BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 249 juta jiwa dan sekaligus menduduki posisi ke-5 di dunia

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World Population Data Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Diantara negara ASEAN, Indonesia salah satu negara dengan luas wilayah terbesar dengan penduduk terbanyak (Kemenkes RI, 2014). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dapat dilihat data jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebanyak 252.20 juta jiwa, meningkat dibandingkan jumlah tahun 2013 sebanyak 248.80 juta jiwa (BPS, 2015). Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan jumlah penduduk (Prawirohardjo, 2010). Tingginya angka kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes RI, 2014). Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan, dan mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menemukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, dkk.,2008). Pengendalian kehamilan dalam 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

program KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014). Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Wiknjosastro, 2009). Metode kontrasepsi dapat dibagi berdasarkan jangka waktu pemakaian yaitu Metode Kontasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. MKJP yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), dan implant, sedangkan non MKJP terdiri dari kondom, pil, dan injeksi (DKK Padang, 2014). Pengguna kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization (WHO) lebih dari 100 juta wanita menggunakan kontrasepsi yang memiliki efektifitas, dengan pengguna kontrasepsi hormonal lebih dari 75% dan 25% menggunakan non hormonal. Dan pengguna kontrasepsi di dunia pada tahun 2005 mencapai 89%. Tahun 2007 angka pengguna KB modern di perkotaan mencapai 58% sedangkan di pedesaan mencapai 57% (Kemenkes RI, 2014). Di Afrika tercatat sebanyak 82% penduduknya tidak menggunakankontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat sebanyak 43% yang menggunakan kontrasepsi (Nirwana, dkk., 2012). Jumlah peserta KB di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 35.202.908 (74,87%), metode kontrasepsi non MKJP lebih banyak penggunanya yaitu sebesar 84,74%, sedangkan peserta yang menggunakan MKJP hanya sebesar 15.26% (BKKBN, 2014). Dengan presentase penggunaan alat kontrasepsi IUD (11,07%), MOW (3,52%), MOP (0,69%), kondom (3,15%), implant (10,46%), pil (23,58%) dan injeksi (47,57%) (Kemenkes RI, 2013). 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jumlah peserta KB aktif di Padang berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) tahun 2014 sebanyak 97.428 (56,6%), dengan penggunaan MKJP lebih sedikit dibandingkan non MKJP, yaitu masing-masingnya sebanyak 19,7% dan 80.3%, sedangkan presentase penggunaan alat kontrasepsi IUD (10,1%), MOW (2,2%), MOP ( 0,1%), implant (7,3%), kondom (7,1%), pil (20,0%) dan injeksi (53,2%) (DKK Padang, 2014). Berdasarkan data DKK Padang tahun 2014, jumlah penggunaan kontrasepsi injeksi lebih banyak dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain yaitu sebanyak 53,2%, wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung adalah wilayah yang jumlah penggunaan kontrasepsi injeksi tertinggi tahun 2014 dari 22 Puskesmas yang ada di Kota Padang. Pengguna kontrasepsi di Puskesmas Lubuk Begalung sebanyak 10.014 (88%) dan presentase pengguna kontrasepsi injeksi sebanyak 83.6% (DKK Padang, 2014). Kontrasepsi injeksi merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal, yang berisi hormon progesteron atau kombinasi hormon estrogen progesteron. Di Indonesia kontrasepsi hormonal lebih banyak penggunanya terutama metode kontrasepsi injeksi. Ada dua macam kontrasepsi injeksi yaitu Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) dan kombinasi. Kontrasepsi DMPA merupakan kontrasepsi yang lebih banyak penggunanya karena sangat efektif dengan angka kegagalan kurang dari 1 per 100 wanita pertahun, pemakaiannya sederhana, cukup menyenangkan bagi akseptor karena injeksi hanya 4 kali setahundan reversibel (Prawirohardjo, 2011). Cara kerja kontrasepsi DMPA mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus maka 3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dapat mengalami efek samping berupa gangguan pola haid (Prawirohardjo, 2011). Efek samping lain penggunaan kontrasepsi DMPA adalah penambahan berat badan, kekeringan vagina, menurunkan libido, sakit kepala, dan berjerawat (BKKBN, 2003). Efek samping yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan.penelitian Rumende, Goenawi dan Lolo di Kelurahan Walian I Tomohon Manado tentang evaluasi penggunaan kontrasepsi dari 62 responden mendapatkan bahwa efek samping yang paling banyak yaitu peningkatan berat badan sebanyak 50 responden dari 62 responden (80,6%) (Rumende, dkk., 2015). Berdasarkan penelitian peningkatan berat badan akibat penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan (Beksinska, dkk, 2011). Hal ini dapat dihubungkan dengan kandungan kontrasepsi DMPA yaitu hormon progesteron,dimana efek dari progesteron yaitu meningkatkan kecepatan glukoneogenesis sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, apabila glukosa tersebut tidak digunakan akan disimpan kembali dalam bentuk lemak. Selain itu, juga merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan nafsu makan bertambah sehingga akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Akibat dari proses tersebut, penggunaan kontrasepsi DMPA dapat menyebabkan perubahan berat badan seperti terjadinya penambahan berat badan (Guyton dan Hall, 2008).Menurut Hartanto (2003) rata-rata kenaikan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi DMPA adalah 1-5 kg dalam tahun pertama, rata-rata tiap tahun naik antara 2,3-2,9 kg. 4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Penelitian Syukria (2015) di Batipuah dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value <0,05 (p=0,001), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi DMPA dengan peningkatan berat badan. Dan penelitian Haryani, Santjaka dan Sumarnidilakukan di BPS Dian Yuni Purwani Desa Klahang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, disimpulkan rata-rata frekuensi akseptor kontrasepsi DMPA sebanyak 18 kali melakukan injeksi DMPA, rata-rata kenaikan berat badan akseptor setelah menggunakan kontrasepsi DMPA sebanyak 6,8 kg dari 76 akseptor, semakin banyak akseptor melakukan injeksi DMPA maka berat badan juga cenderung akan meningkat (Haryani, dkk., 2010). Efek samping yang terjadi pada setiap akseptor tidak sama, pada penelitian Nirwana, Hasyifah dan Magdalena (2012) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pertiwi Makassar didapatkan nilai p = 0,148 (p > α (0,05) ) yang berarti tidak ada pengaruh penggunaan kontrasepsi injeksi terhadap perubahan berat badan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan lama penggunaan kontrasepsi dengan perubahan berat badan yang terjadi di Puskesmas Lubuk Begalung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: hubungan lama penggunaan kontrasepsi DMPA dengan perubahan berat badan di Puskesmas Lubuk Begalung? 5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi DMPA dengan perubahan berat badan akseptor di Puskesmas Lubuk Begalung. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden penelitian di Puskesmas Lubuk Begalung. b. Mengetahui lama penggunaan kontrasepsi DMPA pada pengguna kontrasepsi DMPA di Puskesmas Lubuk Begalung. c. Mengetahui perubahan berat badan pada pengguna kontrasepsi DMPA di Puskesmas Lubuk Begalung. d. Mengetahui hubungan lama penggunaaan kontrasepsi DMPA dengan perubahan berat badan di Puskesmas Lubuk Begalung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu tambahan teori mengenai resiko penambahan berat badan sebagai akibat penggunaan kontrasepsi DMPA, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat untuk Terapan Data dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahantambahan mengenai efek samping kontrasepsi DMPA, khususnya 6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

efek samping perubahan berat badan sehingga petugas kesehatan dapat mengevaluasi pelayanan KB, khususnya bagi akseptor kontrasepsi DMPA. 1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai efek samping kontrasepsi, khususnya efek samping perubahan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA, sehingga masyarakat dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai. 7 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas