Sistem Pengaduan RSPO. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Kate Macdonald. Dr Samantha Balaton-Chrimes

dokumen-dokumen yang mirip
Apakah Layak Jusnya diperas?

Mekanisme Non-Peradilan dalam usaha alaskaki di dunia global dan rantai penyediaan pakaian

Inisiatif Perdagangan yang Beretika

Wilmar dan persoalan minyak sawit. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Samantha Balaton-Chrimes. Dr Kate Macdonald

Tidak Sebatas Kriteria Efektivitas. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. May Miller-Dawkins. Dr Kate Macdonald. Dr Shelley Marshall

Protokol Kebebasan Berserikat

OECD Titik Kontak Nasional

Studi Kasus Pendekatan CAO atas Pengaduan Pertambangan terhadap PT Weda Bay Nickel

Ombudsman Penasihat Kepatuhan untuk IFC/MIGA

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Inisiatif Accountability Framework

Proses Penyelesaian Perselisihan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

BAB III TANGGUNG GUGAT BANK SYARIAH ATAS PELANGGARAN KEPATUHAN BANK PADA PRINSIP SYARIAH

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

Forest Stewardship Council

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Kebijakan NEPCon untuk Penyelesaian Sengketa

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

Disusun oleh: BIOCert Indonesia dan ProForest. RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

PEDOMAN LEI 55 PEDOMAN PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS KEPUTUSAN SERTIFIKASI

Bumitama Agri Ltd. Excellence Through Discipline. Sustainability Policy (Kebijakan Berkelanjutan)

Sustainability Policy


- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

RSPO will transform markets to make sustainable palm oil the norm

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

Dokumen ini menggantikan "Peraturan RSPO tentang Komunikasi & Klaim" yang diadopsi oleh Dewan Eksekutif pada 31 Maret, 2011

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

LAPORAN PENGKAJIAN CAO CAO ASSESSMENT REPORT

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TANYA JAWAB TENTANG PRINCIPLES & CRITERIA (P&C) RSPO 2013 YANG TELAH DIREVISI

LANDASAN PEMIKIRAN. Apa itu akuntabilitas LSM? Mengapa akuntabilitas penting bagi LSM? Sejarah akuntabilitas LSM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN EKSEKUTIF. Studi Bersama Persamaan dan Perbedaan Sistem Sertifikasi ISPO dan RSPO

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

Transkripsi:

NON-JUDICIAL REDRESS MECHANISMS REPORT SERIES 15 Sistem Pengaduan RSPO Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia Dr Kate Macdonald UNIVERSITY OF MELBOURNE Dr Samantha Balaton-Chrimes DEAKIN UNIVERSITY

Tentang Rangkaian Laporan Dokumen ini adalah bagian dari rangkaian laporan yang disiapkan oleh Non-Judicial Human Rights Mechanism Project (Proyek Mekanisme Penyelesaian Masalah HAM secara Non-Peradilan, NJHRMP), yang menggambarkan temuan berdasarkan lima tahun penelitian. Hasil temuan tersebut didasarkan pada lebih dari 587 wawancara, dengan 1.100 orang, dari berbagai wilayah di beberapa negara serta beberapa studi kasus. Mekanisne penyelesaian non-peradilan mendapat mandat untuk menerima pengaduan dan memediasi keluhan, tetapi tidak berwenang untuk menghasilkan putusan hukum yang mengikat. Fokus dari proyek ini adalah untuk menganalisa efektivitas dari mekanisme tersebut didalam merespon tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terkait dengan kegiatan bisnis transnasional. Rangkaian laporan ini mendapatkan pelajaran dan memberikan rekomendasi sebagai berikut: Mekanisne non-peradilan dapat menghadirkan penyelesaian masalah dan keadilan bagi masyarakat dan buruh yang rentan. LSM dan perwakilan buruh dapat lebih memanfaatkan secara efektif keberadaan mekansime tersebut untuk mendukung dan mewakili masyarakat dan buruh yang rentan. Mekanisme penyelesaian masalah tersebut berkontribusi bagi hadirnya respek jangka panjang dan berkelanjutan serta penyelesaian masalah HAM oleh para pebisnis selama kegiatan usaha mereka, rantai suplai, dan hubungan bisnis lainnya. NJHRMP adalah kolaborasi penelitian akademik antara University of Melbourne, Monash University, University of Newcastle, RMIT University, Deakin University, dan University of Essex. Proyek ini didanai oleh Australian Research Council (Dewan Riset Asutralia) dengan dukungan beberapa LSM, termasuk CORE Coalition UK, HomeWorkers Worldwide, Oxfam Australia, dan ActionAid Australia. Tim Peneliti Utama adalah Dr Samantha Balaton-Chrimes, Dr Tim Connor, Dr Annie Delaney, Prof Fiona Haines, Dr Kate Macdonald, Dr Shelley Marshall, May Miller-Dawkins, dan Sarah Rennie. Koordinator proyek ini adalah Dr Kate Macdonald and Dr Shelley Marshall. Laporan penelitian menggambarkan pendapat akademik yang independen atas berbagai perdebatan yang ada. Pandangan yang disampaikan adalah pendapat masing-masing penulis dan belum tentu merupakan pendapat dari lembaga-lembaga yang memberikan dukungan atas penelitian ini. http://corporateaccountabilityresearch.net/njm-report-xv-rspo 2016 Kate Macdonald and Samantha Balaton-Chrimes. The Complaints System of the Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) is published under an unported Creative Commons Attribution Noncommercial Share Alike (CC-BY-NC-SA) licence, details of which can be found at https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0/ info@corporateaccountabilityresearch.net https://twitter.com/caresearch_au corporateaccountabilityresearch.net 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem Pengaduan RSPO Asosiasi untuk Minyak Sawit Lestari (Roundtable on Sustainable Palm Oil, RSPO) adalah organisasi sukarela, terdiri dari beberapa pemangku kepentingan, yang fokus utamanya adalah membuat standar kerja dan sertifikasi produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Di dalam RSPO, ada perwakilan dari tujuh sektor yang bergerak di bidang industri minyak sawit, yaitu: petani kelapa sawit, pedagang dan pengolah minyak sawit, produsen barang olahan, pengecer, bank dan investor, LSM lingkungan atau pelestarian alam, dan LSM sosial atau pembangunan. Bermunculannya berbagai sengketa pada industri ini berarti bahwa, pengembangan sistem pengaduan harus menjadi elemen yang penting terkait pengaturan RSPO secara keseluruhan. Pusat pengambilan keputusan di dalam sistem pengaduan ini adalah Panel Pengaduan. Jalur penting lainnya dari penyelesaian sengketa dalam RSPO, yang merupakan forum tingkat pertama sebelum menuju ke Panel Pengaduan, adalah Fasilitas Penyelesaian Sengketa, yang menyediakan suatu kerangka kerja untuk membantu terjadinya dialog dan negosiasi di antara para pihak yang bersengketa. Sedangkan untuk masalah proses sertifikasi, forum penyelesaian tingkat pertamanya dirujuk kepada lembaga akreditasi atau sertifikasi yang relevan. Pengaduan dengan jalur terpisah lainnya juga tersedia untuk menangani dugaan pelanggaran ketentuan RSPO berkaitan dengan pembukaan lahan tanpa terlebih dahulu melakukan penilaian atas Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value, HCV) atau kepatuhan terhadap Prosedur Penanaman Baru. Sistem pengaduan RSPO yang saat ini berlaku dapat menyelesaikan konflik yang melibatkan anggotanya, terkait aturan dan standar kerja RSPO yang terkodifikasi. Anggota RSPO terikat dengan Kode Etik, yang berlaku untuk semua anggota. Di samping itu, RSPO telah membuat suatu panduan standar untuk menilai kinerja produksi minyak sawit yang merupakan instrumen kunci berupa Prinsip dan Kriteria (P&C) RSPO yang mendukung Minyak Sawit Berkelanjutan, yang digunakan untuk mensertifikasi fasilitas-fasilitas produksi. Meskipun ada beberapa alasan untuk mengajukan gugatan pada sistem pengaduan RSPO, dalam prakteknya sebagian besar (sekitar tiga perempat) dari kasus yang ditangani saat ini terkait dengan sengketa lahan termasuk perselisihan terkait persetujuan awal tanpa paksaan (Free, Prior, and Informed Consent, FPIC) oleh masyarakat dalam proses pengambilalihan lahan, serta sengketa terkait pengecekan HCV atas tanah yaitu, tanah yang diidentifikasi mengandung habitat alami, terutama bernilai tinggi dari sisi biologis, ekologis, sosial atau budaya. Sebenarnya, sistem pengaduan RSPO ini hambatan resminya tidak banyak. Pengaduan dapat diajukan baik oleh anggota maupun non-anggota; tanpa perlunya persyaratan bukti formal; dan tidak pula ada batas waktu tertentu untuk mengajukan pengaduan. Namun demikian, pada tahap permulaan, tanggung jawab untuk menunjukkan adanya suatu kasus dan membuatnya dalam bentuk pengaduan tertulis tetap ada pada pengadu. Dengan tetap mengingat, ada semacam kesepakatan umum bahwa, upaya dialog dan negosiasi di antara ke dua belah pihak yang bersengketa telah sungguh-sungguh diupayakan sebelum pengaduan formal dimasukkan kepada RSPO. Untuk perkara yang akhirnya melalui proses ajudikasi di Panel Pengaduan maka putusannya menjadi diskresi dari panel tersebut. Hukuman yang paling berat adalah pembekuan atau pen- 3

cabutan keanggotaan RSPO. RSPO juga dapat membekukan sertifikat perizinan suatu perusahaan. Tetapi, hukuman-hukuman tersebut jarang dijatuhkan; yang lebih sering terjadi, keputusan sengketa berupaya menghasilkan kesepakatan penyelesaian di antara pihak-pihak yang bertikai. Sistem pengaduan RSPO telah melalui perubahan terbaru yang signifikan, bahkan reformasi lanjutan pada saat ini terus dipertimbangkan. Pada saat laporan ini dipersiapkan (Juni 2016), rancangan proposal untuk Sistem Pengaduan Terintegrasi yang baru, serta Sistem Banding Independen untuk RSPO, keduanya sedang menjalani tahapan konsultasi publik. Jika diberlakukan, reformasi-reformasi yang diusulkan tersebut akan menghadirkan beberapa perubahan signifikan, terutama terkait independensi ajudikasi, proses banding dan investigasi atas fakta-fakta yang disengketakan, serta proses institusional untuk mendukung penguatan keterbukaan dan komunikasi publik, baik untuk masing-masing sengketa maupun sistem pengaduan secara keseluruhan. Proposal perubahan yang demikian juga mempunyai implikasi pada beban pembuktian, dan pada beberapa kasus, juga mempunyai dampak beban keuangan yang harus ditanggung oleh calon pengadu. Kinerja Sistem Pengaduan Sebelumnya Dengan tetap memperhatikan perubahan-perubahan yang tengah berlangsung pada sistem pengaduan RSPO, analisis pada laporan ini menyoroti kinerja sistem pengaduan sebelumnya walaupun diulas pula beberapa usulan reformasi ke depan, utamanya yang relevan dengan diskusi kami terkait implikasi kebijakan. Kami menilai kinerja sistem pengaduan RSPO sebelumnya berdasarkan: a) kepastian penyelesaian yang tepat untuk para pihak atas masing-masing keluhan; dan b) kontribusi untuk mencegah terjadinya lagi keluhan yang sama. Terkait dengan penyelesaian individu, masih terdapat kesenjangan yang besar pada kemampuan RSPO untuk menyediakan keputusan yang sukses bagi masing-masing sengketa. Sebagian kecil kasus yang masuk pada sistem pengaduan RSPO telah diselesaikan dengan kesepakatan atau penerapan sanksi. Tujuan penyelesaian sengketa secara tepat waktu juga menghadapi tantangan yang berat, karena lambatnya penanganan banyak sengketa melalui pengaduan RSPO, serta banyaknya tumpukan perkara. Meskipun demikian, terbukti pula bahwa proses RSPO terkadang berkontribusi bagi penyelesaian sengketa yang sulit, sebagai akibat tak langsung dari komunikasi di antara pihak yang bersengketa, atau pengaruh dari aturan main berdialog dan tawar menawar di antara para pemangku kepentingan yang sejalan dengan standar kerja RSPO. Terkait pencegahan terulangnya sengketa, ada sedikit bukti bahwa keterlibatan RSPO dalam proses penanganan pengaduan telah memberikan pembelajaran di antara anggota perusahaan yang terlibat, juga bagi staf RSPO dalam hal penanganan dan pencegahan sengketa. Pembelajaran tersebut lebih terasa jika menyangkut isu tertentu, seperti pencegahan pembukaan lahan HCV, dan dukungan pada FPIC masyarakat dalam hal aktivitas pembukaan lahan baru. Proses pelembagaan untuk memfasilitasi pembelajaran dan pencegahan secara umum dinilai lemah, dan upaya untuk mendorong perubahan pada praktek produksi di sektor minyak sawit terhambat oleh hubungan politik yang rumit dan seringkali sensitif di antara para pemangku kepentingan bisnis, LSM, dan pemerintah. 4

Cover: Palm oil growing area in the Indonesian province of Jambi, Sumatra. Source: Greenpeace Lebih jauh, kinerja RSPO mengalami keterbatasan karena lemahnya kemampuannya dalam menjalankan fungsi pentingnya seperti pelayanan masyarakat dan peningkatan kapasitas (untuk memberikan akses sistem pengaduan pada masyarakat yang terpinggirkan), investigasi independen dan kegiatan pencarian fakta (untuk mengurai fakta-fakta yang saling bertentangan pada sengketa yang rumit), serta dukungan aktif untuk pemantauan dan implementasi perjanjian-perjanjian. Dalam hal terjadi pelanggaran standar, aturan untuk menegakkan mekanisme pengaduan juga lemah. Selanjutnya, sistem pengaduan juga disulitkan oleh masalah prosedural, seperti tingginya tingkat ketidakresmian dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan tertentu, kurangnya independensi sebagian sistem pengaduan dari para pihak yang terlibat dalam sengketa, dan lemahnya transparansi dari prosedur tertentu, khususnya pemberian alasan kepada para pemangku kepentingan. Pelajaran untuk reformasi kelembagaan dari sistem pengaduan RSPO Temuan-temuan di atas mengenai kinerja sistem pengaduan RSPO untuk fungsi khusus memunculkan beberapa implikasi pada reformasi kelembagaan. Secara khusus, temuantemuan kami menyarankan perlunya: Reformasi prosedural untuk menguatkan transparansi, konsistensi, integritas dan indenpendensi proses penanganan pengaduan RSPO. Ketentuan yang lebih tegas tentang pelayanan masyarakat dan peningkatan kapasitas, untuk memberikan akses pada kelompok-kelompok terpinggirkan guna memanfaatkan sistem pengaduan dengan efektif. 5

Peran sistem pengaduan RSPO yang lebih aktif dalam investigasi dan pengumpulan bukti, baik secara langsung maupun melalui investigasi independen pihak ketiga. Kerangka kerja yang lebih jelas untuk menentukan tanggung jawab di dalam sistem pengaduan RSPO untuk pemantauan dan implementasi atas penyelesaian yang telah disepakati. Penguatan sistem yang terlembagakan untuk mendukung pembelajaran oleh anggotaanggota, staf, dan pemangku kepentingan eksternal RSPO, baik terkait penguatan proses penanganan pengaduan maupun pencegahan konflik pada sektor minyak sawit. Beberapa kelemahan kinerja RSPO sebelumnya khususnya terkait kurangnya sumberdaya dan lemahnya penegakan aturan disebabkan oleh adanya hambatan eksternal, sehingga kelemahan demikian semakin sulit diselesaikan melalui reformasi kelembagaan internal pada sistem pengaduan RSPO. Meskipun demikian, analisis kami menunjukkan bahwa pengenalan hambatan struktural demikian bermanfaat untuk: pelaksanaan sistem RSPO; pemangku kepentingan eksternal atau pendukung sistem tersebut; dan mereka yang mempertimbangkan memakai sistem tersebut untuk membantu penyelesaian pengaduan. Untuk pelaksanaan dan strategi RSPO sendiri, mengenali hambatan kemampuan struktural berarti perlu lebih memperhatikan tampilan-luar dan strategi kolaboratif. Hal ini dapat dilakukan dengan menegosiasikan tanggung jawab bersama untuk pencegahan dan pemecahan masalah dengan pelaku-pelaku yang mempunyai sumber daya, keterampilan atau pengaruh yang kurang dimiliki RSPO termasuk perusahaan lain, LSM, dan pemerintah. Untuk pelaku-pelaku eksternal yang ingin memperkuat sistem RSPO: Otoritas RSPO untuk menuntut kewajiban lebih dari para anggotanya sebagian tergantung pada insentif bagi perusahaan-perusahaan itu untuk tetap berada di RSPO. Kewajiban demikian dapat dikuatkan melalui langkah-langkah seperti peraturan dalam negeri untuk pelabelan minyak sawit yang berkelanjutan, atau kebijakan yang semakin menuntut para pembeli atau pemodal minyak sawit skala besar untuk memenuhi standar keberlanjutan walaupun kebijakan semacam itu hampir pasti akan ditentang oleh asosiasi produsen minyak sawit, serta perlu kehati-hatian untuk mengelola potensi resistensi politik di negara-negara produsen sawit. Kemampuan RSPO untuk menempatkan lebih banyak sumber daya pada kegiatan seperti investigasi dan pelayanan masyarakat sebagian tergantung pada kemampuannya mengamankan lebih banyak sumber daya. Namun, upaya tersebut juga tergantung pada keputusan politik internal organisasi dalam menentukan prioritas kegiatan demikian. Dukungan eksternal dari anggota, pembeli dan penyumbang, dalam bentuk biaya keanggotaan, pembayaran sertifikat minyak sawit berkelanjutan, dan sumbersumber dana tambahan seperti pendanaan proyek eksternal, dirasakan penting, tetapi bantuan tersebut harus lebih diketatkan arahnya demi memprioritaskan kegiatankegiatan semacam ini. Kemampuan RSPO untuk mencegah berulangnya konflik, dengan mempengaruhi kebijakan dan praktek pada seluruh sektor minyak sawit, sebagian tergantung pada kerelaan perusahaan non-anggota dan lembaga pemerintah di Indonesia dan Malaysia 6

untuk mengakui legitimasi RSPO sebagai perwakilan yang punya suara dalam perdebatan kebijakan nasional dan sub-nasional. Kurangnya dukungan pada standar kerja RSPO dari pelaku lokal yang berpengaruh, khususnya lembaga pemerintah nasional pada negara-negara produsen minyak sawit utama, menyebabkan dilanggarnya peratutan dan prosedur RSPO secara mendasar. Untuk calon pengguna sistem pengaduan RSPO, masyarakat yang ingin menggunakan sistem pengaduan RSPO khususnya untuk mengatasi sengketa yang sulit harus menyadari pentingnya mencari dukungan dari organisasi yang terbiasa dengan proses di RSPO, serta harus siap untuk menjalani proses yang lama sebelum mencapai suatu kesepakatan. Tergantung pada masalah yang dipersengketakan pada suatu pengaduan, bukti-bukti yang dihadirkan, dan pihak-pihak yang bersengketa, cara lain untuk mencari penyelesaian (misalnya melalui laporan kepada pemerintah daerah, gugatan ke pengadilan, atau bekerja dengan LSM advokasi untuk langsung memberi tekanan pada perusahaan yang dituju), harus juga dipertimbangkan daripada hanya bergantung, atau dilakukan bersamaan, dengan proses formal di RSPO. Pelajaran dari sistem pengaduan sukarela yang banyak pemangku kepentingan Sebagai inisiatif tanpa paksaan, yang diprakarasi banyak pemangku kepentingan, RSPO adalah salah satu contoh sistem penanganan pengaduan, yang digunakan di banyak negara dan bidang ekonomi di seluruh dunia, untuk memberi jalan bagi masyarakat yang hak asasi manusianya terdampak oleh kegiatan bisnis transnasional. Karena itu, analisis atas kekuatan dan kelemahan RSPO akan berguna untuk melihat manfaat dan keterbatasan dari suatu upaya, yang diprakarsai oleh banyak pemangku kepentingan, untuk menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakatnya. Kemampuan menyediakan penanganan sengketa, di dalam jaringan yang terdiri dari banyak pemangku kepentingan, memiliki sejumlah manfaat. Proses yang melibatkan banyak pihak dapat menjadi forum yang berguna untuk membangun akuntabilitas bersama, meningkatkan kemampuan, dan belajar tentang pendekatan yang lebih efektif dalam menangani sengketa di masyarakat. Forum demikian itu juga dapat mendukung proses komunikasi dan dialog, di antara para pihak yang bersengketa, perusahaan lain, dan masyarakat serta LSM. Forum multipihak itu juga dapat menjadi pusat pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat, serta berguna untuk mendukung proses pengawasan dan pelaksanaan dari penyelesaian masalah yang telah disepakati. Namun, analisis kami juga menyoroti beberapa kendala struktural mendasar yang dihadapi organisasi sukarela multi-pihak seperti RSPO. Beberapa tantangan khas itu adalah: Menjaga independensi dari kepentingan anggota yang lebih mempunyai pengaruh; Memperkuat penegakan aturan, karena motivasi dari pihak yang bersengketa, untuk patuh pada keputusan dan keberadaan lembaga multi-pihak, berhubungan erat dengan manfaat yang mereka terima untuk tetap berada dalam organisasi. Mengamankan sumber daya keuangan dan manusia yang cukup, untuk menyediakan kelembagaan yang berfungsi secara efektif, khususnya terkait dengan kegiatan untuk melayani masyarakat, peningkatan kapasitas, penyelidikan dan pengawasan. 7

Membangun legitimasi organisasi sebagai perwakilan yang didengar suaranya dalam perdebatan pembuatan kebijakan yang lebih luas, guna mencegah berulangnya jenis keluhan yang sama. Sistem pengaduan yang merupakan prakarsa sukarela banyak pihak semacam ini tidak akan pernah menjadi pengganti alternatif bagi negara dan non-negara dalam proses penanganan dan tata kelola pengaduan. Sebaliknya, sistem pengaduan multi-pihak demikian seringkali, di saat paling produktifnya ketika berinteraksi dengan, dan meningkatkan kapasitas dari, pemerintah, LSM, masyarakat, dan perusahaan memfasilitasi bentuk kerjasama yang baru, dan membantu perkembangan koalisi baru di dalam dan di luar negara dan sektor swasta untuk mendorong dialog yang konstruktif dan perubahan perilaku yang terus-menerus guna mendukung perlindungan hak asasi manusia. 8

corporateaccountabilityresearch.net 2016 GRAPHIC DESIGN BY OPF-TECH.NET