Berencana yaitu dengan memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan. Tentunya hal tersebut menuntun tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan dengan standar yang telah ditetapkan. Kompetensi tenaga kesehatan sangat dituntut dalam setiap pelayanan yang diberikannya. (Sri Handayani, 2010; h.iii). MOW merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektivitasnya 99,4-99,8% per 100 wanita per tahun dan satusatunya metode kontrasepsi wanita yang permanen. Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates, tetapi metode ini tidak digambarkan dengan sempurna sampai pada tahun 1834 oleh Von Blundell. (Suzanne Everet, 2007; h.252). Persyaratan untuk KB MOW yaitu usia lebih dari 26 tahun, paritas lebih dari 2, yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang sangat serius, pascapersalinan, pascakeguguran, serta paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. (Abdul Bari, 2006; h.mk-82). Desa Kalipucang Kulon merupakan salah satu Desa dari Kecamatan Welahan dan ratarata mata pencaharian penduduk Desa Kalipucang Kulon adalah pembuat batu bata. Pemakai MKJP di Desa ini hanyalah sedikit dan rata-rata menggunakan KB hormonal (suntik). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Kalipucang Kulon pada tanggal 16 November 2012, didapatkan data bahwa dari 10 ibu multipara, berusia lebih dari 26 tahun yang tidak menggunakan KB MOW di dapatkan 3 (30%) diantaranya mengatakan tidak menggunakan HIKMAH 27

KB MOW karena memiliki anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki, 2 (20%) diantaranya mengatakan tidak menggunakan KB MOW karena berkeyakinan bahwa KB MOW dilarang oleh agama sehingga tidak menyetujui, 4 (40%) diantaranya mengatakan takut dengan prosedur pembedahan KB MOW, 1 (10%) mengatakan tidak menggunakan KB MOW k arena tidak mengetahui apa itu KB MOW. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa peminat KB MOW masih rendah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW di Desa Kalipucang Kulon Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder, Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 27-35 tahun 51 62,2 >35 tahun 31 37,8 Jumlah 82 100 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Jumlah Anak Frekuensi (f) Persentase (%) 3-4 anak 56 68,3 >5 anak 26 31,7 Jumlah 82 100 3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 19 23,2 Cukup 35 42,7 Baik 28 34,1 Jumlah 82 100 HIKMAH 28

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mmempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%) Dasar 47 57,3 Menengah 30 36,6 Tinggi 5 6,1 Jumlah 82 100 Diagram 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Kb Mow Di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 yang dilakukan bulan Februari 2013 dengan menggunakan kuesioner yang langsung diberikan kepada responden sejumlah 82 responden dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. HIKMAH 29

BAHASAN 1)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berumur 27-35 tahun yaitu 51 orang (62,2%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden menganggap bahwa pada umur 27-35 tahun masih reproduktif yaitu mampu untuk hamil dan melahirkan, serta masih banyak alternatif KB yang bisa digunakan seperti KB hormonal (pil, suntik), MKJP (IUD, implan) dan lain-lain. Meskipun dalam persyaratan MOW sudah bisa menjadi akseptor MOW sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon menjadi rendah. 2)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki jumlah anak 3-4 yaitu 56 orang (68,3%) sedangkan yang memiliki jumlah anak >5 sebanyak 26 orang (31,7%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden belum merasa puas dengan jumlah anak yang dimiliki dan beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki, selain itu menginginkan jenis kelamin tertentu serta ekonomi yang cukup sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh anaknya sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. Padahal dengan banyaknya jumlah anak didalam keluarga maka kebutuhan sandang, pangan maupun pendidikan semakin meningkat sehingga untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera menjadi terhambat. 3)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden dengan pengetahuan cukup yaitu 35 orang (42,7%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 orang(23,2%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden kurang mendapatkan informasi tentang KB MOW baik dari media elektronik, media cetak dan bidan desa atau tenaga kesehatan lainnya sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. 4)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki pendidikan dasar yaitu 47 orang (57,3%), sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 5 orang (6,1%). Pencapaian tersebut disebabkan karena pendidikan responden kurang atau memiliki pendidikan dasar yang menyebabkan responden memiliki informasi yang kurang karena pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga minat menjadi akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden yang berumur 27-35 tahun tidak memilih KB MOW karena umur tersebut adalah usia reproduktif yaitu mampu untuk hamil dan melahirkan, serta masih banyak alternatif KB yang bisa digunakan seperti KB hormonal (pil, suntik), MKJP (IUD, implan) dan lain-lain HIKMAH 30

2. Sebagian besar responden yang memiliki anak 3-4 tidak memilih KB MOW karena responden belum merasa puas dengan jumlah anak yang dimiliki dan beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. 3. Sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang KB MOW karena responden kurang mendapatkan informasi tentang KB MOW baik dari media elektronik, media cetak dan bidan desa atau tenaga kesehatan lainnya. 4. Sebagian besar responden yang berpendidikan dasar tidak memilih KB MOW karena pendidikan responden kurang atau memiliki pendidikan dasar yang menyebabkan responden memiliki informasi yang kurang karena pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. SARAN Bagi Penulis, penulis memotivasi diri untuk mengembangkan penelitiannya ini dengan cara melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemilihan KB MOW sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak serta dapat digunakan sebagai bahan masukan penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan KB MOW. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai sumber ilmu untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dari teknologi khususnya dalam bidang pelayanan KB. Bagi Masyarakat diharapkan masyarakat untuk memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas, Posyandu, Bidan) untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai KB MOW dan mengikuti program pemerintah yaitu dua anak lebih baik. Bagi Tenaga Kesehatan menggerakkan kegiatan program KB dengan memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang KB MOW. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Yetti. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press; 2012. h. 48, 224 Arif, Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius; 2007. h. 369 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2010, h. 82 Bari, Abdul. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.h. vii, MK-82, PK-64 BKKBN Jepara, 2012 Elvan, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi, http://elvanamdkep.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html. diakses 15 November 2012 jam 10.00 Everet, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC; 2008. h.252 Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. h. iii, 14,28-36, 39, Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 2003. h.30-32 Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta. 2009.h 106 Machfoedz, Ircham. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya; 2007 h. 123 Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 ;h. 7, 78, 86, 129, 176 HIKMAH 31