PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

KAJIAN KUALITAS FISIKO KIMIA DAGING SAPI DI PASAR KOTA MALANG

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Pengaruh penambahan tepung kemangi (Ocimum basilicum) terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging broiler

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENGARUH PERBEDAAN JENIS OTOT DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP BIOLOGICAL VALUE DAGING SAPI BALI

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG, PERANAKAN ETAWAH DAN KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI SUMBA ONGOLE DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

Kualitas Fisik Daging Asap dari Daging yang Berbeda Pada Pengasapan Tradisional The Phisycal Quality of Some Meat traditionally Smoked

Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Jl. Fauna 3, Kampus UGM, Bulaksumur Yogyakarta 2)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Transkripsi:

366 PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI Khasrad, Sarbaini Anwar, Arfai, Rusdimansyah Fakultas Peternakan Universitas Andalas Email: khasrad63@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas kimia otot Bicep Femoris dari beberapa bangsa sapi. Penelitian ini menggunakan daging paha belakang dari bagian otot Biceps Femoris (BF) yang berasal dari tiga bangsa sapi (Peranakan Simmental, Peranakan Ongol dan Sapi Pesisir). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan yaitu bangsa sapi (sapi Peranakan Simmental, sapi Peranakan Ongole, dan sapi Pesisir) dan sebagai kelompok hari pengambilan sampel. Peubah yang diukur adalah kadar air, kadar protein dan kadar lemak. Data diolah mengunakan anova, jika terdapat perbedaan antar perlakukan akan dilakukan uji Jarak Berganda Duncan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rataan kadar air dan kadar protein daging sapi Pesisir lebih rendah (P < 0.05) dibandingkan dengan daging sapi Peranakan Simmental dan sapi Peranakan Ongole, namun antara sapi Peranakan Ongole dan sapi Peranakan Simmental tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0.05). Kadar lemak daging sapi Peranakan Simmental lebih tinggi dari daging sapi Pesisir dan sapi PO, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kadar lemak daging sapi PO dengan sapi Pesisir. Kata Kunci : kimia daging, otot Biceps femoris, sapi Peranakan Simmental, PO, Sapi Pesisir ABSTRACT The aim of this research is to determine comparison of chemical qualities (water, protein and fat content) of Biceps femoris muscles In different breeds of cattles. This study used Biceps femoris (BF) muscles from the three breeds of cattles (Simmental crossbreed, Ongole crossbreed and Pesisir cattle). Methods of the reseach used a randomized block design (RBD), with 3 treatments (breeds of cattle) and collecting of meat per heads of cattle as block. Water, protein and fat content were measured for every samples. Analisys of Varian (ANOVA) was used to analyse the data. The result showed that the average moisture content and protein content of Pesisir Cattle are lower (P <0.05) than moisture of the meat and protein contents other breeds (Ongole and Simmental crossbreed catle). The fat content of Simmental Cross meats are higher than the fat content of meats of Pesisir and Ongole crossbreed cattle, nevertheless non significantly between fat conten Ongole crossbreed cattle with Pesisir cattle Keywords: chemical qualitys, Bicep femoris muscles, Simmental crossbreed, Ongole crossbreed, Pesisir Cattle PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan paling dasar bagi manusia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, mesti terus

367 diupayakan agar masyarakat dapat memperoleh pangan yang aman, bergizi, sehat, dan halal untuk dikonsumsi. Respon produktivitas ternak dan kualitas karkas serta daging dapat berbeda dalam bangsa yang sama, diantara bangsa, jenis kelamin dan diantara faktor lingkungan termasuk nutrisi (pakan) serta periode waktu penggemukan. Produksi dan kualitas daging dari ternak potong untuk setiap ekor atau setiap unitnya ditentukan oleh berat hidupnya. Semakin tinggi berat hidupnya, maka akan besar pula produksi dagingnya. Produksi daging yang optimal dari seekor ternak atau setiap unit ternak sebaiknya dapat dicapai dalam periode waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, bibit/bakalan ternak potong yang dipelihara haruslah mempunyai potensi genetik baik, sehingga memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan kualitas daging yang baik. Komposisi kimia daging tergantung dari spesies hewan, kondisi hewan, jenis daging karkas, proses pengawetan, penyimpanan dan dipengaruhi oleh kandungan lemaknya (Muchtadi. dkk, 2010). Faktor genetik, jenis kelamin, jenis otot, individu ternak dan faktor lingkungan, seperti nutrisi dan pakan ternak temasuk bahan aditif, serta faktor penangananan sebelum dan sesudah pemotongan termasuk faktor fisiologis ternak dapat mempengaruhi komposisi kimia daging. Bagsa sapi yang lebih cepat dewasa biasanya menimbun lemak lebih cepat dari bangsa sapi yang lambat dewasa. Komposisi kimia daging secara umum dapat diestimasi, yaitu air sekitar 75%, protein 19%, lemak 2,5%, karbohidrat 1,2%, subtansi non protein lemak yang larut 2,3% termasuk subtansi nitro genus 1,65% dan subtansi an organik 0,65%, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan dalam air, relatif sangat sedikit. (Soeparno, 2011). Nilai gizi daging dapat dilihat dari bahan kering daging tersebut yaitu protein yang merupakan bahan kering terbesar pada daging, lemak merupakan bahan pangan yang berenergi tinggi karna setiap gramnya banyak memberikan energi. Soeparno (2009) menyatakan kualitas kimia daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, dan bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral) serta keadaan stress. Daging bagian paha belakang biasanya digunakan untuk membuat rendang, dendeng, oseng-oseng dan lain-lainnya. Bila diamati bagian daging bicep femoris ini dapat dibagi menjadi 3 bagian daging yaitu Bicep femoris bagian atas, Bicep femoris bagian tengah dan Bicep femoris bagian bawah (Bahar, 2003). Saat ini terdapat beberapa jenis sapi yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk ternak potong, sapi lokal misalnya sapi Pesisir, sapi Bali ada juga persilangan sapi lokal. Beberapa bangsa ternak tersebut memiliki bobot badan dewasa yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas kimia (kadar air, protein, dan lemak) dari Otot paha (Biceps Femoris) pada bangsa sapi Pesisir, Peranakan Simmental dan Peranakan Ongole. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas kimia dari bangsa sapi yang berbeda. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan daging paha belakang sapi dari bagian otot Biceps femoris (BF) yang berasal dari sapi Peranakan Simmental, Peranakan Ongole, dan sapi Pesisir yang

368 berjenis kelamin jantan dan berumur fisiologis dua pasang gigi seri berganti, pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: pisau pemotong sampel, wadah, tissue, refrigerator, cool box, es pack, gunting, timbangan analitik, peralatan laboratorium untuk mengukur kadar air, kadar protein, dan kadar lemak, kertas saring dan peralatan lainnya. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Bangsa sapi (Peranakan Simmental, Peranakan Ongole, dan sapi Pesisir) sebagai faktor perlakuan dan pengambilan sampel tiap ekor sapinya sebagai kelompok. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel daging dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH), lalu sampel dimasukkan kedalam cool box yang telah berisi es batu. Selanjutnya sampel dilayukan di dalam refrigerator selama 24 jam dan dilakukan pengukuran peubah di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air, kadar lemak dan kadar protein. Data yang diperoleh diolah menggunkan analisis variasi (ANOVA), jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Rataan kadar air daging otot Biceps femoris yang diperoleh pada penelitian ini terdapat Tabel 1. Tabel 1. Rataan Kadar Air Otot Biceps femoris pada Bangsa Sapi yang Berbeda Perlakuan Kadar Air (%) Standar Deviasi Sapi Perankan Simmental Sapi Peranakan Ongole Sapi Pesisir 73,54 a 73,80 a 68,73 b 1,42 1,49 1,37 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) Berdasarkan analisis ragam diperoleh bahwa rataan kadar air daging sapi Pesisir lebih rendah (P<0.01) dibandingkan dengan kadar air sapi Peranakan Simmental dan sapi Peranakan Ongole, dimana kadar air sapi Pesisir 68.73 %, kadar air sapi Peranakan Ongole 73.80 % dan kadar air sapi Peranakan Simmental 73.54 %. Tidak terdapat perbedaan yang nyata kadar air daging sapi Peranakan Simmental dengan sapi PO. Rataan kadar air daging hasil penelitian berkisar antara 68,73-73,80% yang masih berada dalam rentang normal daging sapi. Soeparno (2009) menyatakan bahwa kadar air daging berkisar antara 65 80%. Adanya perbedaan kadar air daging dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak intramuskular, apabila kadar lemak daging meningkat, akan menyebabkan penurunan kadar air. Kadar air otot daging sering mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan kadar lemak daging. Soeparno (2011) menyatakan faktor genetik, misalnya spesies, bangsa jenis

369 kelamin, diantara otot, serta individu ternak, dan faktor lingkungan, seperti nutrisi dan pakan ternak temasuk bahan aditif, serta faktor penangananan sebelum dan sesudah pemotongan termasuk faktor fisiologis ternak dapat mempengaruhi komposisi kimia daging. Daya mengikat air daging berhubungan erat dengan air terikat dari dalam otot. Air terikat dalam otot dibagi menjadi tiga kompartemen, yaitu air yang terikat secara kimia oleh protein otot sebesar 4 5 %, sebagai lapisan kedua dari mono molekuler, air yang terikat agak lemah sebagai lapisan kedua dari molekuler air terhadap group hidrofilik sebesar kira kira 4 % dan lapisan ketiga adalah molekul molekul air bebas diantara molekul protein berjumlah kira kira 10% (Forrest et al., 1975). Tingginya kandungan air daging sapi Pesisir erat hubungannya dengan kandungan lemaknya yang rendah. Biasanya kandungan air daging berbanding terbalik dengan kandungan lemaknya. Menurut Khasrad (2006) kandungan lemak daging mempunyai korelasi negatif dengan kandungan air daging, sehingga semakin tinggi kadar lemak daging akan semakin rendah kandungan air daging. Kadar Protein Rataan kadar protein daging otot Biceps femoris pada beberapa bangsa sapi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Kadar Protein Daging Biceps femoris beberapa Bangsa Sapi Perlakuan Kadar Protein (%) Standar Deviasi Sapi Perankan Simmental Sapi Peranakan Ongole Sapi Pesisir 16,59 b 17,38 b 19,86 a 0,91 1,58 0,43 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa daging Sapi Pesisir memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan sapi Peranakan Simmental dan Paranakan Ongole, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara sapi Peranakan Ongole, dan sapi Peranakan Simmental. Rataan kadar protein daging otot Biceps femoris berkisar antara 16,59 % 19,85 % yang masih berada dalam rentang normal protein daging sapi. Perbedaan kadar protein daging disebabkan oleh berbedanya komposisisi otot dan struktur miofibrillar otot dari bangsa sapi yang berbeda. Selain itu perbedaan kadar protein otot juga disebabkan oleh faktor fisiologis dari individu ternak. Menurut Buckle et al. (2007), protein daging sapi berkisar antara 16 22%. Variasi komposisi kimia daging (protein) dapat disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan, bangsa, umur, lokasi otot dan pakan (Judge et al., 1989). Menurut Lawrie (2003) protein daging berperan dalam pengikatan air daging. Kadar protein daging yang tinggi menyebakan meningkatnya kemampuan menahan air daging sehingga menurunkan kandungan air bebas, dan begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi jumlah air yang keluar, maka daya mengikat airnya semakin rendah. Daging yang dilayukan akan mempengaruhi komposisi daging yang dihasilkan termasuk protein. Menurut Soeparno (2009) pelayuan terjadi akibat proses kontraksi dan

370 relaksasi pada otot sesaat setelah ternak dipotong dan menyebabkan perubahan biokimia dalam jaringan, ikatan struktur miofibril dilonggarkan oleh enzim proteolitik, rusaknya komponen protein dari miofibril dapat meningkatkan keempukan daging. Kadar Lemak Rataan kadar lemak daging Biceps femoris yang diperoleh dari penelitian pada beberapa bangsa sapi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Kadar Lemak Daging Biceps femoris Beberapa Bangsa Sapi Perlakuan Kadar Lemak (%) Standar Deviasi A (Sapi Perankan Simmental) B (Sapi Peranakan Ongol) C (Sapi Pesisir) 5,61 a 4,83 b 4,70 b 0,34 0,25 0,21 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) Dari Tabel 3 terlihat bahwa terdapat pengaruh jenis bangsa terhadap kadar lemak otot Bicep femoris. Sapi Peranakan Simmental memiliki kadar lemak lebih tinggi dari kadar lemak daging sapi PO dan sapi Pesisir. Hal ini diduga disebabkan karena faktor cepat atau tidaknya bangsa sapi mencapai kedewasaan. Sapi yang mengalami masak kelamin cepat akan memiliki perlemakan yang lebih banyak dibandingkan dengan sapi yang masak lambat. Dari hasil yang diperoleh, kadar lemak untuk perlakuan bangsa sapi Peranakan Simmental menunjukkan angka paling tinggi (5,61 %) dari pada bangsa sapi Pesisir (4,83 %), dan sapi Peranakan Ongole (4,70 %). Nilai rata rata kadar lemak daging sapi berkisar pada 4,70 % 5,61 %, ini menggambarkan bahwa kadar lemak daging sapi masih dalam kisaran normal. Menurut Soeparno (2011), kandungan lemak otot sangat bervariasi dapat berkisar antara 1,5 13%. Bagsa sapi yang lebih cepat dewasa biasanya menimbun lemak lebih cepat dari bangsa sapi yang lambat dewasa. Menurut Edwards (1978) komposisi kimia otot (daging) tidaklah sama untuk masing-masing ternak, keragaman terjadi karena perbedaan umur, jenis ternak, bangsa, kelamin, kondisi ternak, jenis otot dan makanan ternak. Kadar protein memiliki hubungan terbalik dengan kadar lemak seperti yang dinyatakan oleh Soeparno (2009) bahwa otot dengan kadar protein lebih besar akan mempunyai kadar lemak yang lebih kecil. Pada ternak muda tingkat pertumbuhan lemak mengarah ke rongga perut, dengan demikian lemak daging sapi muda relatif rendah di daerah perdaginggannya. Perlemakan sapi di daerah tropis biasanya hanya pada lemak subkutan, omental, dan menstrik sehingga variasi lemak didalam daging relatif sama. Pemberian pakan yang mengandung konsentrat rendah akan menghasilkan daging yang kurang berlemak dibandingkan dengan daging yang dihasilkan dari pakan yang mengandung konsentrat tinggi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar air dan kadar protein daging sapi Pesisir lebih rendah (P < 0.05) dibandingkan dengan daging sapi Peranakan Simmental dan sapi Peranakan Ongole, namun antara sapi Peranakan Ongole dan sapi

371 Peranakan Simmental tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0.05). Kadar lemak daging sapi Peranakan Simmental lebih tinggi dari daging sapi Pesisir dan sapi PO, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kadar lemak daging sapi PO dengan sapi Pesisir. DAFTAR PUSTAKA Bahar, B. 2003. Memilih Produk Daging Sapi. Gramedia, Jakarta. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and W. Wooton. 2007. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adono. UI Press, Jakarta. Judge, M. D., E. D. Aberle, E. D. Forrest, J. C., Hedrick. H. B and R. A. Merkol. 1989. Principples of Meat Science, Kendall/Hunt.Publishing Co. Dubugue, Lowa. Forrest, J.C., D.E. Aberle., H.B. Hedrick., M.D. Judgend and R.A. Markel. 1975. Principles of Meat Science. W.H. Freemen dan Company, San Fransisko. Khasrad. 2006. Pertumbuhan, Karakteristik Karkas dan Kualitas Daging Sapi Pesisir yang Dipelihara Secara Intensif pada Periode Waktu yang Berbeda. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Kuntoro, B., Maheswari, RR dan Nuraini, H. 2013. Mutu Fisik dan Mikroorganisme Daging Sapi Asal Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pekan Baru. Jurnal Peternakan, 10 (1), 1 8. Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Edisi kelima. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Muchtadi, T,R., Sugiono., dan A, Fitriyono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta, Bandung. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknolgi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suryani AJ, Adiwinarti R, dan Purbowati E. 2012. Potongan Komersial Karkas dan Edible Portion pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Jerami Urinasi dan Konsentrat Dengan Level yang Berbeda. Animal Agricultural Journal. 1(1): 123-132.