FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN KB MOW DI DESA KALIPUCANG KULON WELAHAN JEPARA TAHUN 2013 Devi Rosita 1 INTISARI Peningkatan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. MOW merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Namun kenyataan di lapangan ibu-ibu jika ditanya tentang KB MOW persepsi mereka adalah MOW merupakan hal yang menakutkan karena dilakukan dengan tindakan operasi bahkan ada yang tidak mengetahui apa itu KB MOW. Tujuan dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemilihan KB MOW meliputi umur, jumlah anak, pengetahuan dan pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu multipara dengan umur 27-48 tahun yang belum menopause di desa Kalipucang Kulon sejumlah 820 orang yang diambil secara simple random sampling. Dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 responden. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. Diolah secara editing, coding, scoring, tabulating, serta dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini adalah: KB MOW kebanyakan tidak dipilih oleh responden yang berumur 27-35 tahun karena beranggapan bahwa umur tersebut masih mampu untuk hamil dan melahirkan. KB MOW kebanyakan tidak dipilih oleh responden dengan jumlah anak 3-4 karena beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. KB MOW tidak dipilih oleh responden yang tingkat pengetahuannya cukup karena kurangnya informasi dari media elektronik maupun cetak. KB MOW tidak dipilih oleh responden yang tingkat pendidikannya dasar karena pendidikan kurang menyebabkan minat KB MOW kurang. Diharapkan bagi tenaga kesehatan adalah: Menggerakkan kegiatan program KB dengan memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang KB MOW, serta Skrining tentang adanya indikasi dan kontraindikasi KB MOW. Kata Kunci : KB MOW, Rendahnya Pemilihan PENDAHULUAN Peningkatan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usahausaha pencegahan peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. Upaya penyelamatan nasib manusia masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan keluarga berencana (Sri Handayani, 2010;h.14). Program KB merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. HIKMAH 24
Tujuan program Keluarga Berencana yakni menciptakan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sedangkan sasaran program KB yaitu pasangan usia subur (sasaran langsung) dan pelaksana dan pengelola program KB (sasaran tidak langsung). (Sri Handayani, 2010;h. 39). T Tabel 1.1 Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor Suntik 47,19% Pil 26,81% IUD 11,03% Implant 8,26% MOW 3,53% Kondom 2,50% MOP 0,68% Sumber : BKKBN Indonesia 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 penggunaan kontrasepsi di Indonesia pada tahun 2012 didapatkan hasil pengguna MOW sebesar 3,53%. Tabel 1.2 Pengguna Kontrasepsi di Jawa Tengah Bulan Desember 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor Suntik 56,88% Pil 16,81% Implant 9,44% IUD 8,28% MOW 5,57% Kondom 1,85% MOP 1,16% Sumber : BKKBN Jawa Tengah 2012 Berdasarkan Tabel 1.2 penggunaan kontrasepsi di Jawa Tengah pada tahun 2012 didapatkan hasil pengguna MOW sebesar 5,57%. Tabel 1.3 Penggunaan Kontrasepsi di Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah Akseptor IUD 3,80% MOW 3,33% MOP 1,71% Kondom 2,91% Implan 10,37% Suntik 56,58% Pil 21,30% Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.3 penggunaan kontrasepsi di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 di dapatkan hasil pengguna MOW sebanyak 3,33%. HIKMAH 25
Tabel 1.4 Penggunaan Kontrasepsi MOW di Kecamatan Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kecamatan Pengguna MOW Kedung 149 Pecangaan 294 Welahan 133 Mayong 322 Batealit 192 Jepara 683 Mlonggo 322 Bangsri 528 Keling 963 Karimun Jawa 18 Tahunan 371 Nalumsari 185 Kalinyamatan 334 Kembang 413 Pakis Aji 231 Donorojo 1.268 Total 6.406 Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.4 akseptor KB MOW terbanyak adalah di Kecamatan Donorojo (1.268 akseptor) dan akseptor KB MOW yang paling sedikit adalah di Kecamatan Karimun Jawa (18 akseptor). Tabel 1.5 Penggunaan Kontrasepsi MOW di Desa Kecamatan Welahan Tahun 2012 Kecamatan Pengguna MOW Welahan 42 Gedangan 6 Ketileng Singolelo 11 Kalipucang Wetan 8 Brantak Sekarjati 4 Teluk Wetan 19 Kalipucang Kulon 2 Gidangelo 3 Bugo 6 Kedung Sarimulyo 10 Kendeng Sidi Alit 8 Sidi Gede 4 Guwo Sobokerto 2 Karanganyar 5 Ujung Pandan 3 Total 133 Sumber: PLKB Welahan 2012 HIKMAH 26
Berdasarkan Tabel 1.5 akseptor KB MOW terbanyak adalah di Desa Welahan (42 akseptor) dan akseptor KB MOW yang paling sedikit adalah di Desa Kalipucang Kulon dan Desa Guwo Sobokerto (2 akseptor). Tabel 1.6 Kegagalan Pemakaian Kontrasepsi di Kabupaten Jepara Tahun 2012 Kontrasepsi Jumlah IUD 2 MOW 1 MOP 0 Kondom 0 Implan 3 Suntik 0 Pil 0 Total 6 Sumber: BKKBN Jepara 2012 Berdasarkan Tabel 1.6 kegagalan pemakaian kontrasepsi di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 di dapatkan hasil sebagian besar kegagalan kontrasepsi adalah implan sebanyak 3 akseptor. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Abdul Bari, 2006; h.vii). Salah satu upaya yang dilakukan dalam mensukseskan program Keluarga Berencana yaitu dengan memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan. Tentunya hal tersebut menuntun tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan dengan standar yang telah ditetapkan. Kompetensi tenaga kesehatan sangat dituntut dalam setiap pelayanan yang diberikannya. (Sri Handayani, 2010; h.iii). MOW merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektivitasnya 99,4-99,8% per 100 wanita per tahun dan satusatunya metode kontrasepsi wanita yang permanen. Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates, tetapi metode ini tidak digambarkan dengan sempurna sampai pada tahun 1834 oleh Von Blundell. (Suzanne Everet, 2007; h.252). Persyaratan untuk KB MOW yaitu usia lebih dari 26 tahun, paritas lebih dari 2, yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang sangat serius, pascapersalinan, pascakeguguran, serta paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. (Abdul Bari, 2006; h.mk-82). Desa Kalipucang Kulon merupakan salah satu Desa dari Kecamatan Welahan dan ratarata mata pencaharian penduduk Desa Kalipucang Kulon adalah pembuat batu bata. Pemakai MKJP di Desa ini hanyalah sedikit dan rata-rata menggunakan KB hormonal (suntik). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Kalipucang Kulon pada tanggal 16 November 2012, didapatkan data bahwa dari 10 ibu multipara, berusia lebih dari 26 tahun yang tidak menggunakan KB MOW di dapatkan 3 (30%) diantaranya mengatakan tidak menggunakan HIKMAH 27
KB MOW karena memiliki anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki, 2 (20%) diantaranya mengatakan tidak menggunakan KB MOW karena berkeyakinan bahwa KB MOW dilarang oleh agama sehingga tidak menyetujui, 4 (40%) diantaranya mengatakan takut dengan prosedur pembedahan KB MOW, 1 (10%) mengatakan tidak menggunakan KB MOW k arena tidak mengetahui apa itu KB MOW. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa peminat KB MOW masih rendah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW di Desa Kalipucang Kulon Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder, Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 27-35 tahun 51 62,2 >35 tahun 31 37,8 Jumlah 82 100 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Jumlah Anak Frekuensi (f) Persentase (%) 3-4 anak 56 68,3 >5 anak 26 31,7 Jumlah 82 100 3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 19 23,2 Cukup 35 42,7 Baik 28 34,1 Jumlah 82 100 HIKMAH 28
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mmempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%) Dasar 47 57,3 Menengah 30 36,6 Tinggi 5 6,1 Jumlah 82 100 Diagram 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Kb Mow Di Desa Kalipucang Kulon Welahan Jepara Tahun 2013 yang dilakukan bulan Februari 2013 dengan menggunakan kuesioner yang langsung diberikan kepada responden sejumlah 82 responden dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. HIKMAH 29
BAHASAN 1)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Umur Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berumur 27-35 tahun yaitu 51 orang (62,2%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden menganggap bahwa pada umur 27-35 tahun masih reproduktif yaitu mampu untuk hamil dan melahirkan, serta masih banyak alternatif KB yang bisa digunakan seperti KB hormonal (pil, suntik), MKJP (IUD, implan) dan lain-lain. Meskipun dalam persyaratan MOW sudah bisa menjadi akseptor MOW sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon menjadi rendah. 2)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Jumlah Anak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki jumlah anak 3-4 yaitu 56 orang (68,3%) sedangkan yang memiliki jumlah anak >5 sebanyak 26 orang (31,7%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden belum merasa puas dengan jumlah anak yang dimiliki dan beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki, selain itu menginginkan jenis kelamin tertentu serta ekonomi yang cukup sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh anaknya sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. Padahal dengan banyaknya jumlah anak didalam keluarga maka kebutuhan sandang, pangan maupun pendidikan semakin meningkat sehingga untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera menjadi terhambat. 3)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden dengan pengetahuan cukup yaitu 35 orang (42,7%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 orang(23,2%). Pencapaian tersebut disebabkan karena responden kurang mendapatkan informasi tentang KB MOW baik dari media elektronik, media cetak dan bidan desa atau tenaga kesehatan lainnya sehingga pencapaian akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. 4)Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan KB MOW Dari Segi Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki pendidikan dasar yaitu 47 orang (57,3%), sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 5 orang (6,1%). Pencapaian tersebut disebabkan karena pendidikan responden kurang atau memiliki pendidikan dasar yang menyebabkan responden memiliki informasi yang kurang karena pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga minat menjadi akseptor KB MOW di Desa Kalipucang Kulon rendah. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden yang berumur 27-35 tahun tidak memilih KB MOW karena umur tersebut adalah usia reproduktif yaitu mampu untuk hamil dan melahirkan, serta masih banyak alternatif KB yang bisa digunakan seperti KB hormonal (pil, suntik), MKJP (IUD, implan) dan lain-lain HIKMAH 30
2. Sebagian besar responden yang memiliki anak 3-4 tidak memilih KB MOW karena responden belum merasa puas dengan jumlah anak yang dimiliki dan beranggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. 3. Sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang KB MOW karena responden kurang mendapatkan informasi tentang KB MOW baik dari media elektronik, media cetak dan bidan desa atau tenaga kesehatan lainnya. 4. Sebagian besar responden yang berpendidikan dasar tidak memilih KB MOW karena pendidikan responden kurang atau memiliki pendidikan dasar yang menyebabkan responden memiliki informasi yang kurang karena pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. SARAN Bagi Penulis, penulis memotivasi diri untuk mengembangkan penelitiannya ini dengan cara melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemilihan KB MOW sehingga hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak serta dapat digunakan sebagai bahan masukan penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan KB MOW. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai sumber ilmu untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dari teknologi khususnya dalam bidang pelayanan KB. Bagi Masyarakat diharapkan masyarakat untuk memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas, Posyandu, Bidan) untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai KB MOW dan mengikuti program pemerintah yaitu dua anak lebih baik. Bagi Tenaga Kesehatan menggerakkan kegiatan program KB dengan memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang KB MOW. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Yetti. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press; 2012. h. 48, 224 Arif, Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius; 2007. h. 369 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2010, h. 82 Bari, Abdul. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.h. vii, MK-82, PK-64 BKKBN Jepara, 2012 Elvan, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi, http://elvanamdkep.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html. diakses 15 November 2012 jam 10.00 Everet, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC; 2008. h.252 Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. h. iii, 14,28-36, 39, Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 2003. h.30-32 Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta. 2009.h 106 Machfoedz, Ircham. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya; 2007 h. 123 Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 ;h. 7, 78, 86, 129, 176 HIKMAH 31