CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

Canopy: Journal of Architecture

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

CONVENTION AND EXHIBITION CENTRE SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ADVANCED STRUCTURE

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang dipergunakan dalam merancang Perpustakaan Islam di

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

2.3.2 Data View Data Klien dan Pengguna Berdasarkan Aktifitas Kajian Restoran Sejarah dan Pengertian

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 5 HASIL RANCANGAN

Perancangan Malang Convention Centre Dengan Penerapan Struktur Cangkang

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

II.2.2 Fleksibilitas panggung.. 18 II.3 Jenis Pementasan dan Fasilitas 19 II.3.1 konser musik. 19 II.3.2 Latihan Musik II.3.3 Studio Musik Rekam

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

dengan view sungai Serayu sebagai daya tariknya. Resort yang menjadi sarana akomodasi wisata arung jeram memiliki fasilitas penunjang lainnya, yaitu

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY)

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data,

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB II DESKRIPSI PROYEK

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

Transkripsi:

CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: DEWI RAGIL WIDYASARI NIM. 0810650039-65 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2013

CONVENTION HALL DI KAWASAN AGROWISATA WONOSARI Dewi Ragil Widyasari, Noviani Suryasari, Nurachmad S Jurusan Arsitektur Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang 65141, Indonesia ABSTRAK Convention hall yang direncanakan akan mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda dalam satu bangunan, bahkan satu ruang. Sebuah ruang yang mewadahi beragam aktivitas harus mempertimbangkan dan memperhatikan konsep fleksibilitas (ekpansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas). Aspek fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas, fleksibilitas ruang dibutuhkan karena hall digunakan untuk beragam jenis aktivitas. Sebagai ruang yang ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat dibuka jika diperlukan ruang yang lebih luas. Versatilitas memungkinkan ruangan digunakan untuk konser musik, pertemuan atau resepsi. Salah satu sistem untuk mencapai fleksibilitas ruang pada convention hall adalah dengan menggunakan partisi. Bentuk dan tampilan bangunan mencerminkan fungsi yang diwadahi bangunan tersebut. Setiap bangunan akan memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Bentuk dan tampilan menggunakan konsep transformasi dari bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari yang terdiri dari beberapa gaya sehingga di ambil prinsip desain dari bangunan yaitu keseimbangan, dominasi dan irama serta unsurnya yaitu atap, kolom, bukaan. Kata kunci: Convention hall, fleksibilitas, ekspansibilitas, konvertibilitas, versatilitas, kontekstual lingkungan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan wadah untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas diberbagai sektor di Malang. Convention hall yang direncanakan akan mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda dalam satu bangunan, bahkan satu ruang. Maka dari itu perlu diperlukan bagaimana ruang tersebut mewadahi keragaman aktivitas yang ada di dalamnya. Sebuah ruang yang mewadahi beragam aktivitas harus mempertimbangkan dan memperhatikan konsep fleksibilitas (Toekio, 2000). Untuk itu convention hall di Agrowisata Wonosari ini harus dirancang memiliki fleksibilitas yang baik. bangunan convention hall diusahakan memiliki konteks dengan lingkungan sekitarnya agar memilki unity bangunan lainnya kawasan di Agrowisata Wonosari. Hal ini juga dikarenakan bentuk bangunan selain berhubungan dengan fungsi yang diwadahi juga harus menyesuaikan dengan lokasi dimana bangunan tersebut berada. Rumusan Masalah Bagaimana rancangan bangunan Convention hall yang dapat mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda di kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang? Pembatasan Masalah 1. Bangunan konvensi (convention hall) adalah bagian dari pengembangan fasilitas dikawasan Agrowisata Wonosari, yang juga terdiri dari fasilitas penunjang lain yaitu kantor

pengelola, homestay, restoran dan pendopo penerima. 2. Fokus perancangan adalah pada perancangan fungsi bangunan konvensi, dalam hal ini dibatasi pada aspek fungsi, aktivitas dan penataan ruang yang dapat memfasilitasi beragam kegiatan yaitu kegiatan pertemuan, pagelaran, pameran dan banquet 3. Lingkup perancangan bangunan konvensi juga akan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar (konteks kawasan Agrowisata Wonosari) yang memberi pengaruh pada bentuk dan tampilan bangunan konvensi. 4. Ruang lingkup pelayanan: Malang Raya dan daerah yang berada disekitarnya seperti Surabaya, Lumajang, Pasuruan. Tujuan Rancangan bangunan Convention hall yang dapat mewadahi beberapa aktivitas yang berbeda di kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang. Manfaat 1. Bagi kalangan praktisi: a. Memberikan alternatif rancangan dan referensi bagi desain selanjutnya b. Sebagai sarana penyedia kebutuhan fasilitas pertemuan, rapat dan diklat c. Sebagai sarana pengembangan daerah agrowisata Wonosari dari segi fasilitas yang yang tersedia. 2. Bagi kalangan akademis: a. Meningkatkan kemampuan dan kepekaan dalam proses perancangan. b. Menerapkan teori dan prinsip desain yang telah didapat terhadap desain yang akan dibuat. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Convention Hall Batasan-batasan umum mengenai kegiatan yang berlangsung pada pertemuan yang modern yang dikemukakan oleh Lawson (1981) antara lain: 1. Terjadi pada tempat yang spesifik 2. Menyangkut pelayanan makanan dan minuman 3. Dilengkapi oleh penunjang teknis spesial seperti peralatan audio-visual 4. Membutuhkan transportasi 5. Membutuhkan penginapan 6. Melibatkan pameran suatu produk 7. Membutuhkan sajian hiburan bagi peserta konvensi Menurut M. Kesrul (2004) fasilitas ruang konferensi/ pertemuan antara lain: a. Peralatan telekomunikasi dan presentasi lengkap b. Podium c. Meja kursi selengkapnya pada area peserta Dalam hal ini podium dapat diartikan sebagai area panggung, sedangkan pada area peserta ditekankan adanya fasilitas meja dan kursi untuk peserta dan tidak dibatasi untuk penataan bentuk yang digunakan Ada beberapa bentuk ruang pertemuan yang lazim digunakan misalnya bentuk sejajar dan bertrap seperti pada auditorium dapat dilihat di bawah ini: 1) Ruangan yang berbentuk hall 2) Auditorium Akustika dalam ruangan yang perlu diperhatikan menurut Mediastika 1) Area panggung 2) Akustik lantai panggung 3) Area penonton 4) Akustik lantai area penonton 5) Akustik plafon area penonton 6) Akustik dinding area penonton Pola sirkulasi convention hall a. sirkulasi ruang luar pada convention hall biasanya memutari bangunan dan terdapat pemisahan antara sirkulasi pengunjung dengan sirkulasi pengelola.

b. sirkulasi dalam bangunan convention hall perletakan ruang utama menyebar dengan orientasi ke arah lobby yang merupakan titik awal pemecahan sirkulasi dalam ruang.. Fleksibilitas ruang Fleksibilitas ruang adalah dimana suatu ruang dapat digunakan untuk beberapa aktivitas yang berbeda karakter dan dapat dilakukan pengubahan susunan ruang tanpa mengubah tatanan bangunan. Menurut Toekio (2000), terdapat tiga konsep fleksibilitas yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas, dan versalitilitas. a. Ekspansibilitas Konsep ekspansibilitas berarti desain ruang yang dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan. Desain dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Perkiraan terhadap kebutuhan di masa depan di atasi dengan adanya ruang-ruang fleksibel yang dibatasi dengan pembatas temporer. b. Konvertibilitas Konsep konvertibilitas berarti desain ruang yang dirancang untuk memungkinkan adanya perubahan orientasi dan suasana sesuai dengan keinginan pelaku tanpa melakukan perombakan besar-besaran terhadap ruang yang sudah ada. Salah satu caranya dengan menggunakan dinding partisi. Contohnya adalah pada pengubahan orientasi ruang pameran yang bisa diletakkan pada tengah ruang atau tepi ruangan. c. Versatilitas Konsep versatilitas berarti fleksibilitas sebuah wadah dengan cara penggunaan wadah multi fungsi untuk menampung multi aktivitas pada waktu yang berbeda. Adanya ruang multi fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas misalnya pesta, rapat, seminar, dan sebagainya. Kontekstual bangunan dengan lingkungan Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980) menjelaskan, kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat. Untuk mewujudkan dan menciptakan arsitektur kontekstual, sebuah desain tidak harus selamanya kontekstual dalam aspek form dan fisik saja, akan tetapi kontekstual dapat pula dihadirkan melalui aspek non fisik, seperti fungsi, filosofi, maupun teknologi. METODE PERANCANGAN Gagasan dan Pendefisian Masalah Proyeksi peningkatan dan optimalisasi lahan dengan tujuan untuk menambah nilai tambah pendapatan dilakukan dengan melanjutkan pembuatan master plan Wisata Agro Wonosari. pada perancangan convention hall ini menggunakan metode programatik melalui pendekatan penataan ruang yang menampung beberapa aktifitas yang berbeda di sekitar kawasan Agrowisata Wonosari-Lawang. Metode programatik tersebut adalah bagian dari metode keseluruhan yang digunakan yaitu metode dengan tahapan-tahapan: pendefisian masalah, pengumpulan data, analisis, sintesis dan perancangan. Pengumpulan data Pada tahap pengumpulan data akan ditentukan data apa yang akan dicari kemudian dengan cara apa data tersebut didapat. Data-data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Survei data primer adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat secara langsung ataupun berinteraksi langsung dengan objek yang diamati. a. Observasi lapangan dan dokumentasi Pengamatan langsung pada tapak perancangan untuk mengetahui kondisi eksisting tapak dan kondisi fisik kawasan berupa bangunan yang ada pada sekitar tapak perancangan. Merekam informasi pada eksisting berupa angin, kebisingan, matahari, pencahayaan, sirkulasi. b. Wawancara Wawancara akan dilakukan kepada pihak Agrowisata Wonosari untuk mendapatkan data mengenai kondisi sekitar tapak perancangan. Kemudian wawancara juga dilakukan pada pengunjung Agrowisata Wonosari yang melakukan kegiatan pertemuan di aula yang terdapat di Agrowisata Wonosari. 2. Data sekunder Pengambilan data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi langsung yang mendukung proses penelitian. a. Studi literatur Untuk mendapatkan data-data yang bersifat teori maupun non-teori yang dapat menunjang pembahasan dalam rangka memecahkan permasalahan, data yang dibutuhkan berupa literatur yang berhubungan dengan tinjauan umum dan tinjauan khusus tentang convention hall yang didapatkan dari buku, jurnal dan arsip pemerintah daerah. b. Studi komparasi Yaitu dengan mengadakan studi perbandingan dengan objek sejenis. Dalam menentukan objek komparasi tersebut ditentukan kriteria sebagai acuan, sebagai berikut: 1). Kesesuaian dengan fungsi 2). Kapasitas yang setara dengan objek rancangan 3). Memiliki fungsi yang sama Pengolahan data Pada pengolahan data digunakan metode programatik sebagai metode umum perancangan dimana dilakukan analisa dan sintesa pada data. Analisis terdiri dari analisis yang sifatnya makro dan analisis yang sifatnya mikro, sedangkan sistesis adalah proses penggabungan hasil analisis untuk mendapatkan konsep atau acuan desain. Dalam hal ini yang menjadi fokus adalah analisis dan konsep/ acuan desain terkait dengan penataan ruang dengan berbagai ragam jenis aktivitas (fleksibilitas ruang) dan terkait dengan tampilan bangunan. a. Tahap analisis Pada tahap ini akan dianalisa data-data yang diperoleh kemudian dipilih dan dipilah sesuai dengan data yang diperlukan dalam perancangan convention hall. Analisa yang dilakukan antara lain: 1) Analisis fungsi 2) Analisis pelaku dan aktivitas 3) Analisis kebutuhan ruang 4) Analisis ruang (organisasi ruang, hubungan antar ruang, sirkulasi, fleksibilitas ruang) dan analisis bangunan (struktur, akustik, bentuk dan tampilan bangunan). pendekatan kontekstual lingkungan kawasan Agrowisata Wonosari. Langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu: a) Penentuan variabel (parameter) Parameter yang digunakan meliputi unsur desain (wujud, material, atap, kolom, bukaan, ragam hias) dan prinsip desain (keseimbangan, irama dan dominasi) b) Penelusuran bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari c) Penetapan acuan desain bentuk dan tampilan bangunan 5) Analisis tapak

b. Tahap sintesis Pada tahap ini kesimpulan dari analisis-analisis yang didapat akan disintesakan ke dalam proses pemilahan data yang merupakan solusi dan acuan desain dari permasalahan yang sudah ditentukan pada rumusan masalah yang akan digunakan pada perancangan convention hall umumnya. Konsep/acuan desain yang dihasilkan berupa konsep tapak, konsep bentuk dan tampilan, konsep ruang, konsep akustik, konsep struktur, dan konsep utilitas. Dalam hal ini yang menjadi fokus atau penekanan adalah konsep ruang (flesibilitas ruang) dan konsep bentuk/tampilan bangunan. Tahap perancangan Pada tahap perancangan ini terdiri dari tiga tahap yamg meliputi: 1. Tahap skematik Pada tahap ini, hasil analisa-sintesa digunakan dalam membuat desain skematik. Proses transformasi dari hasil sintesa ke dalam bentuk sktesa-sketsa ide perancangan diwujudkan berupa skematik dengan mengatur penataan ruang dalam berdasarkan aktifitas yang diwadahi pada convention hall, diwujudkan berupa skematik desain bangunan yang kontekstual dengan lingkungan. 2. Tahap Pengembangan Rancangan Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan untuk mengembangkan hasil desain skematik dari proses analisa-sintesa untuk menjawab permasalah utama. Aplikasi dalam tahap pradesain ini merupakan hasil transformasi desain dengan menggunakan metode pragmatik, yaitu mengembangkan berbagai kemungkinan penataan ruang yang sesuai dengan konsep serta standar/syarat perancangan convention hall dan juga desain bangunan yang kontekstual dengan lingkungan. Dalam tahap ini, pengembangan desain menggunakan teknik sketsa dan permodelan (dua dimensi dan tiga dimensi). Tahap pengembangan rancangan berupa site plan, layout plan, denah, tampak, potongan, perspektif interior dan eksterior, serta detail-detail arsitektural. Hasil rancangan desain tersebut kemudian dievaluasi kembali untuk menguji kesesuaian antara hasil analisa dengan teori yang ada berdasarkan parameter teori. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Agrowisata Wonosari Kawasan Agrowisata Wonosari termasuk dalam Kebun Wonosari, terbentang dari batas kawasan hutan perhutani sampai dengan Afdeling Gebuk Lor. Luas kebun teh Wonosari adalah 370,3 ha, sedangkan luas Agrowisata Wonosari sendiri adalah 10,85 ha dimana secara administratif Agrowisata ini masuk dalam wilayah dua kecamatan yaitu Singosari dan Lawang, Kabupaten Malang. Gambar 1 masterplan Kawasan Agrowisata Wonosari Analisa fleksibilitas ruang Hall 1 (Konvensi (konferensi, seminar, workshop, rapat) Kegiatan konvensi yang diwadahi ditentukan terdiri dari beberapa kapasitas: kapasitas 500 (24 x 30 m) untuk kegiatan pagelaran dengan banyak penonton, bisa diterapkan kelas vestifal sehingga dapat menampung banyak

Konvensi (konferensi, seminar, workshop, rapat kapasitas 90 (6 x 15 m) Kapasitas 50 (6 x 9 m) untuk kegiatam konferensi, seminar dengan skala besar untuk kegiatan gathering perusahaan yang biasanya membutuhkan kapasitas besar kapasitas 200 (24 x 12 m Analisis Tampilan Bangunan kapasitas 200 (24 x 18) dengan panggung panggung pertemuan panggung pertemuan memiliki ketinggian rata-rata 60-80 cm, hal ini untuk mengakomodasi kegiatan yang berupa kegiatan pertemuan sehingga memberikan kenyamanan visual bagi peserta Gambar 2 Tampak bangunan eksisting panggung pagelaran panggung pagelaran biasanya memiliki ketinggian yang lebih dari pada panggung untuk kegiatan pertemuan antara 1-1,3 m, hal ini dikarenakan aktivitas penonton yang berdiri dan cenderung berkumpul di area panggung Ruang 2 dan 3 Kontribusi bangunan sekitar terhadap bangunan baru adalah sebagai patokan secara visual bahwa suatu bangunan baru yang ada merupakan bagian dari kawasan tersebut, sehingga secara tidak langsung pengunjung akan merasakan atmosfir yang sama meskipun bangunan baru memiliki fungsi atau ukuran yang berbeda. Untuk menciptakan kesan tersebut maka perlu ada benang merah antara bangunan baru dengan bangunan sekitar yang telah ada sebelumnya. bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari 1. wujud Bentuk dasar geometri adalah persegi empat

Irama terjadi karena adanya perulangan bentuk elemen bukaan dengan posisi yang sejajar 2. Bahan Menggunakan material seng, dinding, kaca, kayu. 3. atap Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap pelana dengan dominasi geometri segitiga 4. Kolom Kolom bangunan yang tampak jelas terdapat pada bagian depan bangunan terdapat dua tiang penyangga. Menegaskan kekokohan bangunan 5. Bukaan Bukaan terdiri pintu dan jendela dengan bentuk persegi dengan kusen yang kecil dan besar 3. Dominasi Memiliki dominasi pada bagian depan dengan bidang dinding lebih menonjol ke depan Konsep perancangan Konsep tapak Prinsip desain 1. Keseimbangan Memiliki keseimbangan asimetris, bagian kanan dan kiri tidak sama, tapi secara kesuluruhan bangunan memiliki sumbu garis yang bisa ditarik pada bagian tengah Exit Entrance Gambar 3 Konsep Sirkulasi Tapak D E F B C A A 2. Irama Keterangan A. Parkir B. Convention hall C. Restoran D. Home stay E. Kantor Pengelola F. Pendopo penerima

Gambar 4. Konsep Tata Massa panggung Tanaman peneduh Versatilitas Sistem hidrolik Gambar 8 Penggunaan sistem hidrolik pada panggung Tanaman pengarah (palm) Gambar 5 Konsep Vegetasi Konsep Ruang Ekspansibilitas Partisi Hall 1 Gambar 9 Layout ruang Konsep Bentuk dan tampilan Hall 3 Hall 2 Gambar 7 Pembagian ruang Konvertibilitas Gambar 10 Konsep bentuk Y Y X Z X Z

Gambar 11 Transformasi bentuk atap Gambar 14 Denah Hasil dan pembahasan desain Gambar 12 Siteplan Gambar 15 Layout dan interior konser Gambar 13 Layout plan

Gambar 16 Layout dan interior resepsi round table Gambar 18 Layout dan interior pertemuan besar Gambar 17 Layout dan interior resepsi standing party Gambar 19 Perbedaan ketinggian panggung

Gambar 20 Tampak bangunan Gambar 21 Perspektif eksterior KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam perancangan convention hall yang mewadahi berbagai jenis kegiatan yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Fungsi dari bangunan mempengaruhi bentukan bangunan. Bentuk ruang convention hall berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang akan diwadahi 2. Aspek fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan tiga cara yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas dan versatilitas, fleksibilitas ruang dibutuhkan karena hall digunakan untuk beragam jenis aktivitas. Sebagai ruang yang ekspansibel, partisi sebagai sekat dapat dibuka jika diperlukan ruang yang lebih luas. Versatilitas memungkinkan ruangan digunakan untuk konser musik, pertemuan atau resepsi. Dan untuk konvertibilitas berlaku pada hall 2 dan 3 serta lobby yang digunakan untuk kegiatan pameran produk. 3. Salah satu sistem untuk mencapai fleksibilitas ruang pada convention hall adalah dengan menggunakan partisi 4. Bentuk dan tampilan menggunakan konsep transformasi dari bangunan di kawasan Agrowisata Wonosari yang terdiri dari beberapa gaya sehingga di ambil prinsip desain dari bangunan yaitu keseimbangan, dominasi dan irama serta unsurnya yaitu atap, kolom, bukaan. Sedangkan ragam hias tidak digunakan karena bangunan tidak memiliki ragam hias yang spesifik. Saran Untuk para akademisi dan para prakitisi proses desain akan berbeda-beda pada setiap kasus atau kajian. Dalam kajian ini perancangan desain memilki fokus pada convention hall yang dapat mewadahi beragam jenis aktivitas, sehingga eksplorasi terhadap aspek bentuk, tata massa dan tata ruang menyesuaikan dengan kepentingan yang diwadahi. Dalam perancangannya juga perlu diperhatikan dimana lokasi tersebut dibangun, karena bnetuk suatu bangunan tidak hanya bergantung dari fungsi tetapi juga bergantung dengan lokasi bangunan tersebut berada. Aspek fleksibilitas tidak hanya dapat dicapai dengan penggunaan partisi, namun sekarang sudah digunakan teknologi yang canggih untuk menunjang aspek tersebut sehingga dalam perancangan selanjutnya dapat diterapkan agar fleksibilitas ruang dapat tercapai secara optimal. Konsep transformasi yang digunakan dapat menggunakan parameter lain. DAFTAR PUSTAKA Aji, Abdillah. 2010. Surabaya Exhibition and Convention Centre. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Ambarwati, Dwi R. 2012. Perancangan Akustik Interior Gedung Pertunjukan. Universitas Negeri Yogyakarta: Jurnal Ilmiah.

Ardiani, Y Mila. 2009. Insertion. Surabaya: Wastu Lanas Grafika Brolin, C, Brent. 1980. Architecture In Context. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Chiara, Joseph. 1980. Time Saver Standart second edition For Building Types. New York: Graw Hill Ching, Francis DK. 1985. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga Ching, Francis DK. 2000. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Doelle, Leslie. 1986. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Departemen Perhubungan, Jakarta, 1998. Facilities. London: The Architecture Press Lawson, Fred. 1998. Tourism and Recreation Handbook of. Planning and Design. London: The Architectural Press Mediastika, Christina E. 2005. Akustika Bangunan. Jakarta: Erlangga M. Kesrul. 2004. Meeting Incentive Trip Conference Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu Mill, Edward D. 1976. Planning: Building for Administration Entertainment adn Recreation. London: Newness- Butterworth Shadily, Hassan. 2003. An English- Indonesia Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Toekio. 2000. Dimensi Ruang dan Waktu. Bandung: Intermatra Hedy C Indrani.2004. Optimasi Desain Interior Untuk Peningkatan Kualitas Akustik Ruang Auditorium Multi-Fungsi. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 35, No. 2 Ishar, H.K. 1992. Pedoman Umum Merancang Bangunan. Jakarta: Gramedia Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 108/HM.703/MPPT-91, tentang Ketentuan Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran. Lawson, Fred. 1981. Confernce, Convention and Exhibition