BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ternyata menduduki posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia, hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang bermarkas di Hongkong yang setiap tahunya menerbitkan hasil penelitian mengenai skor peringkat corporate governance di Asia. Bahkan Pengeloalaan perusahaan di indonesia lebih buruk dari negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Filiphina dan Thailand, namun yang mengherankan, posisi Indonesia lebih baik dari Korea(Tanri Abeng, 1999). Good Corporate Governance sendiri mulai diperkenalkan oleh Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka economy recovery sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditor agar dapat memperoleh investasinya. Penelitian yang dilakukan Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham, dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Dengan demikian, 1
2 penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stockholders(h. Sri Sulistyanto dan Rika Lidyah, 2002). Good Corporate Governance (GCG) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika(andrian Sutendi, 2011:1). Menurut Andrian Sutendi (2011:3) Indonesia mulai menerapkan prinsipprinsip GCG sejak menandatangani Letter Of Intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat international. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan. Selain itu, kewajiban penerapan
3 prinsip GCG seharusnya mempunyai peranan yang positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetisi global dunia usaha yang semakin besar. BUMN diharapkan mampu menaikan efisiensinya sehingga menjadi unit usaha yang sehat dan memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN juga harus meningkatkan profesionalismenya baik didalam bidang perencanaan dan pelaksanaan maupun dalam bidang pengendalian dan pengawasan. Salah satu unsur kelembagaan dalam konsep GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam level penerapannya adalah komite audit. Komite audit mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan laporan keuangan, dan meningkatkan efektifitas fungsi audit Den Muqita Muhammad (2007 :1). Menurut M. Ariel Effendi (2009:62) di Indonesia BUMN memegang perananan yang signifikan dan berperanan terhadap kinerja perekonomian nasional, sehingga BUMN perlu dikelola secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Pada saat ini, prinsip GCG belum diterapkan sepenuhnya di lingkungan BUMN. Bahkan, masih terdapat beberapa BUMN yang belum memiliki kebijakan tentang penerapan GCG. Pemerintah dalam hal ini menteri BUMN, cukup responsif dalam menghadapi permasalahan tersebut.
4 Hal ini ditunjukan dengan ditetapkannya Surat Keputusan Menteri BUMN NO PER 01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) pada BUMN. Selain itu Pemerintah telah mengeluarkan intruksi Presiden agar BUMN mengimplementasikan tata kelola perusahaan yang baik. Menurut M. Ariel Effendi (2009:34) mengatakan bahwa Komite audit sangat berhubungan erat dengan Good Corporate Governance karena merupakan mata dan telinga dewan komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, maka prinsip independensi (independency), transparansi dan pengungkapan (transparancy and disclosure), akuntabilitas (accuntability), pertanggungjawaban (responsibility), serta kewajaran (fairness) harus menjadi landasan utama bagi aktivitas komite audit. Keberadaan Komite Audit di BUMN ini diatur dan ditetapkan dalam keputusan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2006 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 2006. Selain itu komite audit juga ditetapkan dalam surat keputusan dari bapepam Nomor : KEP-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 pasal 2 tentang emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Dari Undang-undang nomor 19 tahun 2003 tanggal 19 juni 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 70 yang mewajibkan komisaris dan dewan pengawas BUMN membentuk komite audit secara kolektif M. Ariel Effendi, (2009 : 30). Menurut M. Ariel Effendi, (2009 : 32) kehadiran komite audit di BUMN telah mendapat respons yang cukup positif dari berbagai pihak, antara lain
5 pemerintah, Bapepam-LK, Bursa Efek Indonesia, para investor, profesi akuntan serta perusahaan penilai independen. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional dan independen kepada dewan komisaris mengenai laporan atau hal-hal lain yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta untuk mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Komite audit juga diharapkan menaati seluruh ketentuan yang berlaku sebagaimana ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, maupun keputusan menteri BUMN. Namun dalam pelaksanaanya sering terjadi perbedaan pandangan antara komisaris dengan komite audit yang berdampak pada tata kelola perusahaan, sehingga menyebabkan tata kelola perusahaan menjadi buruk. Ini juga terjadi di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), selanjutnya disingkat dengan PTPN VIII (Persero) seperti yang dikemukakan oleh Kepala komite audit dimana komite audit tidak bisa berperanan maksimal karena sering terjadi perbedaan pandangan antara dewan komisaris dan komite audit disebabkan belum adanya kosistensi, komitmen dan pemahaman yang jelas untuk menerapkan Good Corporate Governance tentunya permasalahan tersebut harus segera diselesaikan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dimana keberadaan komite audit merupakan salah satu aspek dalam implementasi Good Corporate Governance. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai :
6 "PERANAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENINGKATAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE.( Studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Sindang Sirna no 4 Bandung ) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut penulis mengidentifikasi masalah yang diteliti adalah: 1. Apakah peranan komite audit di PT Perkebunan Nusantara VIII sudah memadai. 2. Apakah pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara VIII sudah efektif. 3. Sejauh mana peranan komite audit dalam peningkatan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara VIII. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan mengenai komite audit, sehingga dapat diketahui seberapa besar peranan komite audit terhadap peningkatkan Good Corporate Governance. Sesuai dengan masalah-masalah yang di identifikasikan, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui peranan komite audit di PT Perkebunan Nusantara VIII. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Good Corporate Governance yang diterapkan oleh PT Perkebunan Nusantara VIII. 3. Untuk mengetahui seberapa besar peranan komite audit dalam peningkatan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara VIII.
7 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan agar hasilnya dapat berguna bagi banyak pihak, yaitu : 1. Penulis Penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang Komite Audit dan GCG. 2. Perusahaan Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui Peranan Komite Audit Terhadap Peningkatan GCG, serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengawasan GCG di perusahaan. 3. Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber untuk penelitian selanjutnya. 4. Profesi Komite Audit Penelitian ini semoga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk melakukan langkah-langkah perubahan agar keberadaan profesi ini dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi, serta menelaah kembali kontribusinya dalam mewujudkan GCG. 5. Pihak lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi bagi pihak-pihak yang tertarik dan peduli pada perkembangan GCG di Indonesia.
8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang berlokasi di jl. Sindang Sirna no. 4 Bandung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan April 2012 sampai dengan selesai.