BAB III BAHAN DAN METODE

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

: biomassa, jumlah berat individu-individu dalam suatu stok ikan : biomassa pada periode t

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Peperek Klasifikasi dan Morfologi Menurut Saanin (1984) klasifikasi dari ikan peperek adalah sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

C E =... 8 FPI =... 9 P

3.1. Waktu dan Tempat

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

3. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendugaan Stok Ikan dengan Metode Surplus Production

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

KELAYAKAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN JARING PAYANG DI PALABUHANRATU MENGGUNAKAN MODEL BIOEKONOMI GORDON- SCHAEFER

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAXIMUM ECONOMIC YIELD SUMBERDAYA PERIKANAN KERAPU DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA. Yesi Dewita Sari¹, Tridoyo Kusumastanto², Luky Adrianto³

3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

MODEL PRODUKSI SURPLUS UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN KURISI (Nemipterus furcosus) BERDASARKAN MODEL PRODUKSI SURPLUS DI TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI PENANGKAPAN DAN PELUANG USAHA PERIKANAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI KABUPATEN BELITUNG

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pengumpulan Data

PENDUGAAN POTENSI LESTARI KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikanan menjadi sektor penting yang berkontribusi dalam pertumbuhan

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

ANALISIS BIO-EKONOMI PENGELOLAAN SUMBER DAYA KAKAP MERAH(Lutjanus sp) SECARA BERKELANJUTAN DI TANJUNGPANDAN, BELITUNG

ANALISIS CPUE (CATCH PER UNIT EFFORT) DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

ALOKASI OPTIMUM SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU 1 PENDAHULUAN

Lampiran 1 Layout PPN Prigi

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Rajungan (Portunus pelagicus) (Dokumentasi Pribadi 2012)

FAKTOR-FAKTOR INPUT BAGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis, Cantor 1849) DI TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI RIZKA SARI

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

Universitas Sumatera Utara. Pertanian, Universitas Sumatera Utara

3. METODE PENELITIAN

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

MODEL PRODUKSI SURPLUS UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Rajungan (Portunus pelagicus) (Dokumentasi pribadi 2011)

IV. METODE PENELITIAN

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI LESTARI DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN KURISI (Nemipterus sp.) YANG DIDARATKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

PERLUNYA STATISTIK/MATEMATIKA, PADA DINAPOPKAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

3 METODOLOGI PENELITIAN

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS BIOEKONOMI UNTUK PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Tempat pelaksanaan penelitian tesis. Data yang Dikumpulkan. Data persepsi nelayan. Produktivitas per trip

3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

3.3 Pengumpulan Data Primer

ANALISIS BIO EKONOMI TUNA MADIDIHANG ( Thunnus albacares Bonnaterre 1788) DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPPNRI) 573

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERIAN SUBSIDI PERIKANAN (SOLAR) TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI NASI DAN PENDAPATAN NELAYAN PAYANG GEMPLO

BAB III LANDASAN TEORI

3. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

BAB III METODE PENELITIAN. Brondong dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong di Jalan Raya Brondong

3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

3 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dari tanggal 17 April sampai 7 Mei 013. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Data-data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi data time series tahunan hasil tangkapan ikan peperek dan upaya penangkapan (jumlah trip kapal yang menangkap ikan peperek) selama 11 tahun (tahun 00-01). Data ini menjadi masukan (input) dalam analisis Model Produksi Surplus. Data sekunder juga meliputi data jumlah kapal/alat tangkap yang menangkap ikan peperek tiap tahun dan keadaan umum Perairan Teluk Palabuhanratu sebagai penunjang hasil dan pembahasan. Data time series tahunan ini direkap dari buku harian dan buku laporan tahunan statistik perikanan tangkap PPN Palabuhanratu tahun 00 sampai tahun 01 dan data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi. Data Keadaan umum Perairan Teluk Palabuhanratu didapatkan dari PPN Palabuhanratu dan DKP Kabupaten Sukabumi. Selain itu, digunakan juga data primer sebagai pendukung yang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara kepada nelayan. Data primer meliputi jumlah trip tiap alat tangkap, jumlah produksi per trip, fishing ground, konstruksi alat tangkap, dan metode pengoperasian alat tangkap. 3.3 Analisis Data 3.3.1 Standardisasi Upaya Penangkapan Standardisasi upaya penangkapan dilakukan untuk menyeragamkan satuan upaya karena alat tangkap berbeda yang digunakan memiliki kemampuan yang 3

4 berbeda dalam menangkap ikan peperek. Dalam penelitian ini, payang ditetapkan sebagai alat tangkap standar karena merupakan alat tangkap dominan dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari bagan. Alat tangkap standar ditetapkan mempunyai fishing power index (FPI) = 1. Nilai FPI alat tangkap lain diperoleh dari hasil tangkap per satuan upaya penangkapan (CPUE) alat lain dibandingkan dengan CPUE alat tangkap standar. Rumus yang digunakan dalam standardisasi upaya penangkapan adalah sebagai berikut (Tinungki 005): CPUE s = Y s f s CPUE i = Y i f i FPI s = 1 FPI i = CPUE i CPUE s Standard effort = (FPI i f i ) (40) dimana CPUEs adalah hasil tangkapan per satuan upaya alat tangkap standar, CPUEi adalah hasil tangkapan per satuan upaya alat tangkap i, Y s adalah jumlah tangkapan alat tangkap standar, Y i adalah jumlah tangkapan alat tangkap i, f s adalah jumlah upaya alat tangkap standar, f i adalah jumlah upaya alat tangkap i, FPI s adalah faktor daya tangkap alat tangkap standar, FPI i adalah faktor daya tangkap alat tangkap i. Selanjutnya upaya standar yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis Model Produksi Surplus. 3.3. Analisis Fungsi Produksi Model-model Produksi Surplus Model Produksi Surplus idealnya diterapkan pada satu spesies ikan karena Model Produksi Surplus adalah metode pengkajian stok dengan pendekatan single spesies. Namun dalam penelitian ini hal itu tidak sepenuhnya dipatuhi, data yang digunakan merupakan data ikan peperek dari dua spesies yang berbeda. Hal ini karena baik di PPN Palabuhanratu maupun di DKP Kabupaten Sukabumi tidak

5 ada pemisahan dalam pencatatan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan jenis-jenis ikan peperek yang berbeda tersebut. Berikut ini adalah metode analisis ketujuh Model Produksi Surplus: A. Model Schaefer Persamaan Model Schaefer ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Kekenusa 009): Y t f t = a bf t (41) Untuk mengetahui nilai a dan b dilakukan regresi linier sederhana antara CPUE tiap tahun ( Y t f t ) dan upaya penangkapan tiap tahun (f t ). Y = a + bx Perhitungan regresi dilakukan melalui tool Data Analysis pada program Microsoft Office Excel 007 dimana a dan b memenuhi persamaan sebagai berikut (Sugiyono 1997): a = Y i ( X i ) X i ( X i Y i ) n X i ( X i ) b = n X iy i X i Y i n X i X i Selanjutnya dapat ditentukan persamaan lengkap Model Schaefer perikanan peperek di Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi. Besarnya upaya penangkapan optimum (f opt ) dan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) dapat diketahui melalui persamaan sebagai berikut (Kekenusa 009): f opt = a b MSY = a 4b (4) (43) B. Model Gulland Persamaan Model Gulland ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Widodo 1987): U t = a bft (44)

6 dimana ft adalah upaya rata-rata yang digunakan terhadap i tahun sebelumnya dan termasuk tahun ke-t, i merupakan rentang hidup rata-rata individu dalam stok ikan peperek di Teluk Palabuhanratu. Dalam penelitian ini ditetapkan i = 1 tahun. Nilai a dan b diperoleh dari regresi linear sederhana CPUE tiap tahun (U t ) dan upaya penangkapan rata-rata (ft) seperti pada Model Schaefer. Nilai MSY dan f opt dapat diduga dengan menggunakan rumus masing-masing sebagai berikut (Widodo 1987): f opt = a b MSY = a 4b (45) (46) C. Model Pella dan Tomlinson Persamaan Model Pella dan Tomlinson ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Tinungki 005): U t = a bf t m 1 (47) Nilai a dan b diperoleh dari regresi linear sederhana CPUE tiap tahun (U t ) dan f t m 1 seperti pada Model Schaefer. Rumus untuk menduga besarnya MSY dan f opt berbeda-beda bergantung pada nilai m yang dipilih. Dalam penelitian ini nilai m yang dipilih adalah 1,1 sehingga rumus untuk menghitung dugaan f opt adalah sebagai berikut: f opt = 10a 11b 10 Besarnya MSY diperoleh dengan mensubstitusikan nilai f opt pada persamaan yield-effort Model Pella dan Tomlinson yang diperoleh. D. Model Fox Persamaan Model Fox ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Sulistiyawati 011): ln Ut = a bf t (48) Nilai a dan b diperoleh dari regresi linear sederhana ln CPUE tiap tahun (ln U t ) dan upaya penangkapan tiap tahun (f t ) seperti pada Model Schaefer. Nilai

7 MSY dan f opt dapat diduga dengan menggunakan rumus masing-masing sebagai berikut (Prasetyo 010): f opt = 1 b MSY = 1 b ea 1 (49) (50) E. Model Walters dan Hilborn Persamaan Model Walters dan Hilborn ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Kekenusa 009): Y t = α + β 1 X 1t + β X t + t dimana: Y t = U t+1 U t error dari persamaan regresi. 1, X 1t = U t, X t = f t, α = r, β 1 = r Kq, β = q, t adalah Dengan input data-data U t+1 U t berganda untuk menentukan nilai α, β 1, dan β. Y = α + β 1 X 1 + β X 1, U t dan f t dilakukan regresi linear Perhitungan regresi dilakukan melalui tool Data Analysis pada program Microsoft Office Excel 007 dimana α, β 1, dan β memenuhi persamaan sebagai berikut (Sugiyono 1997): n X 1 X X 1 X 1 X 1 X X X 1 X X α β 1 β = Y X 1 Y X Y Nilai MSY dan f opt dapat diduga dengan menggunakan rumus masing-masing sebagai berikut (Tinungki 005): (51) MSY = rk 4 f opt = r q (5) (53) F. Model Schnute Persamaan Model Schnute ditulis dalam bentuk sederhana adalah sebagai berikut (Kekenusa 009):

8 Y t = α + β 1 X 1t + β X t dimana Y t = ln U t+1, X U 1t = U t +U t+1, X t t = f t +f t+1 β = q. (54) dan α = r, β 1 = r qk, dan Nilai α, β 1, dan β diperoleh dengan meregresikan nilai-nilai ln U t+1 U t, U t +U t+1, dan f t +f t+1 seperti pada Model Walters dan Hilborn. Nilai MSY dan f opt dapat diduga dengan menggunakan rumus masing-masing sebagai berikut (Tinungki 005): MSY = rk 4 f opt = r q (55) (56) G. Model Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) Persamaan Model Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) ditulis dalam bentuk yang sederhana adalah sebagai berikut (Kekenusa 009): ln U t+1 = α ln qk + β 1 ln U t β (f t + f t+1 ) dengan α = r +r, α = α ln qk, β 1 = r +r, β = q +r, dan U t = Yt f t. Dengan regresi linear berganda seperti pada Model Walters dan Hilborn diperoleh nilai α, β 1, dan β, dan secara tidak langsung diketahui nilai r, q, dan K. Untuk keperluan ini digunakan algoritma tambahan (Fauzi 00 dalam Tinungki et al. 004): 1. Koefisien regresi β 1 digunakan untuk menghitung r yaitu r = (1 β 1) 1+β 1. Koefisien regresi β dan nilai r digunakan untuk menghitung q yaitu q = β ( + r) 3. Koefisien regresi α dan nilai q digunakan untuk menghitung nilai Q yang nantinya digunakan untuk menghitung nilai K yaitu Q = α(+r) r (57) 4. Nilai q dan Q digunakan untuk menghitung nilai K yaitu : K = eq q

9 Nilai MSY dan f opt dapat diduga dengan rumus sebagai berikut (Breen dan Stocker 1993): MSY = rk e (58) f opt = r q (59) 3.3.3 Perbandingan Goodness of Fit Model-model Produksi Surplus Persamaan dari tiap Model Produksi Surplus diperoleh dari regresi linear baik regresi linier sederhana maupun regresi linear berganda. Oleh karenanya, ramalan tiap-tiap model dipastikan tidak akan tepat setepat-tepatnya. Untuk menguji tingkat ketepatan sebuah model regresi bisa digunakan pengujian goodness of fit yakni dengan koefisien determinasi (R ) yang menguji sejauh mana nilai dugaan dari hasil regresi tidak menyimpang jauh dari data-data aktual. Koefisien determinasi (R ) ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Schroeder et al. 1996): n R i=1(y i Y) = n i=1 (Y (60) i Y) dimana: Y i Y i Y = nilai dugaan ke-i (dari persamaan hasil regresi) = nilai aktual ke-i = rata-rata nilai aktual atau rata-rata nilai dugaan Semakin tinggi nilai R semakin dekat nilai dugaan hasil dari hasil regresi terhadap nilai aktual yang berarti semakin tepat sebuah model menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk selanjutnya, tiap-tiap model dibandingkan nilai koefisien determinasinya. Model dengan koefisien determinasi tertinggi berarti lebih tepat diterapkan pada stok ikan peperek di Perairan Teluk Palabuhanratu. Selain pertimbangan goodness of fit baik tidaknya regresi tiap Model Produksi Surplus juga dilihat dari Uji F dan P-Value. Uji F dan perhitungan P- Value menggunakan tool Data Analysis pada program Microsoft Office Excel

30 007. Selain itu, khusus untuk model Walters dan Hilborn, Schnute, dan CYP dilakukan uji multikolinieritas dengan melihat nilai VIF. 3.3.4 Penentuan Kesesuaian Tanda Parameter Model-model Produksi Surplus Dari analisis regresi Model Produksi Surplus diperoleh nilai dugaan intrinsic growth (r), carrying capacity (K), dan catchability coefficient (q). Ketiga parameter ini haruslah bernilai positif, tidak boleh ada yang negatif. Pada Model Schaefer, Model Gulland, Model Pella & Tomlinson, dan Model Fox, nilai r, K, dan q tersembunyi dalam intercept (a) dan slope (-b) regresi dimana pada Model Schaefer dan Model Gulland a = qk dan b = q K, pada Model Pella dan r Tomlinson a = qk dan b = qm K r m 1, dan pada Model Fox a = ln(qk) dan b = q r. Pada keempat model ini kesesuaian tanda diindikasikan dari nilai intercept dan slope. Pada Model Schaefer, Model Gulland, Model Pella & Tomlinson parameter q, K, dan r dianggap sesuai bila nilai intercept positif dan slope negatif, dan pada Model Fox slope harus negatif. Dalam hal terdapat Model Produksi Surplus yang menghasilkan r, K, atau q bernilai negatif berarti kesimpulannya model tersebut tidak sesuai dengan keadaan ikan peperek di Perairan Teluk Palabuhanratu. Model itu tidak tepat untuk diterapkan sekalipun nilai koefisien determinasi (R ) yang diperoleh tinggi. Pada akhirnya, model yang dipilih sebagai model yang paling sesuai adalah model yang memiliki koefisien determinasi (R ) tertinggi dan menghasilkan nilai dugaan r, K, dan q yang positif. Dari model ini dihasilkan nilai-nilai MSY dan f opt yang dapat dipercaya mendekati keadaan sebenarnya.