BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. tetapi, aktifitas fisik maksimal pada individu yang tidak terkondisi akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olahraga sangat penting dalam mempertahankan kebugaran dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

JST Kesehatan, Juli 2016, Vol.6 No.3 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

I. PENDAHULUAN. antara tinggi dan berat badan. Hal ini diakibatkan jaringan lemak dalam

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup umur untuk bisa menghasilkan keturunan atau hamil. Usia normal wanita

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup ini sebenarnya adalah kancah dari kegiatan-kegiatan dan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik berlebihan didefinisikan sebagai latihan atau aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

PENGARUH AKTIFITAS FISIK SEDANG TERHADAP HITUNG LEUKOSIT DAN HITUNG JENIS SEL LEUKOSIT PADA ORANG TIDAK TERLATIH TESIS. Oleh EVI IRIANTI /BM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

I. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit kronis yang merupakan penyebab utama kematian (36 juta pertahun) dan masalah kesehatan di dunia. Aktifitas negatif seperti halnya merokok meningkatkan resiko kanker, penyakit kardiovaskular kronis dan diabetes sebesar 20-30% dan memperpendek umur 3-5 tahun. Di sisi lain olahraga teratur memiliki efek menguntungkan pada tubuh dan melindungi terhadap penyakit-penyakit tertentu. Rekomendasi utama dari World Health Organize (WHO) mengenai aktifitas fisik adalah orang dewasa harus melakukan setidaknya 150 menit seminggu aktifitas fisik dengan intensitas sedang atau 75 menit seminggu intensitas berat atau kombinasi keduanya. Telah dilaporkan bahwa olahraga ringan atau intermitten meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, tetapi latihan yang berkepanjangan dan menghentikan latihan secara tiba-tiba akan menyebabkan perubahan dalam sistem kekebalan dan stres fisiologis (Zahra G, 2004). Olahraga merupakan salah satu latihan fisik yang dapat menyebabkan kebugaran pada tubuh. Manfaat latihan fisik bila dilakukan dalam keadaan sehat secara teratur dan menyenangkan, dengan intensitas sedang akan

2 meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Latihan aerobik akan memperbaiki dan memperlambat proses penurunan fungsi organ tubuh terhadap infeksi (Hartanti et al, 1999). Kapasitas kemampuan fisik dapat diperbaiki dengan melakukan latihan sesuai intensitas, durasi dan frekuensi. Latihan juga dapat meningkatkan sistem imun pada orang dewasa dan mempengaruhi leukosit. Leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Penghitungan jumlah leukosit perifer dapat menjadi sumber informasi untuk diagnostik dan prognosa serta gambaran adanya kerusakan organ dan peningkatan suhu tubuh setelah latihan fisik berat. Jumlah leukosit sebanding dengan intensitas kerja dan durasi latihan, tidak bergantung pada jenis kelamin dan tingkat kebugaran subjek (Sodique et al, 2000). Aktivitas fisik akan menyebabkan perubahan homeostasis dalam tubuh yang akan berpengaruh terhadap sistem ketahanan tubuh imunologik (Sherwood, 2006). Pada penelitian Novita (2008) pada hewan coba mencit Mus musculus L yang diberikan aktivitas fisik berupa renang sekuat-kuatnya sampai hampir tenggelam dan selanjutnya dilakukan penghitungan terhadap jumlah leukosit didapatkan hasil berupa peningkatan leukosit sebelum dan sesudah aktivitas fisik maksimal secara signifikan. Aktivitas fisik mempunyai indikasi mempengaruhi pembentukan radikal bebas dan mempengaruhi jumlah leukosit.

3 Selanjutnya aktivitas fisik dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal dengan stres oksidatif. (Heinecke, 2001). Selama aktivitas fisik, konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot mingkat sampai 20 kali. Peningkatan konsumsi oksigen ini berakibat meningkatnya produksi radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Stress oksidatif yang berat dapat berakibat terjadinya peningkatan jumlah leukosit melebihi 10.000 sel/mm 3. Peningkatan leukosit merupakan respon protektif terhadap stress seperti invasi mikroba, aktifitas yang berat, anestesi dan pembedahan (Tortora & Grabowski, 2003). Penelitian lain yang dilakukan pada laki-laki tidak terlatih yang dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok I dengan latihan lari pada treadmill selama 2-3 menit dan kecepatan 7.5 9 km/jam. Kelompok II dengan berjalan selama 7 10 menit, kecepatan sekitar 5 6 km/jam, ditemukan adanya peningkatan leukosit pada kedua kelompok secara signifikan segera setelah latihan dibandingkan sebelum latihan (Baitul, 2013). Penelitian pada atlet dan kontrol (bukan atlet) ditemukan adanya peningkatan leukosit setelah berlari 1 1,5 jam, akan tetapi pada kontrol peningkatan leukosit setelah latihan sangat signifikan. Dan setelah 3 jam pada kedua kelompok ini, jumlah leukosit masih lebih tinggi pada kontrol dengan kenaikan sekitar 211% - 231% dari baselinenya. Konsentrasi neutrofil masih tinggi setelah 3 jam pada kontrol dengan peningkatan sekitar 258% dibandingkan dengan atlet yang peningkatannya hanya sekitar 142%. Monosit juga meningkat setelah 3 jam

4 sehabis berlari pada kontrol, dengan peningkatan 171% dengan baselinenya, namum pada atlet tidak dapat dideteksi lagi. Sementara itu, 3 jam setelah berlari, perubahan limfosit pada kedua kelompok tidak signifikan (Risoy et al., 2003). Penelitian Evi tahun 2008 pada 15 orang berusia 18 20 tahun yang melakukan aktivitas fisik sedang berupa naik turun bangku selama 30 menit hingga mencapai denyut nadi dari 80% denyut nadi maksimal. Penghitungan leukosit total dilakukan sebelum dan setelah melakukan aktifitas fisik sedang. Didapatkan peningkatan leukosit segera 30 menit setelah AFS (6453.33±373.14 7433.33±1453.89). Hasil penelitian Tossige-Gomes (2014) menyebutkan peningkatan jumlah absolut neutrofil dan monosit, kecuali limfosit, berpendapat bahwa beberapa leukositosis diamati pada pelari disebabkan karena respon inflamasi karena terdapat cedera jaringan. Dalam respon inflamasi akut, neutrofil dan monosit merupakan sel pertama yang mencapai lokasi cedera, diikuti 24 sampai 48 jam kemudian oleh limfosit jika jaringan tidak diperbaiki dengan benar. Olahraga jogging dipiih karena dapat meningkatkan kerja kardiorespirasi dan suhu tubuh untuk mencapai denyut nadi yang ditentukan. Selain itu, olahraga ini termasuk aktifitas fisik sedang yang tidak membebani tubuh secara berlebihan.

5 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan hitung leukosit total pada sebelum dan sesudah olahraga jogging? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan kadar leukosit sebelum dan sesudah latihan jogging. 1.3.2 Tujuan Khusus a) Mengetahui jumlah hitung leukosit total pada sebelum jogging dan sesudah jogging b) Mengetahui perubahan leukosit sebelum dan sesudah jogging c) Mengetahui pengaruh latihan jogging terhadap perubahan leukosit total dalam darah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah : 1.4.1 Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan pengetahuan peneliti 1.4.2 Bagi masyarakat dan institusi : a. Dapat memberikan informasi bahwa latihan intensitas sedang seperti jogging mempengaruhi kadar leukosit dalam darah b. Dapat memberi manfaat sebagai informasi ilmiah mengenai pengaruh jogging tehadap perubahan jumlah leukosit total serta

6 dapat menjadi pedoman dalam melakukan olahraga unuk memperhatikan intensitas latihan sehingga tidak mengganggu mekanisme fisiologi tubuh yang lain 1.4.3 Bagi Fakultas kedokteran Universitas Lampung meningkatkan penelitian dibidang fisiologi olahraga sehingga dapat menunjang akreditasi FK Unila 1.4.4 Bagi penelti lain, dapat menjadi pedoman penelitian lanjutan tentang olahraga dan kebugaran tubuh. 1.5 Kerangka Teori Pada aktifitas fisik berat berupa balapan lari kerusakan otot tampak jelas setelah balapan. Hasil menunjukan bahwa faktor-faktor humoral dan zat yang dilepaskan oleh otot yang rusak dapat bertanggung jawab untuk aktivasi limfosit, yang terlibat dalam pemulihan otot dan perbaikan ( R. Tossige-Gomes, 2014) Stress oksidatif digambarkan sebagai suatu peningkatan produksi radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Aktifitas fisik maksimal dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal sebagai stress oksidatif (Leeuwenburgh and Heinecke, 2001) Selama aktifitas fisik maksimal, konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot diperkirakan meningkat 100 kali lipat dibanding pada waktu istirahat (Ji, 2009).

7 Peningkatan konsumsi oksigen ini berakibat meningkatnya produksi radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Stress oksidatif yang besar dapat berakibat terjadinya peningkatan jumlah leukosit melebihi 10.000 sel/µl. Peningkatan leukosit merupakan respon protektif terhadap stress seperti invasi mikroba, latihan yang berat, anastesi dan pembedahan (Tortora and Grabowski, 2003). Begitu juga pada penelitian Evi (2008) aktfitas fisik intensitas sedang yang dilakukan dengan naikturun bangku akan mengakibatkan perubahan leukosit pada 30 menit pertama dan mendekati normal pada 60 menit sesudah latihan. Banyak sumber yang potensial terhadap peningkatan produksi radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya adalah akibat aktifitas leukosit, seperti terlihat pada gambar 1. Selama latihan jogging Peningkatan ambilan oksigen yang aktif pada sel otot Peningkatan pembentukan radikal bebas Perusakan sel otot yang aktif Peningkatan kadar kortisol Perubahan jumlah leukosit total Gambar 1. Skema Kerangka Teori Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Peningkatan Jumlah Leukosit

8 1.6 Kerangka Konsep Jogging Perubahan kadar leukosit total Gambar 2.Kerangka Konsep 1.7 Hipotesis Terdapat perbedaan kadar leukosit total sebelum dan sesudah melakukan olahraga jogging pada mahasiswa tidak terlatih.